KTT ke-33 ASEAN telah dibuka. Presiden Jokowi mengajak negara-negara ASEAN bergotong-royong mengatasi krisis kemanusiaan terhadap etnis Rohingya di Rakhine State.
“Krisis kemanusiaan Rakhine State belum juga dapat diselesaikan. Krisis ini telah mengundang kekhawatiran dan menciptakan defisit kepercayaan masyarakat internasional. Sebagai satu keluarga, Indonesia sangat mengharapkan kiranya dapat dilakukan langkah maju penyelesaian krisis kemanusiaan ini,” kata Jokowi seperti dalam keterangan tertulis dari Biro Pers Sekretariat Kepresidenan, Selasa (13/11/2018).
Para kepala negara/kepala pemerintahan ASEAN itu adalah PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayut Chan-o-cha, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, PM Kamboja Hun Sen, PM Laos Thongloun Sisoulith, PM Malaysia Mahathir Mohamad, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dan PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc. Selain itu, State Counsellor Myanmar Aung San Suu Kyi juga hadir.
“Indonesia siap! ASEAN saya yakin juga siap membantu Pemerintah Myanmar untuk menciptakan kondisi kondusif di Rakhine State di mana freedom of movement dihormati, tidak terdapat diskriminasi, dan pembangunan dilakukan secara inklusif,” kata Jokowi.
Jokowi berharap negara-negara ASEAN tetap bersatu menghadapi berbagai permasalahan global. Dia kembali mengungkit ketika ASEAN dibentuk di tengah hegemoni dua negara adikuasa.
“Tahun 1967, ketika kawasan lain di dunia terpecah dan terjebak dalam perebutan kekuasaan dua negara adikuasa, para pemimpin ASEAN sepakat untuk bersatu dan menciptakan kawasan damai dan sejahtera,” kata Jokowi.
Isu krisis kemanusiaan di Rakhine State selalu jadi topik pembicaraan Indonesia dalam setiap pertemuan dengan para pemimpin ASEAN ataupun negara lain. Krisis tersebut telah membuat etnis Rohingya mengungsi dari Myanmar.