Ny. Susanna, Multitalenta asal Bogor Sejak 1960-an Melekat dengan Boper


Ny. Susanna, Multitalenta asal Bogor Sejak 1960-an Melekat dengan Boper

dilaporkan: Liu Setiawan

Bogor, 8 January 2024/Indonesia Media – Nyonya Susanna, perempuan kelahiran 79 tahun yang lalu mengaku namanya masih melekat dengan toko roti legendaris Bogor Permai (Boper) karena sejak masih remaja tahun 1962, ia tumbuh di tengah aktivitas resto dengan keragaman makanan enak mulai dari kue basah, roti, pempek es sekoteng, ice cream, dll. Kendatipun nama ‘Susanna’dan Boper merekat satu sama lain selama lebih dari enam dekade, ia masih aktif membuat kue-kue basah dengan permainan rasa, tekstur serta resep kekinian. “Saya memang hidup di lingkungan Boper sejak 1962, tidak lepas dari dunia bakery, bikin kue sambil bantu Ibu saya. Rasa ingin tahu yang tinggi, saya sering terdorong mau mempelajari hal-hal baru. Sejak kecil, remaja sampai usia sekarang, aktivitas saya terdiri dari catering/kuliner, bakery, fashion, salon (hair stylist and beautician). Tapi (kegiatan) yang mendalam dan meresap benar, (yakni) salon. Saya buka Salon sejak 1965,” kata Susanna.

 

Boper menjadi salah satu spot yang wajib disambangi para pencinta kuliner, dan identik dengan kota hujan. Boper, sebagai toko legendaris juga sempat jadi wadah untuk curahan hati mereka yang relatif tidak muda lagi (usia di atas 60 tahun), namun masih tetap terlihat energik. Waktu tahun 1962, setiap pulang sekolah ia bantu ibunya bikin risoles, ice cream, dan kue-kue basah lainnya khas Jawa Barat. Karena namanya masih melekat dengan Boper, ia dipercaya supply catering dan buka kantin untuk para expatriate di Guest House pabrik Indocement di Cibinong (1994 – 1999). Waktu itu, para expatriate dari Jerman, Denmark, Jepang bekerja di pabrik Indocement sebagai tenaga ahli.“Sampai sekarang, ada beberapa perusahaan masih kenal saya dengan Boper nya. Saya generasi kedua (pendiri Boper), dan sudah beberapa bulan diminta supply catering untuk BSH (Bogor Senior Hospital, Jl. Raya Tajur). Karena sejak beberapa puluh tahun yang lalu, para pensiunan (rumah sakit Mitra Kemayoran, Indocement) masih kenal saya dengan Boper,” kata pemilik nama Tionghoa Poei An Nio.

Rasa ingin tahu yang tinggi sejak kecil, tidak heran kalau ia punya segudang aktivitas dan berbagai skill (keahlian, keterampilan). Karena multitalenta, ia juga sempat tangani fashion, terutama untuk sosialita dan ibu-ibu pejabat era tahun 1980 an. Sampai sekarang, ia masih simpan beberapa perlengkapan untuk seni fashion. Ruang untuk salon Susanna di Jl. Sawojajar Bogor juga masih buka, walaupun pelanggannya sudah jauh berkurang. Bahkan beberapa pelanggan sudah meninggal. kalangan ibu-ibu pejabat tinggi sampai wanita muda berusia 25 – 35 tahun, berstatus ekonomi sosial menengah ke atas sudah sangat akrab dengan salon Susanna. Tahun 1963, ia lulus SMA Regina Pacis Bogor,  lanjut kursus (tata rambut) di Coiffure, dengan orang Belanda. Tahun 1964, ia sempat sibuk kuliah di fakultas hukum UKI (Universitas Kristen Indonesia) Jakarta, tapi tidak dilanjut karena semakin tercemplung ke aktivitas hair stylist and beautician. “Bagi saya, antara bakery, stylist, beautician, fashion, catering (kuliner) sama-sama menuntut saya inovatif, kreatif. Kalau bakery dan kuliner, saya memadukan rasa asin, pedas, gurih, legit dan lain sebagainya. Kalau hairstylist, saya selalu passion untuk mengubah penampilan para wanita untuk sederhana bersahaja tapi enak dilihat. Sebagai hairstylist, saya selalu mau membuat orang berpenampilan rapi terutama bagaimana menata dan merawat rambutnya,” kata Susanna saat ditemui di Doea Tjangkir café di Bogor. (LS/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *