Pemprov Jabar Himbau Pedagang tidak Jual Daging Celeng Oplosan


Pemerintah provinsi Jawa Barat (Jabar) berharap semua pihak, termasuk pedagang daging menjaga kesucian bulan Ramadhan, dengan tidak menjual daging celeng oplosan. Pada saat bersamaan, konsumen juga harus hati-hati dengan kemungkinan peredaran daging celeng oplosan di pasar tradisional. “Dinas peternakan sigap untuk jaga situasi ini,” Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan kepada pers di sela-sela kunjungan ke pasar Kosambi Bandung (10/7).
Gubernur mengaku, secara informal sudah koordinasi dengan pejabat se-tingkat eselon I Kementerian Perdagangan. Di sela-sela kunjungan pasar, Gubernur membahas dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Srie Agustine dan Dirjen SPK (Sertifikasi dan Perlindungan Konsumen) Widodo. Tetapi kendala di lapangan, petugas alami kesulitan untuk membedakan daging asli dengan yang oplosan daging celeng. “Ketika petugas curiga, tetapi harus secara scientific (pembuktian). Kita tidak bisa tentukan (daging) hari itu juga. Kita butuh satu minggu untuk uji scientific di laboratorium. Karena (kedua daging) hampir sama.”
Pengujian satu minggu dilakukan di lab milik balai karantina Kementerian Pertanian (Kementan) di Jakarta. Pengujian DNA selama satu minggu, diharapkan tidak ada pedagang yang mengedarkan di pasaran. “Sehingga kami menghimbau, masyarakat hati-hati. Pedagang juga jangan sampai mengotori diri.”
Sampai pada hari kunjungan ke pasar (10/7), Pemprov belum menemukan adanya daging oplosan. “Alhamdullilah, belum ada (daging oplosan) di Jawa Barat. Daging yang dijual tidak dicampur apa-apa.” Pemprov juga berharap subsidi sebesar Rp 45.000 – 50.000 untuk daging sapi bisa membantu pencegahan masuknya daging celeng oplosan ke Jawa Barat. “Ketika permintaan meningkat, ada saja yang cari kesempatan di tengah kesempitan. Itu yang kita sesalkan.”
Daging sapi berada di kisaran harga Rp 95.000 – 100.000. Subsidi Pemprov untuk keluaga yang kurang mampu, dinilai wajar. Selama ini, banyak masyarakat di desa di Jawa Barat yang juga ingin menikmati daging untuk sajian buka puasa. “Sehingga kami subsidi. Beras, minyak goreng juga mendapat subsidi untuk pembelian per paket. Tetapi setiap keluarga hanya bisa beli satu paket, tidak lebih.”
Di sisi lain, Aher menilai wajar kenaikan harga bahan pokok termasuk daging sapi saat bulan suci Ramadhan dan jelang Hari Raya Idul Fitri. Harga bahan pokok naik, seiring dengan tradisi THR (tunjangan hari raya) setiap tahunnya. “Ada saja kenaikan, namanya (bulan suci) Ramadhan. Kenaikan (harga) wajar, 5 – 10 persen.”
Pemprov Jabar melihat masalah kenaikan harga bahan pokok paralel dengan distribusi. Pasokan kepada masyarakat di seluruh kabupaten Prov. Jabar relatif aman, dengan upaya menjaga sistem transportasi. “Distribusi lancar, kondisi di pasar bisa mudah, tidak ada masalah.”
Pemprov Jabar mengalokasi dana subsidi sebesar Rp 10 miyar untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok. Dana tersebut rutin setiap tahunnya, terutama untuk operasi pasar, penyelenggaraan pasar murah dan lain sebagainya. “Subsidi juga untuk daging sapi. Kita jual Rp 45.000 per kilo. Masyarakat beli dengan harga Rp 50 ribu. Pasokan daging sapi cukup untuk Jawa Barat, yaitu sekitar 5 ton sampai jelang Lebaran nanti. Ini (lima ton) cukup, dan (kondisi) sudah membahagiakan.” (Liu)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

15 thoughts on “Pemprov Jabar Himbau Pedagang tidak Jual Daging Celeng Oplosan

  1. James
    July 11, 2014 at 1:21 am

    Himbauan Tidak Telak, lebih Telak Penangkapan dan Penahanan disertai Hukum lebih Perlu !!! Oplosan, Formalin, Suntikan Air , begitu banyak macam ragam Penipuan terus menerus Terjadi !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *