Penawaran Aset Brasindo di Sulteng karena Penentuan Prioritas Bisnis


Penawaran Aset Brasindo di Sulteng karena Penentuan Prioritas Bisnis

dilaporkan: Setiawan Liu

Sao Paulo, 16 Juni 2021/Indonesia Media – Penawaran aset bangunan pabrik pengolahan rumput laut (rumla) PT Brasindo Gum di Luwuk, Sulawesi Tengah (Sulteng) tidak ada sangkut paut dengan pinjaman bank tertentu atau kredit macet, melainkan hanya sebatas penentuan prioritas bisnis keluarga salah seorang pemegang saham. “Sedikit masalah (internal perusahaan) untuk (penentuan) besaran komisi keuntungan,” Kim To dari PT Brasindo Gum, Sao Paulo Brazil mengatakan kepada Redaksi.

Brasindo sempat mencatatkan nilai kontrak rumla sampai 3 juta dolar AS yang melibatkan tiga perusahaan. Kontrak tersebut terdiri dari 1,8 juta dolar AS untuk PT Brasindo Gum dengan Indobras Representacao Comercial (Brazil). Serta (kontrak) senilai 1,2 juta dolar AS antara PT Gumindo Perkasa Industri dan Indobras Represencao Comercial. Rumla asal Indonesia dilirik pasar di Brasil sejak 2010 yang lalu. “Saya yang memasarkan di Brazil. Terus terang, saya kan punya networking, teman-teman yang bisa bekerjasama. Apa yang saya dapat dari hasil kerjasama, kami sharing hasil (keuntungan). Kalau ada kesukaran (operasional perusahaan), saya juga mengeluarkan biaya,” kata Kim To melalui sambungan telepon.

Karena alasan dan pertimbangan tertentu, Brasindo yang dibangun oleh Kim To dan keluarga Hedy Thiono menghentikan operasional pabrik pengolahan rumla. Lalu aset pabrik ditawarkan melalui internet dengan berbagai keterangan termasuk nilai tanah dan aset mesin-mesin pengolahan. Keduanya juga sepakat untuk appraisal harga tanah di Luwuk. Mengingat lokasi pabrik sangat strategis, yakni dekat dengan pantai, bukit, dan akses langsung ke pusat kota. Mengenai kemungkinan adanya jasa independent appraiser/value appraisal (menaksir nilai property) untuk mesin, tanah, bangunan dan lain sebagainya sampai audit report, belum seluruhnya. “Secara umum, (lokasi strategis) susah didapatkan. Lahan usaha seperti pengolahan rumla Brasindo sudah tepat. Kegiatan sudah berhenti sejak dua tahun. Mesin-mesin masih dalam kondisi baru, sehingga berfungsi dengan baik. Saya juga mau ambil kembali (aset) yang saya sudah invest pada Brasindo. Nilainya (investasi Kim To) sebesar 450 ribu US Dolar atau enam milyar rupiah,” kata Kim To.

 Dari perhitungan besaran komisi keuntungan, ia menilai fair kerjasama pengolahan rumput laut di Luwuk dan pemasarannya di Brazil. karena alasan dari Hedy Thiono, customers Brasindo bayar secara bertahap. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan akad melalui Kim To di Brazil. “Pembayaran (bertahap) dengan lamanya 90 hari. Biasanya memang 60 hari. Ini memang berat. Tetapi kita sebagai pebisnis, kita tetap terima. 60 hari dengan harga yang bisa ‘masuk’ dan tetap untung. Customer di Brazil tetap mau rumla kami karena kualitas terjamin,” kata Kim To. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *