Prospek Lumbung Ikan Maluku Terbentur Harga Solar, Izin Kapal


Prospek Lumbung Ikan Maluku Terbentur Harga Solar, Izin Kapal

dilaporkan: Setiawan Liu

Ambon, 29 Oktober 2022/Indonesia Media – Pengusaha di Ambon, prov. Maluku Eddy Salampessy menginventarisasi permasalahan pada bisnis sektor kelautan dan perikanan di Maluku, mulai dari harga BBM solar industri sampai perizinan operasional kapal. “Harga BBM solar industri sampai Rp 22.000 per liter. Selain, kapal yang  yang mau operasional, izin-izin dari pemerintah pusat. Biaya (perizinan) sampai Rp 1,2 milyar. Sangat mahal,” Eddy mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telepon.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus meningkatkan potensi dan prospek sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan sangat berpeluang didayagunakan untuk kepentingan keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan serta usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program pemberdayaan nelayan di Indonesia Timur juga ditingkatkan, salah satunya implementasi hibah Global Environment Facility (GEF). Program Coastal Fisheries Initiative – Indonesia Child Project (CFI-ICP) GEF-6 akan diintegrasikan dengan program unggulan lain termasuk Kampung Nelayan Maju dalam rangka peningkatan kesejahteraan nelayan. “Kami terus bargaining dengan pemerintah pusat sampai (perlunya) ada support (pemerintah pusat) kepada pemerintah daerah. Contoh, Pemda Maluku mengajukan bantuan untuk LIN (lumbung ikan nasional) sejak Pak Luhut (Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan) kunjungan ke Maluku, (realisasinya) belum jelas,” kata Eddy Salampessy.

Program hibah dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dengan target pengelolaan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 715 (Kabupaten Seram Bagian Timur), 717 (Kabupaten Teluk Wondama) dan 718 (Kabupaten Maluku Tenggara). “Semua program harus sinkron dengan investasi. Ketika investor mulai melirik Maluku, bawa dana besar, (Pemerintah Pusat) menerbitkan regulasi yang memberatkan. Akhirnya banyak kapal ikan mangkrak, jumlahnya sampai ribuan. Sampai hari ini, kapal berbobot 30 GT (gross ton) ke atas, maupun 100 GT susah berlayar karena masih ada Permen (Peraturan Menteri) yang saling bertabrakan,” kata Eddy Salampessy.

Di tempat berbeda, pengusaha Mei Zhuang di Jakarta melihat potensi Maluku, termasuk kabupaten Kep. Aru untuk usaha budidaya dan pengolahan tuna, cakalang, kembung. Selama ini, perusahaan pengolahan yang berdiri sejak beberapa tahun yang lalu memasok ikan segara ke Singapore, Malaysia, China, bahkan Thailand. “Kami beruntung, sewaktu covid mendera, tidak ada kendala untuk pengiriman ikan melalui transportasi laut. Biaya logistik kami juga tetap efisien,” Mei Zhuang mengatakan kepada Redaksi di SMD resto di Kebayoran Baru Jakarta Selatan beberapa hari yang lalu.

Sementara ini, perusahaan masih fokus pada Dobo, Kep. Aru untuk sentra produksi. Tetapi kalau ada daerah lain, termasuk Ambon yang prospektif dan ramah investasi, perusahaan akan melakukan survey. “Prospek Ambon juga bagus. saya optimis dengan prospek (usaha budidaya) pearl (mutiara) termasuk SSP (south sea pearl). Kebetulan saya kenal Dubes (duta besar) Filipina di Jakarta, dan main (bisnis) pearl. Waktu imlek, saya ketemu dia di kantornya. Dia juga punya bisnis SSP, seaweed,” kata Mei Zhuang. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *