Kades urus banyak hal hampir sama seperti presiden


Kades urus banyak hal hampir sama seperti presiden

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 6 September 2021/Indonesia Media – Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) melihat fenomena calon kepala desa (kades) atau penjabatnya terkait dengan perkara tindak pidana korupsi (tipikor) di Probolinggo Jawa Timur (Jatim), sebatas dinamika masyarakat. Bergengsi atau tidaknya jabatan kepala desa juga sangat subjektif. “Yang pasti seorang kades mengurus banyak hal termasuk usaha pertanian, budaya, keamanan dan lain sebagainya,” Paryandi dari Apdesi mengatakan kepada Redaksi.

Sebagai kades Beruas di Bangka Barat, prov. Babel, ia mengibaratkan jabatannya sama seperti seorang presiden yang menjaga kondisi dinamis Ipoleksosbudhankam (Ideologi politik ekonomi sosial budaya pertahanan dan keamanan). Seorang kades juga mengurus hal yang sama dengan presiden tapi level dan cakupannya sebatas desa. “Seperti saya, kades yang mengurusi usaha pertanian sorgum, minyak serai wangi, buah pinang dan produk olahannya,” kata kata alumni program D3 Politeknik Manufaktur Timah (Polman Timah) Sungailiat Bangka

Ketahanan ekonomi di desa sekarang ini juga semakin crucial. Ketahanan pangan parallel dengan kondisi dinamis kehidupan perekonomian desa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional, terutama dalam menghadapi pandemic covid-19. Kades juga harus mengatasi segala tantangan, hambatan dan gangguan terhadap potensi perekonomian desa. “Potensi Babel (Bangka Belitung) berupa Lada, karet yang sebetulnya tidak akan habis. Karena kultur budaya, setiap orang buka lahan, pasti tanam karet. Tapi harga komoditas tersebut fluktuatif sehingga perlu upaya dampak buruknya,” kata pria kelahiran 46 tahun yang lalu.

Budidaya lada, karet dilakukan oleh orang-orang tua masyarakat Bangka dan diteruskan oleh anak cucunya. Ia mengaku bahwa kedua orang tuanya ikut menurunkan budaya tanam lada, karet di Bangka Barat. Sehingga kebun-kebun karet sampai sekarang masih eksis, walaupun jumlahnya sudah berkurang. Harga karet pada tingkat petani kisaran Rp 6000 per kilo. “(harga karet) tertinggi pada periode tahun 2011 – 2012, yakni Rp 15-15 ribu per kilo. Harga yang wajar, untuk sejahteranya petani karet, barometernya kan beras. Satu kg karet setara dengan satu kilo beras, itu berimbang, berarti petani sudah bisa memenuhi kebutuhan pokok dan sejahtera,” kata Paryandi. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *