Ekspor rumla carrageenan Luwuk ke Brazil berhenti karena pecah kongsi


Ekspor rumla carrageenan Luwuk ke Brazil berhenti karena pecah kongsi

dilaporkan: Setiawan Liu

Sao Paulo, 11 Agustus 2022/Indonesia Media – Apalagi jika bisnis tersebut diolah dengan cara yang benar, dan sudah ada beberapa kasus, pengusaha mendadak bangkrut karena kecerobohannya, lupa pada Tuhannya dan berbuat zalim. Salah satunya, warga Negara Indonesia yang buka usaha di Sao Paulo, Brazil The Tjin To (Kim To) dengan partner bisnis pengolahan rumput laut (rumla) carrageenan di Luwuk, Sulawesi Tengah (Sulteng). “Ya benar (penutupan usaha impor rumla). Kami putus (kerjasama), pecah kongsi dengan Hedy (rekan bisnis). Suruh dia (Hedy) saja yang urus (ekspor impor),” Kim To merespons komunikasi WhatsApp Redaksi.

Rumla Carrageenan Manufacturer PT Brasindo Gum di Desa Kyoan Luwuk. Kondisi Perusahaan; awalnya dikelola bersama Kim To dengan mitra local, Hedy. Periode tahun 2012 – 2018, hasil kongsi dengan mitranya, Brasindo berhasil ekspor ke Brazil. Nilai kontrak rumput laut mencapai 3 juta dolar AS (per tahun 2015) yang melibatkan tiga perusahaan. Kontrak tersebut terdiri dari 1,8 juta dolar AS untuk PT Brasindo Gum dengan Indobras Representacao Comercial. Serta senilai 1,2 juta dolar AS antara PT Gumindo Perkasa Industri dan Indobras Represencao Comercial. “Mungkin saja kami lalai, lupa (dengan hak dan kewajiban),” kata Kim To dengan nada pasrah.

Dulunya, ketika usaha ekspor impor rumla masih jaya, pengiriman mencapai 30 – 40 ton untuk pasar Brazil. Kegiatan bongkar kapal di Brazil, dari pengiriman ekspor rumla, kapal pasti menerima dokumen. Tapi menurut Kim To, begitu sampai di pelabuhan, pengiriman tidak bisa langsung diproses sampai garasi truk peti kemas (pool). “Tidak bisa langsung masuk pabrik. Prosesnya 60 hari. Buyer (di Brazil) sudah ok dan menawar untuk pembayaran sampai 90 hari. Kalau proses penerimaan barang ada yang sampai 30 hari. Kami sebagai trader pasti mainkan harga. Kalau importer (Brazil) bayar kontan, 30 hari atau 60 hari, bahkan 90 hari (per US Dolar),” kata Kim To melalui sambungan telpon beberapa hari yang lalu.

Buyer di Brazil mengajukan permintaan, agar produk carrageenan dihaluskan. Proses penghalusan ibaratnya investasi. Sementara rekan bisnisnya di Luwuk, Sulawesi Hedy sempat ragu dengan kualifikasi penyediaan/pengiriman rumla ke pasar Brazil melalui trading house Kim To. “Pembayaran 90 hari dianggap sulit. Kami sempat beli mesin untuk penghalusan (bahan baku carrageenan). Sehingga sempat terpikir, pak Hedy mau mengalihkan ekspor ke Korea. Itu pikiran (ide) pak Hedy. (pengalihan pasar ekspor) sudah beres. Saya mau kembali fokus pada usaha foto kopi saja di Sao Paulo,” kata Kim To. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *