Surat dari Beijing: Cerita dari Laoyang


Jumlah patung di Longmen sekitar 100.000 terletak di 2.000 gua. Tidak semua dapat dikunjungi. Kondisinya banyak yang tidak sempurna lagi.(foto:dok/ist)

International Herald Tribune edisi 17 Juni menulis “Asia plans to spend billions on rail links” — Asia mempunyai rencana miliaran dolar untuk jalan kereta api.

Enam negara: China, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam akan terhubung dengan jalur kereta api. Rencana diperkirakan selesai tahun 2020. China akan terhubung dengan negara ASEAN dalam waktu 10 jam atau 3.900 km dari Kunming ke Singapura.

“High speed train” di China pada 2012 akan berjumlah 42, dengan kecepatan rata-rata 250 km per jam. Satu kereta akan lewat Mohan di Yunnan, Vang Veng dan Vientinne di Laos, Bangkok di Thailand, dan Kuala Lumpur di Malaysia dengan tujuan akhir Singapura. Jaringan  ini akan menyatukan 300 juta penduduk dari enam negara.

Sebagai negara kepulauan, kita harus berpikir bagaimana nanti posisi kita dari segi ekonomi, budaya, turisme, dan lain-lain bila rencana ini terjadi. Dalam wawancara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 16 Juni dengan CNN, rencana pembangunan infrastruktur Indonesia memang dibahas. CNN juga menayangkan kemacetan mobil, bus, truk, dan sepeda motor di Jakarta.

Suku Han

“China” adalah nama yang lazim dipakai untuk RRC. Tiongkok adalah terjemahan “China” oleh penduduk daerah selatan di mana banyak warga negara kita berasal. Kadang saya heran mengapa ada yang menyarankan jangan memakai kata “China”, tetapi kata “Tiongkok” di Indonesia.

Asal usul mereka dari ketua suku “Three Kings & Five Emperors” yang ada antara tahun 5000-2000 Sebelum Masehi, yang kemudian terkenal dengan raja Yandi, dijuluki “God Farmer” di Henan dan Raja Huangdi di Shaanxi dan Shanxi.

Karenanya mayoritas adalah keturunan “Yan-Huang”. Suku Han adalah yang terbesar. Kata “Han” dipakai sebagai nama suku, bahasa, dan sebagainya. Ini karena Dinasti Han (206 Sebelum Masehi — 220) adalah dinasti  pertama sebagai “superpower” dalam sejarah bangsa ini. Di Indonesia, mirip dengan suku Jawa.

Dengan kebudayaan yang berusia 5.000 tahun, “New China” mempunyai kebijakan membantu suku-suku minoritas. Jumlah suku di China ada 56, karenanya tidak mudah menyatukan di mana adat istiadat dan lain-lain sangat berbeda. Kesulitan sama dihadapi pendiri bangsa kita yang mengenalkan asas Bhinneka Tungggal Ika.

Dinasti Northern Wei yang mendirikan Yungang Cave kemudian membangun Longmen Caves. Gua Longmen didirikan setelah dinasti ini memindahkan ibu kotanya dari Datong ke Luoyang. Kalau di Yungang ada 50.000 patung di 252 gua, jumlah patung di Longmen adalah 100.000 terletak di 2.000 gua. Tidak semua dapat dikunjungi. Kondisinya juga banyak yang tidak sempurna lagi.

Dari Laoyang, dapat berkunjung ke tempat lain, White Horse Temple, Qi Yun Pagoda, Wen Feng Pagoda, juga Drum dan Bell Tower. Di tiap kota ada Drum dan Bell Tower yang berfungsi dan dibunyikan pada waktu upacara penting dimulai. Di Beijing, Drum Tower menjadi berita hangat waktu seorang Amerika dibunuh. Pembunuhan terjadi waktu Olimpiade bulan Agustus 2008.

Sekitar 45 menit dari Laoyang, terdapat tembok desa tertua yang dibuat dari tanah liat. Tidak banyak orang yang tahu tempat ini karena jalannya rusak sekali. Kerusakan yang jarang kita temukan di tempat lain.

Membangun Mentalitas

Ada cerita menarik yang saya alami. Kira-kira 10 km sebelum tembok tersebut, jalan hampir tidak bisa dilalui. Seorang pengendara sepeda motor dengan sukarela membantu taksi yang kami naiki.

Setiba di depan tembok, kami meloncat untuk mengambil foto, karena hari mulai gelap. Tas saya tinggalkan dalam keadaan terbuka. Suasana desa yang dikelilingi tembok mengingatkan saya pada suasana di kota tua, Damaskus, Syria. Desa ini miskin sekali. Karena bulan puasa, saya beli air minum untuk berbuka.

Satu-satunya  warung yang ada tidak lebih dari 4 meter persegi luasnya. Yang dijual permen, beras, minyak dan air minum. Saya lihat istri dan anak penjual tidur nyenyak di “amben” dari kayu. Kembali ke taksi, saya lihat dompet saya di tempat duduk. Uang saya sepertinya berkurang 300 RMB, tetapi saya diam saja, karena tidak yakin berapa jumlah yang betul.

Setibanya di hotel saya pergi ke resepsionis mencari informasi di mana kami dapat membeli tas untuk patung-patung yang kami beli siang itu. Satu pegawai hotel mendatangi taksi untuk memberi tahu letak toko. Sementara itu, suami saya kebingungan karena sopir taksi mengembalikan 300 RMB dari pembayaran 500 RMB. Padahal, harga yang disetujui 500 RMB. Sopir taksi dengan cepat menjelaskan pada pegawai hotel bahwa uang 300 RMB itu adalah uang yang dia “temukan” jatuh dari tas saya.

Kami ceritakan pengalaman ini pada teman-teman. Ternyata bila orang asing melaporkan pada yang berwenang tentang kehilangan uang, hukuman yang dijatuhkan akan berat sekali. Ini contoh bagaimana sukarnya membangun mentalitas bangsa yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, tapi belum merata.

Zhou Ji, seorang jurnalis, dalam bukunya Tales of the Chinese Culture menulis tentang  Suzhou. Di Suzhou ada taman bernama “Zhou Cheng Garden” artinya “aloof from politics” (menghindari politik). “Wang Shi Garden” artinya “learn from fishermen” (belajar dari nelayan), artinya pemilik tidak mau mencari kekayaan dan nama terkenal.

Zhou Ji bertanya, tetapi dari mana mereka mendapatkan kekayaan sehingga dapat mendirikan taman-taman ini? Ia menjawab sendiri “People could see, in old Confucius disciples,  behavior always unmatched their word” (orang dapat melihat bahwa ajaran Confucius yang diterapkan selalu tidak sesuai dengan makna kata-katanya). Tantangan bagi pemimpin RRC, tantangan sama bagi pemimpin kita.

*Penulis buku A Fading Dream: The Story of Roeslan Abdulgani and Indonesia, Times Publishing International, Singapura, 2003 dan Soeharto, The Life and Legacy of Indonesia’s Second President, Marshall Cavendish, Singapura, 2007.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *