Serba-Serbi Museum Hakka Taman Budaya Tionghoa TMII
dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 23 Januari 2021/Indonesia Media – Management terus berupaya meningkatkan kualitas Museum Hakka, Taman Budaya Tionghoa di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) bukan hanya koleksi benda sejarahnya, tetapi juga fisik bangunan di dalam komplek. Selain gedung Museum, bangunan ruko berarsitektur khas Tionghoa (pecinan) dengan pernak-pernik, management juga sedang menyelesaikan pembangunan pagoda. “Marga Zhang yang membangun pagodanya. Proyek pembangunan sudah mulai pengecoran beton untuk pondasi,” staf harian Museum Hakka, Surikin mengatakan kepada Redaksi.
Selain fisik bangunan, management meningkatkan sarana dan prasarana edukasi sejarah Ketionghoan. Karena Yayasan Harapan Kita TMII sudah membentuk tim untuk evaluasi pemenuhan persyaratan Museum Hakka sebagaimana ketentuan permuseuman di Indonesia. “Tugas kami, bagaimana Museum Hakka diakui (Yayasan Harapan Kita). SDM (sumber daya manusia) yang memang berlatar belakang sejarah, khususnya Tionghoa di Indonesia dan masih relatif muda,” kata Surikin.
Di sisi lain, situasi di tengah pandemi covid dan penerapan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di Jakarta dan sekitarnya, otomatis jumlah pengunjung berkurang. Berbagai koleksi benda sejarah/artifact khususnya di lantai tiga masih perlu dibenahi. Kondisinya, banyak poster dari sponsor menghiasi ruangan museum di lantai tiga. Sehingga museum terkesan sesak dengan poster sponsor. “Selama ini museum kami hanya kelihatan bagus dari luar, terutama arsitekturnya. Museum sejarah tentunya dengan persyaratan, (jumlah koleksi benda sejarah) harus di atas ribuan piece. Kami terus berupaya meningkatkan pemenuhan persyaratan sebagai museum. Kami minta urun rembug, termasuk pencarian artifact, koleksi perorangan individu, atau informasi (foto, cerita) orang yang selama ini berjasa, punya andil dan kontribusi kepada Bangsa dan Negara,” kata Surikin.
Rentang waktu sekitar 2000 an tahun termasuk zaman Dinasti Tang, Laksamana Cheng Ho dengan ekspedisi ke Nusantara (1405 – 1433), penemuan artifact serta informasinya bukan pekerjaan yang mudah. Artifact yang berada pada display Dinasti Tang merupakan sumbangan dari beberapa simpatisan atau mereka yang sangat peduli dengan museum. Informasi mengenai Cheng Ho terutama pelayarannya ke Samudra barat sampai ke Afrika. Tujuh kali ekspedisi, Cheng Ho sempat mendarat ke Nusantara selama lima kali. “Paling banyak (pelayaran) ke nusantara, sampai ujung Aceh. Beliau meninggal di kapal, dibuang ke laut. Ada sumbangan lonceng Cheng Ho di Tuban (Jawa Timur). Ada juga info mengenai penemuan keramik, kapal yang baru setengah jadi dibuat untuk armada pelayaran Cheng Ho dan lain sebagainya. Banyak sekali informasi sejarahnya untuk museum,” kata Surikin.
Di sisi lain, komplek Taman Budaya nantinya bisa diakses lebih mudah. Karena bagian belakang komplek berupa tanah kosong, rawa-rawa yang akan dibangun perumahan. Komplek perumahan yang akan dibangun sejajar dengan jalan tol Jagorawi. Sehingga ada kemungkinan akses dari toll gate Jagorawi. Aula museum berkapasitas 1000 (seribu) orang dengan kursi duduk. Kalau pengunjung berdiri, kapasitasnya bisa lebih dari seribu orang. Aula disewakan untuk menutupi biaya operasional. Selama ini belum ada acara pernikahan, tapi perayaan ulang tahun, peluncuran produk yang berlangsung. “Yang menyewa non-Tionghoa. Kalaupun ada Tionghoa, sewanya sangat kecil. Gedung Museum Hakka berdiri sejak enam tahun yang lalu. Kalau kondisi normal, selalu ada yang sewa. Minimal sekali dalam sebulan. Baru-baru ini, ada acara peluncuran produk otomotif. Bangku sudah disediakan, perlengkapan sudah ada, sudah sangat ideal. Ironisnya, orang non Tionghoa yang memanfaatkan aula Museum Hakka,” kata Surikin. (sl/IM)