KKP Ambil Manfaat Alih Teknologi dari UNIDO, SECO


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melihat peluang bisnis melalui peningkatan rantai nilai komoditi rumput laut baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga KKP mengambil manfaat dari program hibah UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), State Secretariat for Economic Affairs – Swiss (SECO) yaitu technology transfer (alih teknologi). Hibah mengalokasikan anggaran sebesar 4,500,000 USD atau sekitar Rp 5,4 milyar. Program hibah melibatkan tiga kementerian negara yaitu, KKP, Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Perindustrian (Kemeperin). Selain itu, UNIDO lebih berperan sebagai eksekusi penerapan program kerja hibah. “Anggaran 4,5 juta USD tidak bisa dinilai besar atau kecil. Tetapi kita dapat skill(keahlian, ketrampilan) dari implementasi program hibah. Kita yakin dengan teknologinya terutama untuk pengolahan rumput laut menjadi karaginan,” Dirjen P2HP (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) KKP Saut P. Hutagalung mengatakan kepada pers (8/7).

Pelaksanaan program melibatkan unit kerja terkait lingkup KKP, akademisi dan segenapstakeholders sektor perikanan. “Minimal, hibah UNIDO bisa memperbaiki kualitas yang Semi Refined karaginan rumput laut.”

Program hibah adalah hasil kerjasama KKP dengan UNIDO. Program berjalan selama lima tahun, 2014 – 2019. Sasaran utamanya, meningkatkan dan menguatkan kapasitas pemasaran hasil perikanan dalam rantai nilai dan mutu yang lebih tinggi. “Kita juga berharap, industrialisasi rumput laut dalam negeri sudah pada tahap produksi karaginan. Karena yang bisa diterapkan langsung untuk ketahanan pangan, yaitu karaginan.”

Program juga mencakup konsultasi dan seleksi rantai nilai perikanan Indonesia. Keterlibatan para pemangku kepentingan menentukan komponen dan aspek-aspek utama. Pengerjaan dan implementasi program hibah lebih diarahkan pada capacity building. Pengembangan rumput laut olahan harus dibarengi dengan berbagai identifikasi. Misalkan lokasi yang paling sesuai untuk pengembangan komoditi, sangat penting. “Seperti Filipina yang berencana buka pabrik di sini. Mereka maunya, bahan baku tidak lagi kering. Tapi perusahaan kita belum punya dana, pengalaman. Pengolahan rumput laut kita mentok di semi-refined, keahlian sudah ditransfer. Sehingga teknologi (negara donor) bisa keluar, kita undang UNIDO dan SECO.”

Di sisi lain, KKP menargetkan penerapan SLIN (sistem logistik ikan nasional) di Pelabuhan Muara Baru Jakarta Utara sebelum Oktober bulan ini, dan diresmikan tetap dengan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sharif C. Sutardjo. Pergantian Presiden dan anggota kabinetnya berlangsung pada tanggal 20 Oktober 2014. Tetapi peristiwa tersebut tidak berdampak pada rencana peresmian SLIN dan event lainnya. SLIN Muara Baru berkapasitas 500 ribu ton, dan sedang dalam tahap finishing (penyelesaian). “Untuk fasilitas listrik, kami masih tunggu PLN. Kondisi sekarang, pekerjaan berlangsung terus. Lingkungan terus diperbaiki, sehingga SLIN bisa efektif untuk menjaga kualitas ikan, dan mutu hasil tangkapan.”

Rencana awalnya, MKP Sharif C. Sutardjo mau meresmikan SLIN bersamaan dengan acara Safari Ramadhan. Tapi peresmian tertunda, karena pertimbangan suasananya yang kurang tepat, dan tidak fokus. SLIN juga diterapkan di PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Brondong, kabupaten Lamongan Jawa Timur (Jatim) dan Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) terutama fasilitas cold storage (pendingin) untuk ikan. “Kapasitas SLIN di Kendari sekitar 300 ribu ton, Lamongan 500 ribu ton.”

 

SLIN adalah salah satu program milik pemerintah pusat untuk menjaga kualitas dan mutu ikan dari para nelayan agar selalu aman untuk dikonsumsi oleh para masyarakat. Peresmian, besar kemungkinan dibarengi dengan acaraInternational Fishery Conference and Exhibition pada tanggal 27 Agustus mendatang di JCC Senayan Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga akan diundang untuk peresmian acara expo nya. Tetapi secara partial, acara conference akan dihadiri oleh calon presiden hasil Pilpres (Pemilu Presiden) hari ini.

 

“Kita nanti sudah bisa lihat siapa (presiden) terpilih, karena ada quick count (hitungan cepat hasil Pilpres). Kita undang presiden terpilih, kita mau lihat seberapa besar komitmen untuk pembangunan industri perikanan nasional karena hal ini penting.”

 

Peresmian SLIN Muara Baru, sudah terlebih dahulu dengan pembangunan sarana dan prasananya. Selain Cold Storage, pengelola akan menyediakan sarana untuk trucking (bongkar muat), bak terbuka, dan lain sebagainya. “SLIN kan bukan hanya cold storage. Misalkan SLIN di Lamongan, termasuk penataan sistem pengiriman ikan dari Kendari.”

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *