Permintaan Pasar Ekspor Tinggi, Operasional PT Zhongyu Stuck


Permintaan Pasar Ekspor Tinggi, Operasional PT Zhongyu Stuck

 dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 30 Oktober 2022/Indonesia Media – Selain PT Zhongyu Hua Qiang (investasi Tiongkok) di kec. Stabat, kab. Langkat Sumatera Utara (Sumut), ada beberapa perusahaan lain yang mengolah buah  pinang untuk diekspor ke luar negeri, tapi tidak secara kebetulan, aspek teknologi mesin pengolahan yang menjadi penentu kinerja produksi. PT Zhongyu sempat operasional sejak tahun 2017 yang lalu, tapi tak disangka, tak dinyana, pendirinya Lei Huibin diduga menjadi korban kriminalisasi oleh rekan bisnisnya. Awalnya mereka bekerjasama membuka pabrik pengeringan pinang di desa Selesai, Stabat, tapi terjadi dugaan pemufakatan dengan oknum aparat Polda Sumut dan penyidik Polres Binjai. “(Akibatnya) pada saat ini, pabrik (PT Zhongyu) belum bisa operasional, stuck. Kami masih menunggu penyelesaian perkara. Padahal, permintaan pasar ekspor terutama di Tiongkok, sedang tinggi,” Direktur PT Zhongyu, Herlina Sutanti mengatakan kepada Redaksi.

Beberapa perusahaan pengolahan buah pinang di Sumut terus genjot produksinya untuk ekspor. Ketika awal pendirian PT Zhongyu sampai sekarang, permintaan pasar tetap tinggi. PT Zhongyu sudah menerapkan teknologi mesin pengolahan dan sangat menjaga kualitas. Beberapa teman Lei Huibin tertarik dan mengajukan kerjasama operasional perusahaan. Lei Huibin yang awalnya menolak, akhirnya menjanjikan menerima proposal kerjasama. Kebetulan mereka juga orang asal Tiongkok yang kebetulan investasi di Indonesia. Beberapa pebisnis dari provinsi Hainan Tiongkok tertarik dan desak Lei, ‘….kapan buka (kesempatan bekerjasama)?…’. Permintaan pasar sangat tinggi. Pihak lawan selalu mengatakan ‘ … Lei penipu……. ‘ ketika Lei pulang ke Tiongkok, sempat cari pengusaha di pulau Hainan, dan menceritakan kronologis permasalahan PT Zhongyu. “Kami kan korban, kami menduga (pelaku) bermufakat jahat untuk habisi kami, dan merampas aset. Karena yang paling penting, mereka mengincar aset-aset PT Zhongyu. Aset kami bukan hanya di Langkat tapi juga di Solok Jambi. Di solok, ada lahan tanah seluas lima hektar, tapi masih berupa tanah kosong dan rumah seperti mess. Tapi kalau di Langkat, (sarana prasarana) sudah lengkap,” kata Herlina, yang juga istri Lei Huibin.

Penghitungan aset PT Zhongyu berdasarkan kantor jasa Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), tanah dan bangunan mencapai Rp 20 miliar. Nilai tersebut belum termasuk mesin boiler, material, mesin oven, crane, cold storage, forklift dan lain sebagainya. Keseluruhan aset mencapai sekitar Rp 30 miliar. Mesin boiler 24 jam nonstop, dan semua bahan baku dan perlengkapan lengkap untuk menjaga kapasitas produksi dan kualitas. Tenaga teknisi dan supporting, termasuk tukang las juga standby. Management sudah membangun kerjasama, komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar dan Disnaker (Dinas Tenaga Kerja), Dispenda (Dinas Pendapatan Daerah), Satpol PP, dan lain sebagainya. “Kalau kami disuruh membangun lagi dari nol, memulai perusahaan yang baru lagi, (hal tersebut) berat. Kami cenderung memilih untuk tetap mempertahankan PT Zhongyu, melanjutkan operasional. Perusahaan kami sudah branded terutama di Tiongkok. Selain nama Lei Huibin sudah dikenal karena bisnis pengolahan biji pinang,” kata Herlina. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *