Perhatian pemulia tanaman, petani pada ketahanan pangan


Perhatian pemulia tanaman, petani pada ketahanan pangan

dilaporkan: Setiawan Liu

Cilacap, 5 November 2020/Indonesia Media – Salah satu impian petani asal Cilacap, Jawa Tengah yakni Uung (48) mewujudkan ketahanan pangan dengan makanan alternative serta kandungan gizinya yakni sorgum, padi, jagung. Kendatipun, ia bukan seorang pemulia tanaman dengan gelar Doktor (bidang teknologi pertanian), bahkan hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), tapi ia hanya berpikir dan bekerja untuk orang banyak. “Walaupun hidup sederhana, saya mau sumbang pikiran. ketika saya lihat tanah, tapi orang-orang ragu dengan kesuburan (tanahnya), saya terus yakinkan. Tidak ada yang tidak subur, yang penting, tanahnya tumbuh rumput. Kalau rumput tumbuh, berarti (tanahnya) subur,” kata Uung.

Ia hampir tidak pernah update mengenai kondisi dimana berbagai organisasi buruh merespons Keputusan Kementerian Tenaga Kerja untuk tidak menaikkan upah minimum pada 2021 mendatang. Sebagaimana respons keras organisasi buruh, dan ancaman perlawanan untuk menolak tidak adanya kenaikan upah minimum 2021, dan penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja, Uung tidak bergeming. “Saya tidak pernah menuntut upah. Misalkan Rp 50ribu per hari, tidak masalah, Rp 100ribu, tidak masalah. Saya memperlihatkan karya terlebih dulu ketimbang menuntut upah. Ibaratnya kerja, kalau tidak memuaskan (hasilnya), buat apa?!,” katanya.

Ia juga tidak tahu apa respons pelaku usaha, baik skala kecil menengah sampai konglomerasi mengenai aksi-aksi demo buruh. Sebaliknya, ia melihat fenomena pengangguran dimana seorang kepala keluarga harus bertanggungjawab menghidupi anak istrinya. Biaya pendidikan bagi anak-anaknya adalah yang paling penting. Sehingga lapangan pekerjaan harus terbuka dengan cara pengusaha tetap operasional, investasi juga datang. “Dimanapun saya menetap, saya berhasrat memuliakan sorgum dan padi Cikawasen. Walaupun belum ada pasar, saya kasih benih untuk mereka yang mau berusaha. Untuk pindah ke Pandeglang, Banten dengan tujuan menanam sorgum dan padi Cikawasen, saya mau menyelesaikan pekerjaan (pemuliaan padi Cikawasen) dulu di Pangandaran, Kebumen,” katanya.

Ia yang menemukan bibit padi Cikawasen bersama ‘gurunya’ pertama kali. Padi Cikawasen berasal dari desa Cicapar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Padi Cikawasen telah melewati di uji observasi Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi. Selain padi tersebut sudah teruji melalui penanaman di berbagai Daerah; Pangandaran, Indramayu, Garut, Tasikmalaya, Cilacap dan daerah lain. “ada tujuh jenis Cikawasen, dan ada yang disertifikasi. Jenis yang bersertifikat, biasanya dengan malai (untaian butir padi, gandum) sepanjang 30-35 cm. Rata-rata malai padi di Indonesia hanya 20 cm. Tapi padi cikawasen, ada yang malainya sampai 42 cm,” kata Uung.

 

Sementara itu, Indonesia Cerdas Desa (ICD) Forum Bangka Belitung (Babel) menilai keunggulan sorgum sebagai sumber pangan, yakni perawatan yang sangat sederhana. Tanamannya hanya membutuhkan air yang lebih sedikit ketimbang padi. Sorgum juga memiliki daya tahan yang bagus terhadap iklim. “Tidak hanya dapat ditanam di daerah kering seperti NTT, ataupun di NTB (Nusa Tenggara Barat), sorgum juga dapat ditanam di daerah yang cukup basah. Sorgum bisa sangat bagus jika ditanam di daerah seperti Jawa, Sumatera termasuk di Prov. Kep. Bangka Belitung,” kata Ferdy Chen dari ICD Bangka Belitung sebagaimana disari dari berbagai sumber dan pengalaman pribadinya

Sorgum juga dinilai memiliki kandungan gula yang lebih rendah dari padi sehingga dapat menjadi sumber pangan bagi penderita diabetes. Indonesia sendiri adalah negara yang masuk dalam lima besar dalam jumlah penderita diabetes di dunia. ICD dan kelompok Agri Bisnis Babel terus mengampanyekan penanaman biji sorgum sejak enam bulan lalu. “(Hasilnya), sudah sempat sekali panen dan Insyaa Allah dalam minggu-minggu ini akan memanen yang ke dua kalinya,” kata Ferdy.Tidak seharusnya sorgum menjadi pangan yang terpinggirkan. Pasalnya, sorgum memiliki segala potensi sebagai alternatif pangan pengganti nasi, baik dari segi ekonomis maupun kandungan gizinya. Sorgum pun dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti bubur dan roti. “Maraknya impor beras yang dilakukan pemerintah, setidaknya akan dapat dikurangi secara perlahan dengan pembudidayaan sorgum,” kata Ferdy. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *