Sisi lain PPS Muara Baru melalui carut-marut wajah sarpras


Sisi lain PPS Muara Baru melalui carut-marut wajah sarpras

Dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 12 Januari 2022/Indonesia Media – Memasuki musim hujan, semua orang yang beraktivitas di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru Jakarta Utara mulai antisipasi berbagai kemungkinan terutama sandbag pada revetment, kendaraan truck yang fungsinya diubah menjadi angkutan orang, dan lain sebagainya. Sehingga tidak heran, setelah jam-jam kerja di PPS, ada truck lalu-lalang yang penuh dengan para karyawati. Sebagian besar mengenakan hijab dan duduk di dalam bak atau bersandaran pada dinding bak yang terbuat dari kayu. Para pekerja/buruh perempuan diantar sampai depan PPS sehingga mereka tidak harus basah-basahan karena banjir rob. “seperti itu (pemandangan) para pekerja perempuan duduk di truk, kalau terbalik?! Mereka tidak berpikir lagi (keselamatan) selama mereka masih harus mencari nafkah,” kata salah seorang buruh lepas di area transit dermaga timur PPS, Agus.

Sisi lain aktivitas di PPS, yakni para ABK (anak buah kapal) yang masih menunggu kesempatan berlayar. Selama dua bulan belakangan ini, cuaca buruk sehingga kapal-kapal ikan tidak bisa berlayar. Resiko akibat cuaca buruk, terjadinya musibah/kecelakaan pelayaran. Kondisi dinamika atmosfer meningkatkan potensi hujan sedang hingga lebat serta angin kencang, dan gelombang tinggi. “Sudah dua bulan (tidak berlayar), mungkin setelah Imlek (1/2). Saya mau pulang, tidak ada uang,” kata Imam yang biasanya tidur di ruangan kosong blok A Muara Baru Center (MBC).

Ia mengaku sudah beraktivitas sebagai nelayan dan ABK sejak tahun 1989. Awalnya, ia menetap di Bone, Sulawesi Selatan dan memutuskan untuk ikut berlayar. Setelah itu, ia ‘terdampar’ di PPS dan mengenal para pelaku usaha terutama pemilik kapal-kapal ikan. Dulunya ia sering diminta pengusaha kapal ikan untuk mengordinasi ABK. “Boss saya luar biasa, tapi saya tidak berani menceritakan. Saya kan bukan anak buahnya lagi. Para pengusaha ikan di PPS bekerja dengan disiplin tinggi. (sikap disiplin) karena khawatir kalau karyawan, ABK malas. Tujuannya baik, walaupun kadang, (pengusaha di PPS) suka caci maki,” kata pemuda kelahiran 45 tahun yang lalu.

Ia mengaku tidak mengikuti perkembangan dan berbagai perubahan terutama luasan ruang terbuka hijau (RTH) yang semakin mengecil. RTH di depan MBC diyakini berdampak pada sering terjadinya banjir atau genangan yang bercampur limbah. Ketika toko-toko, bengkel kerja di MBC tutup pada Maghrib atau sekitar jam 6 sore, beberapa penghuni masih kongkow-kongkow. “Saya nggak tahu bagaimana awalnya, RTH berubah menjadi dua bangunan cold storage. Karena selama berlayar sampai empat bulan. Kadang tiga bulan, kalau hasil tangkapan sudah cukup. Kalau sekarang, (masa berlayar) sampai delapan bulan karena (stock) ikan sedang susah. Pertama kali saya berlayar, tahun 1989, hanya tiga bulan. Jauhnya (berlayar menangkap ikan) sampai Srilanka,” kata Imam.

Di tempat berbeda, Mochamad Toha dari Pokdarkamtibmas (Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) PPS menilai bahwa area transit di dermaga timur PPS bisa menjadi ‘jalan buntu container’ kalau Perum Perindo (Perikanan Indonesia/BUMN) dan UPT (unit pelaksana teknis) Ditjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tidak menata dan memperbaiki. “Sudah lima tahun, (area transit di dermaga timur PPS) belum ada perbaikan. Kondisi sekarang, 200 meter dari Masjid Al Hidayah (sampai area transit) sudah diperbaiki oleh para pelaku usaha. Tapi seterusnya, (area transit) tergenang banjir rob full sepanjang tahun,” Mochamad Toha mengatakan kepada Redaksi.

Area transit Jl. Dermaga Timur berfungsi untuk akses container angkut ikan hasil tangkapan, dari kapal yang baru mendarat dengan lancar. Tapi sekarang area transit dari 1 sampai 28 sangat amburadul dan berantakan. “sekarang, (container) mau lewat mana? Tidak ada akses, karena banjir rob dan (kondisi) semrawut,” kata purnawirawan TNI AD kesatuan Kopassus.

Kelompok Sadar Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Pokdarkamtibmas) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru Jakarta Utara menilai bahwa area transit di dermaga timur PPS bisa menjadi ‘jalan buntu container’ kalau Perum Perindo (Perikanan Indonesia/BUMN) dan UPT (unit pelaksana teknis) Ditjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)  tidak segera menata dan memperbaiki. “Sudah lima tahun, (area transit di dermaga timur PPS) belum ada perbaikan. Kondisi sekarang, 200meter dari Masjid Al Hidayah (sampai area transit) sudah diperbaiki oleh para pelaku usaha. Tapi seterusnya, (area transit) tergenang banjir rob full sepanjang tahun,” kata Mochamad Toha. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *