Passion bangunan tua kolonial buka ruang interaksi netizen 


Passion bangunan tua kolonial buka ruang interaksi netizen 

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 12 Maret 2022/Indonesia Media – Karena passion pada bangunan tua yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, semakin banyak netizen yang berdiskusi, SLC (share, like, comment) pada setiap gambar yang di posting. Dari diskusi, muncul suasana kebersamaan dalam dunia maya. Seperti apa yang diutarakan oleh salah seorang netizen mengenai posting-an sebuah cluster Jl. Kemenangan III Gang 5, Glodok Jakarta Barat. “Yang saya suka dari postingan ini adalah bagaimana sebuah postingan sederhana bisa membangkitkan kenangan banyak orang dan membuat kita saling berinteraksi tanpa melihat latar belakang dan kedudukan sosial kita saat ini. Terima kasih sudah jadi pemantik kebaikan,” kata netizen tersebut.

Netizen lain mengaku terobsesi dengan berbagai bangunan tua, baik langgam arsitektur Tionghoa terutama klenteng, Arab, India, Betawi dan lain sebagainya. Obsesinya sempat drop sampai pada titik nadir ketika mengetahui salah satu rumah tua milik alm. Hans Limanouw sudah rata dengan tanah. Alm. Hans Limanouw adalah cucu pendiri sekolah Tionghoa Hwee Koan/THHK di kawasan Angke, Jakbar. “Saya sempat belajar ilmu konservasi (bangunan tua) ketika masih di bangku kuliah, fakultas teknik arsitektur. Bangunan peninggalan kolonial Belanda adalah rekreasi, bukan sesuatu yang menakutkan,” katanya.

Ia juga mengaku pernah ‘bengong’ pasrah dan blank di depan rumah alm. Hans Limanouw yang sudah berubah menjadi bangunan ruko tiga lantai. Sekitar tahun 2000 – 2002, ia masih sering temui almarhum yang hidup sebatang kara. Sampai akhirnya beliau meninggal dan rumah tua bersejarah (sangat bersejarah) akhirnya hanya tinggal kenangan. Padahal, almarhum adalah cucu dari pendiri sekolah ternama/elit pada zaman Belanda, yakni THHK (Tionghoa Hwee Koan). Keluarga almarhum juga tuan tanah pada zaman Belanda. ibaratnya, almarhum dan keluarga tidur di atas tumpukan duit setiap harinya. “Kalau merunut sejarah keluarga pendiri THHK, sangat menarik. Tapi sekarang, satu-satu artifact mengenai THHK raib. Bagi saya, tindakan merobohkan bangunan bersejarah, termasuk rumah keluarga pendiri THHK, tindakan cultural harassment atau pelecehan budaya. Anak cucu kami tidak punya gambaran lagi mengenai sekolah Tionghoa ternama pada masa kolonial Belanda,” katanya. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *