BUMDes Harus Aktif Melihat Peluang Pasar, Aplikasi Digital


BUMDes Harus Aktif Melihat Peluang Pasar, Aplikasi Digital

dilaporkan: Setiawan Liu

Jombang, 31 Oktober 2020/Indonesia Media – Program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terutama di Jombang Jawa Timur tidak hanya menjalankan kegiatan simpan pinjam kepemilikan modal, tetapi juga bidang usaha perdagangan, pertanian, jasa pariwisata. BUMDes juga ditantang untuk aktif melihat peluang pasar, termasuk pemasaran berbagai produk pertanian seperti sorgum dan lain sebagainya. “Sembilan kepala desa (di Jombang) diundang belajar pada dua BUMDes yang berhasil, (yakni) Beringharjo Yogyakarta dan Desa Tirtoadi Sleman. Pengelolaan dua BUMDes tersebut bagus, bahkan ada aplikasi pasar digital. Mereka juga berhasil kelola destinasi wisata. BUMDes Tirtoadi merupakan juara satu tingkat nasional untuk kelola destinasi wisata,” Direktur salah satu BUMDes di Jombang, Ramadlan mengatakan kepada Redaksi.

BUMDes merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa, dibentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat dan potensi desa. BUMDes merupakan bentuk kelembagaan desa yang memiliki kegiatan menjalankan usaha ekonomi atau bisnis untuk memperoleh manfaat bagi kesejahteraan masyarakat desa. “Tantangan pengelolaan BUMDes yang professional untuk petani secara keseluruhan. Hanya kebetulan saya bergelut dengan BUMDes, dan perlu memotivasi pengurus. BUMDes di Jombang tetap berjalan, tapi butuh inovasi. Kami belajar dari pengurus BUMDes Beringharjo dan Tirtoadi terkait management, prospek pasar dan lain sebagainya,” tegas Ramadlan yang juga aktif pada Indonesia Cerdas Desa (ICD) Forum Jombang.

Transformasi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) menjadi lembaga keuangan desa akan menjadi pilar utama kebangkitan ekonomi desa. Semua pihak sepakat perlunya pembangunan ekosistem ekonomi desa berbasis digital. Road map mencakup penciptaan desa sebagai basis produksi pangan, penggerakan warga bangga buatan Indonesia, beli produk desa, pembangunan rantai nilai desa dengan sistem logistic, peningkatan inklusi keuangan serta literasi keuangan secara digital. “Karena peluang usahanya di Jawa Timur terutama Jombang, Nganjuk, Mojokerto pada sektor pertanian, kami harus cermat kelola sumber daya alam. Potensi asli desa yang cukup besar di Jawa Timur adalah sorgum, padi, palawija. Kalau desa mau maju, BUMDes nya harus melakukan replikasi, studi banding. Sorgum potensial di Jawa Timur, dan BUMDes perlu memberi bantuan modal. BUMDes juga sebagai offtaker hasil panen petani, mencari pasar,” tegas Ramadlan.

 

Di tempat berbeda, penggiat sorgum di Cianjur Selatan Jawa Barat Kusmunandar melihat prospek tanam sorgum harus dibarengi dengan investasi dengan sistem plasma. Business plan yang sedang dibuat untuk sistem plasma, investor tidak menanggung berbagai komponen biaya termasuk benih, herbisida, insektisida, pupuk. “Business plan untuk pengelolaan lahan kosong di Cianjur Selatan sampai puluhan hektar sebaiknya dengan sistem plasma. Kami tangani sewa lahan, proses budidaya, pemeliharaan sampai panen serta pengiriman hasil panen berupa sorgum ke sentra-sentra peternakan termasuk di Cianjur, Lembang Bandung, dan lain sebagainya,” kata Kusmunandar.

Kondisi sekarang, terdapat lahan seluas 50 hektar di Cianjur selatan yang siap ditanami sorgum. investor menyewa lahan tersebut  dan menjadikan lahan inti.  Biaya sewa sekitar Rp 1,5 per hektar per tahun, tapi perlu land clearingExisting, ada jalan untuk akses mobil sehingga distribusi atau pengiriman hasil panen bisa efektif. “Tim kami hanya punya benih, herbisida, pupuk. kami kasih benih gratis kepada petani, (nilainya) Rp 35.000 per kilo. satu hektar setara dengan delapan kilogram,” tegas Kusmunandar.

Petani pasti bertanya ketika akan mau kerjasama, terutama apa hasil yang akan mereka peroleh. Perusahaan plasma akan menyodorkan benih, pupuk kandang. Ketika panen, kami potong (pembayaran) kecuali benih (yang digratiskan). Kami kan harus belanja (berbagai keperluan) lagi, atau putar uang. Kami memberi bahan baku kepada petani bukan dalam bentuk uang. Misalkan dia perlu kompos, kita belikan, antar dengan truk (200 karung). Petani pasti butuh lagi, petani butuh obat rumput, kita kasih 4 liter. Kalau petani meminta untuk tidak ada pemotongan secara full, kami jelaskan bahwa ada biaya pemeliharaan, pupuk kandang, herbisida, insektisida. Dengan demikian, petani menjadi produktif, Dalam kurun waktu tiga bulan, petani sudah menikmati panen sorgum,” tegas Kusmunandar.  (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *