PSSI Bisa Belajar dari Keberhasilan Galatasarai Turki


PSSI Bisa Belajar dari Keberhasilan Galatasarai Turki
dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 19 April 2020/Indonesia Media – Politisi, sekaligus mantan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Djohar Arifin menilai masa kejayaan olahraga sepakbola serta industrinya bisa terulang, dan bisa membedah bagaimana pengelolaan club professional Galatasarai (berbasis di Istanbul, Turki). Sebagaimana, PSSI pernah mencapai puncak kejayaan yakni ketika meraih medali emas di ajang SEA Games 1987 dan 1991. “(Belajar) pada level negara Turki saja. Klub Galatasarai berhasil ikut pada elit liga di Eropah. Pemasukan termasuk dari sponsor, tiket penjualan pertandingan sangat besar,” Djohar mengatakan kepada Redaksi.

 

PSSI baru saja merayakan HUT ke-90 di tengah pandemic corona serta pergantian pejabat sekjennya, dari Ratu Tisha kepada Yunus Nusi. Kendatipun, Djohar menilai bahwa pengembangan sepakbola nasional tidak boleh berhenti. Peluang bisnis selalu muncul dari setiap event olahraga terutama sepakbola. “Ada 52 perusahaan bisnis, termasuk penjualan merchandise, penerbitan majalah bahkan koran Galatasarai. Manager club juga tangani 24 juta supporter Galatasarai. Saya yakin PSSI bisa belajar dari Galatasarai,” tegas Djohar Arifin.

Konsekuensinya, kalau Pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga terutama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tidak mampu membina berbagai club, persebakbolaan nasional terlindas. “Banyak club professional, awalnya jaya tapi akhirnya terkubur atau sudah almarhum. Dulu, club tersebut mengalami kejayaan, luar biasa. Siapa sponsor, pemiliknya?. Lama-lama pemilik bisa saja kehabisan dana. Keturunannya, misalkan anak-anaknya belum tentu suka sepakbola. Menangani club bukan sekedar hobbi, tapi profesionalisme,” tegas Djohar Arifin.

Persaingan global, terutama club harus punya daya Tarik. Sehingga (club) diminati oleh penggemar, penonton. Dengan ramainya penonton, pembicaraan pada keseharian masyarakat mengenai prestasi, (club) tentunya akan menarik bagi sponsor, perusahaan. Ini merupakan tantangan untuk para manager club sepakbola. Mereka harus professional, jujur. Belajarlah dari club-club di Eropah yang sudah sangat maju, sehingga club di Indonesia tetap eksis. Club Eropah sudah eksis puluhan sampai ratusan tahun. “Sementara, kita tahu (usia club) baru tahun ke-5 saja sudah tertatih-tatih. Club harus menyiapkan manager yang professional sehingga performance club, bukan hanya taktik permainan, tapi juga ekses semakin menarik,” kata Djohar Arifin. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *