Sambu Group Terapkan ESG, Tidak Melulu Industrialisasi Kelapa


Sambu Group Terapkan ESG, Tidak Melulu Industrialisasi Kelapa
dilaporkan: Setiawan Liu
Riau, 11 Juni 2023/Indonesia Media – Perusahaan industri pengolahan kelapa terpadu, Sambu Group mengacu pada tiga pilar kerangka kerja, yang juga sedang menjadi sorotan masyarakat global, yakni ESG (environmental, social, governance). Tiga pilar tersebut mengidentifikasi risiko dan peluang non-finansial terkait dengan performa perusahaan. Sambu tidak mentransformasi (ekonomi), kepemimpinan pasar dalam industri kelapa dunia dengan copy paste (menjiplak, meniru persis) model industri kelapa di kabupaten Indragiri Hilir, Riau untuk daerah lain di Indonesia.  “Industri kelapa tidak bisa di copy paste. Awalnya, proses pengolahan sampai menjadi produk jadi harus natural. Mindset nya, (industri kelapa) adalah people’s crop (tanaman rakyat), bukan industrial crop (tanaman industri),” Corporate Communication Manager Sambu Group, Dwianto Arif, mengatakan kepada Redaksi.
Ketiga pilar; yakni lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan relevan dengan visi & misi perusahaan. Mindset kelapa sebagai people’s crop, artinya prinsip dan nilai perusahaan bertumpu pada pembudidaya atau petaninya itu sendiri. “Kami tidak boleh melakukan (usaha pengolahan kelapa) yang bertumpu pada crop (tanaman). kami harus menyelaraskan (usaha pengolahan) dengan alam dulu, sesuai dengan pilar ‘environment’ pada ESG. Kami mulai dari kelapanya dulu sebagai tanaman rakyat (people’s crop). Tidak melulu dikelola secara industrialisasi. Dengan prinsip ini, berdasarkan pengalaman kami, Sambu Group bisa dan berhasil beroperasi lebih dari 55 tahun,” kata Arif.
Selama 55 tahun berdiri, perusahaan sedari awal berupaya mewariskan semangat perintisnya, yakni Tay Juhana. Dengan susah payah, Tay Juhana berkelana ke Kuala Tungkal di Provinsi Jambi di Indonesia, dan menanamkan semangat dan jiwanya untuk membangun pondasi yang bersifat inovatif dan inklusif secara sosial. Ia menyesuaikan dirinya dengan sifat dinamika bisnis dan sosial yang saling terkait satu sama lain. “Sampai sekarang kami tidak meng industrialisasi (tanaman kelapa), yang alamnya memang seperti itu. Karena industrialisasi kelapa, pada akhirnya menciptakan eksternalitas, social cost, tidak ramah lingkungan. Kami menekankan ESG, dan tidak aji mumpung, sebaliknya konsisten tidak mengolah produksi komoditas lain. Kelapa sebagai people’s crop, tapi secara model industri, kami menyesuaikan dengan alam,” kata Arif. (sl/IM)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *