Cruise Asia Kedua Special Edition # 24


Cruise Asia Kedua Special Edition # 24

Sabtu malam, 22 Pebruari 2020, National Tax College, Wako Campus

Masih ingat teori psikologi ‘downward social comparison’ oom Leon
Festinger yang saya singgung di tayangan terdahulu? Bulan Mei tahun
lalu saya ikut jiarah bersama UKI Toronto ke kamp konsentrasi Nazi
Jerman Auschwitz di Polandia. Sangat meresap di hati dan untuk saya
sekali cukup. Kalau kau orangnya engga tegaan, jangan kesana. Nah,
tadi pagi mulai jam 11 kami diangkut dari kapal Diamond Princess yang
sudah menjadi terkenal sePlanit Bumi sedemikian sehingga Betty agen
montor-maburku mengatakan Air Canada akan meniadakan penalty ganti
tiket khusus untuk penumpang Diamond Princess, di-waive. Keren bo.
Saya pernah tanya berapa duit ketika saya ada feeling bisa-bisa engga
jadi ke Indonesia dan dia bilang 800 CAD per orang (karena tiket jenis
murah, engga bisa diganti-ganti).

Cukup lama prosesnya dan karena saya siap dari jam 10, begitu tingtong
boleh keluar di jam 11 saya langsung berangkat ke deck 4. Antri untuk
di-check dari cabin nomor berapa dan mereka sudah punya daftarnya,
puluhan orang diangkut dari kapal, sepertinya semuanya sebab dari pagi
sampai sore. Mereka adalah yang atau ditest negatif dan belum cukup
masa karantina di kapal atau yang sudah cukup tapi si sayangnya
positif, jadi di-reset 14 hari sejak sang kekasih pergi. Saya tahu
sampai sore kami dikarantina di kampus mahasiswa National Tax College
ini karena jam 4 saya telepon. Lampu di kamar mandi engga nyalah. Si
eneng bilang elo tahu switch-nya, iya gue udah cetak-cetek berapa kali
tau. Tombol lampu-lampu semua jadi satu di kepala ranjang. “Just bring
the light bulb, I will change myself.” Tiga puluh menit kemudian si
eneng telepon minta maaf, bis turis masih berdatangan dan ia sibuk tak
bisa kirim lampu. “Never mind, I already fixed it,” saya buka tutupnya
dan kencengin boglamnya, gitu aja kog susah :-). Diamond Princess sih
tulis kampus universitas tapi masa belajar mungut pajak mesti skul
sampai di level uni segitu lama. Si Zacheus aja engga disekolahin bisa
dan pinter lagi dia mungut pajaknya sehingga jadi orkay bisa menjamu
mengundang Yesus ke rumah doski :-).

Perjalanan Yokohama ke Wako biasa-biasa sahaja, engga ada yang aneh.
Tapi pas mau turun atau dikeluarkan, entah kenapa, apakah saya jadi
cengeng 5 hari engga peluk isteri :-), terasa bak mau masuk kamp
konsentrasi. Pas bis berhenti saya intip dari jendela yang ditutup
penuh gordijn sehingga saya mesti tepiskan, intip. Petugas pakai
pakaian astronot siap mengangkut koper-koper yang sudah berderet
ada di bawah. Satu persatu diabsen dulu, ada sekitar 30 orang sebis.
Lalu dibagikan formulir untuk diisi, alergi apaan, penyandang penyakit
apa, jantung diabet darah-tinggi “kantong” :-). Iya kantong si Jeha
bolong udah bayar penuh trip Palembang dan hampir lunas ke Misool,
gagal batal. Yang istimewa ditanyakan ukuran CD, suwer dan BH, 30 s/d
50, kidding bro en sis :-). CD bakal di-supply, ga perlu cuci-cuci.
Lama proses dipanggil sebab eneng entong tukang angkut koper cuma
ada sekitar 10, satu orang seperti si saya bawa 3 koper. Entah kenapa,
saat nunggu 2 jam di dalam bis untuk dikeluarkan, membawa lamunan
saya ke orang Yahudi yang diangkut berkereta-kereta dan diproses-
verbal pas sampai di kamp untuk dapat pembagian cem-macem.

Benar aja, begitu keluar bis dan tunjuk koper itchi ni san, masuk ke
lobby, langsung sepatu copot dibuang 🙂 disuruh masukkan kantong
plastik dan diganti selop Jepang. Dokter tanya-tanya lagi alergi apaan
dan saya geleng, alergi cuma sambal dan asyiknya di Jepang ini, negeri
bebas sambel. Itu sebabnya saya ajak Cecile kita pergi lagi yuk, itu
waktu sebelum 4 Pebruari. Dikabulkan secara istimewa :-), dia malah
sampai di onsen di kaki Mt Fuji :-), saya dasar gila sekolah, dibuinya
sekarang di kampus college, asrama mahasiswa. Dua eneng manis ramah
membawakan koper saya, saya cuma portage backpack. Kaga seperti di
kamp Auschwitz dah, enengnya sopan sekali dan ternyata kita ini warga
Diamond Princess yang dikarantina, dianggap sudah menyelamatkan bangsa
Jepang dari malapetaka, kalau tidak begini sekota sengeri akan kena
Covid-19 sebab penumpang yang turun, sudah puluhan positif.

Masuk ke kamar asrama, keren sih. Mata saya jelalatan dan lihat router
langsung kunyalakan dan ikuti petunjuk untuk lihat nama wifi-nya plus
passwordnya di router itu. Keren abis, 22.37 Mbps unduh, 5.37 unggah,
kalah kecepatan Internet di kampung ente. Bayangin waktu Internet
dimulai di Toronto, kecepatan unduh beberapa ratus byte per detik,
sekarang puluhan juta! Keluarkan paket selamat datang dari Shinzo Abe,
kaga ada pembalut wanita, doski semart. Berbagai alat cairan pembersih
penyaman hidup, gantungan baju jepitan buat ngejemur, tissue, sabun,
sikat gigi dan odol. Yang paling keren ada ketel air panas T-fal gres
baru. Hanya bantalnya buat keturunan Thio Boe Kie sebab isinya KERIKIL
kecil-kecil. Bang Jeha akan semakin sakti sehabis karantina selesai.
Kemarin ketika kami berenam masih sehat, ketawa-ketiwi setiap hari di
meja makan, kami semua cinta demen banget ama bantal dari Diamond
Princess, ‘feather pillow’. Nasib, eh gambatte, hampir diomelin Warti.
Baidewe di brosur petunjuk hidup di asrama, kalau mau kita bisa pesan
barang darimana saja dan dikasih alamatnya kemana, kamarku 711, ingat
aja 7-Eleven kalau ada yang mau kirim ‘feather pillow’, kaga ditolak.

Toktoktok, makanan malam tiba. Bento. Kita akan disuguhkan 3x sehari
‘bento style meal’. Payahnya karantina ini,benar-benar 24 jam dikurung
di dalam kamar, no way jose bisa keluar. Hanya pemandangannya dari
jendela tingkat 7 ini ok. Nyeberang keliatan mahasiswi-mahasiswi
hilir mudik, ruang makan kafetaria mereka. Ke arah kanan terlihat
pemandangan malam downtown kota Wako. Anggap aja cruising dapat cabin
balcony 🙂 dan memang bisa keluar ke balkon semeteran persegi.
Baidewe lagi, Bang Jeha mencapai prestasi paling lama dari ente-ente
semua di atas kapal cruise, 20 Januari s/d 4 Pebruari cruise benarnya,
lalu 5 s/d 22 Pebruari ‘cruise-cruise-an’. Delapan belas hari itu
gratisan, 15 hari itu bukan saja gratis, dapat bonus ‘cruise credit’
sehingga 10 Desember yad, saya cruise dari Singapura pp gratis plus
dapat paket wifi. Kembali ke laptop, wuihhh bentonya asyik punya. Saya
sikat habis ludas sebab t i d a k  p e d a s ! Nasi saya singkirkan,
sayang engga ada abon. Selesai makan malam, mulai dongeng, selesai
dongeng, Ping Shuai Gong buat supaya seri ke 25 akan berkibar besok,
dari “cabin balcony” kampus sekolah perpajakan di Wako :-).( Jusni H / IM )
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *