Cruise Asia Kedua Special Edition # 28


Cruise Asia Kedua Special Edition # 28

Selasa, 25 Pebruari 2020, National Tax College, Wako Campus

Kemarin penjadwalan nasib kami-kami yang sedang dikarantina di Wako
Campus ini dijabarkan lewat penjelasan DepKes Jepang dengan contoh-
contoh kasus. Kasusku tidak termasuk di antara ketiga contoh yang
diberikan sehingga aku telepon dokter yang bertugas di skul ini.
“Doctor, my case doesn’t match any of the examples in the newletter
you just sent us. My wife and I were tested on February 14 and we both
got the result on Feb 17 where she was positive and I was negative.
From the chart, I noted that Feb 18 will be my day 0 (beginning date
of new quarantine) and March 3, the 14th day. I believe if I continue
to be negative I will be discharged on March the 4th, right?” “Yes.”
“Now my next question, when will I be retested for Covid-19 again with
the PCR test?” “You will not be tested again if your symptoms that we
monitor twice a day, until March 3 are all OK. We have 400 cases to
be monitored.” “I see, thank you very much doctor, now I understand.”

Ente semua man-temin ngerti juga? Kalau si saya dan ke 400an kameradku
tidak memperlihatkan gejala demam, batuk-batuk, sakit tenggorokan,
hidung meler, loyo, berak-berak, mereka tidak kekurangan-kerjaan untuk
melakukan sang PCR test. Sudah 8 hari saya tidak memeluk menciumi
isteriku dan semoga sampai dengan 3 Maret tak ada tanda-tanda di atas
menghinggapi sahaya. Kalau saja virus flu yang kita semua sudah kenal,
masa inkubasinya 4-5 hari. Ente pelok si eneng sedang flu, 5 hari
kemudian kau bisa pelok eneng lainnya :-), artinya kau tidak terkena
flu si eneng pertama. “Bang Jeha, tidak adil kenapa contohmu selalu
pakai eneng?,” protes Aida anak Bang Bo’ing :-). Oke Aida sayang,
kalau kau dipeluk dirangkul dicumbu diciumi Arjunamu dan dia sedang
flu, lalu 5 hari kemudian kau tidak kenapa-kenapa, gen-mu lebih hebat
dari si Arjuna, barangkali kau keturunan Sarpakanaka, wekwekwek :-).
Semoga tidak ada yang bernama Aida di antara para pemirsa sebab kami
anak Betawi sayang ke Aida dan suka bernyanyi begini:
Aida anak Bang Bo’ing …, rambutnya panjang keriting. Jalannya kaya
kepiting … perutnya kaya babi bunting … aaaa Aida … aaaa Aida.
Amblas apa kubilang, anak Betawi asli (saya ke 5 generasi mek) seperti
begitu perilakunya, jail bin ja’ul, kelakuan engga jelas wekwekwek:-).

Sekarang cerita seriusan lagi. Saya dan Cecile punya banyak cerita,
terutama di muka api unggun, lah udah kemping lebih dari 40 tahun,
sejak dari Indonesia hingga sekarang. Salah satunya yang saya sebut
kedemenan si Budi. Tadinya saya kira ia dan Nari adiknya anak Betawi,
kaga taunya Jawi tapi ga pa pa, saya cinta Jawi, hemat, wekwekwek :-).
Judul ceritanya ‘Mate elo kemane’. Gini. Suatu ketika, persisnya di
bulan Juni tahun 2000 (halo Cak Indratmo, ingat ya :-)) saya dengan
beberapa temans bule anak Ottawa ‘interior camping trip’ dengan tujuan
danau terjernih seOntario, Nellie Lake namanya. Di kedalaman 50 meter
pun dasarnya bisa terlihat saking beningnya. Ente anak CC yang demen
bening-bening, kudu kesitu :-). Hiking trail kesana, ke danau itu,
yang dimulai dari Murray Lake adalah salah satu tercuram sepanjang
sejarah kehidupan kami berdua, terlicin pula.

Portage ceritanya semua, panggul canoe, bawa backpack dsb. Saya di
depan, Cecile di belakang. Ketemu suatu ketika di tengah trail saat
saya sedang istirahat. Ia lapor, “Eh aku jato tadi.” Sedang capek
maupun ya si saya memang sinting, saya bilang, “Mate elo kemane?”
Berkat gemblengan saya ke dia, anak tahan banting ini cuma manyun
dikit dan saat itu kami sudah menikah (pas) 25 tahun. Udah terus kami
beriringan dekat-dekatan portage lagi. Oadalah, satu bulek temin kami
di depan, jatuh terpeleset sebab hiking trail-nya luar biasa licin,
batu-batu penuh lumut dan sering basah di daerah tertutup hutan itu.
Weleh-weleh ia lagi pacaran dan si pacar bulek di belakangnya bergegas
bergopoh lempar backpacknya, lari ke si eneng dan mengangkatnya seraya
berkata, “Are you OK honey, are you alright dear?” Bayangin, semua itu
di depan mata kami berdua.”Tuh lihat,” kata Cecile ke suaminya tersay.
Saya mah tenang aja, iya engga, Emang Gue Pikirin. Kata saya, “Tunggu
sampai 25 tahun lagi nanti.” (Ape engga bilang “Where are you eyes”?)
Udah dendam dosa dah si saya dan selalu diingat Cecile adegan cowok
Betawi ja’ul versus cowok bule gentleman itu :-), sampai suatu ketika.

Tuhan Maha Adil prens sadayana yang di KTPnya ada tulisan igame apaan.
Kami pergi lagi kesana ke Nellie Lake, kali ini semua Melayu ber-18.
Jadi saya punya banyak saksi (halo Hartoni Siodin Hadi, mantau yah).
Itu di bulan September, akhir pekan Labour Day tahun 2007, ga akan
lupa, sama seperti saya disapa Mariyono tanggal 3 Januari 1972 :-).
Kami portaging lagi tentu, dari Murray Lake ke Nellie Lake (halo Roli
Benso Herli, ingat yah). Astagafirulah pasti dia engga sengajain,
Cecile jatuh lagi di dekat trail yang sama yang licin bukan main.
Jangan main-main ama anak-anak CC yang semart dan selalu belajar dari
pengalaman (right bro?), saya lari bergegas ke doski setelah melempar
backpack-ku. Kubangunkan dan kutanya, “Are you OK honey, are you
alright dear?” Malaikat di surga tersenyum, isteriku memaafkan semua
dosaku sejak saat itu, tak pernah lagi ia ungkit-ungkit adegan yang
“mate elo kemane?”. Apa kubilang di atas, Tuhan memang Maha Adil.
Dongengan ini sudah kepanjangan yah, saya posting dulu. Masih banyak
cerita di muka api unggun saya dan Cecile, jangan lupa daftar kemping
sama-sama nanti ke George Lake, Killarney Park, mulai 30 Juni yad.
Lagipula semua sahabat kami tersay sedang bertanya-tanya nasib kami
berdua di hari mendatang dan kukatakan, tunggu dongengan seri ke 28.
… (bersambung) …( Jusni H / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *