Jasa Entertainment Tidak Melulu Garap Ceruk Pasar Pengusaha  Buddhis


Jasa Entertainment Tidak Melulu Garap Ceruk Pasar Pengusaha  Buddhis

Dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 3 Juli 2023/Indonesia Media – Beberapa industri entertainment Buddhis di Indonesia tidak semuanya garap ceruk pasar organisasi atau perusahaan milik umat Buddha yang notabene pengusaha sukses dan punya perhatian support berbagai kegiatan yang berorientasi pada pengembangan nilai-nilai Agama. “Ada yang bakul penghasilannya disana (keorganisasian umat Buddha). Ceruk pasarnya umat Buddha dan pengusaha, dan mengarah pada kegiatan keagamaan,” salah satu pemilik production house di Jakarta, Filin atau Lie Hui Lin mengatakan kepada Redaksi.

Banyak pengusaha swasta nasional Indonesia beragama Buddha, dan sering bantu pendanaan. Sampai sejauh mana mereka mau bantu setiap kegiatan yang biasanya didahului dengan proposal, menurut Filin, tidak bisa dipukul rata. Beberapa musisi Buddhis commit menjalankan usaha music and creative works selama lebih dari 20 tahun. Terbukti, jasa penyedia musik termasuk untuk jingle ikan bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun. “Beberapa pencipta lagu termasuk jingle iklan kebetulan saja beragama Buddha seperti Darmadi Tjahjadi, Jan Hien. Mereka masih mengandalkan segmen (ceruk pasar) Buddhis, jarang handle proyek lain,” kata Filin.

Mengapa mereka bertahan sudah lebih dari 20 tahun, karena memang namanya sudah branded (dikenal) di kalangan umat Buddha. Mereka sering tampil juga di berbagai kegiatan HUT Wihara, dan lain sebagainya. “Awalnya mereka terkenal dari acara-acara agama Buddha. Tapi perusahaan yang bukan milik Buddhis, artinya secara komersial, belum tentu mau menggunakan jasa perusahaan Dharmadi, Jan Hien. Misalkan public speaker, kebanyakan (pengguna jasa) cari yang umum, yang bukan berlatar-belakang Buddhis,” kata Filin.

Filin Entertainment yang didirikan sekitar 10 tahun yang lalu garap ceruk pasar Buddhis dan non-Buddhis, 50 : 50 (fifty – fifty). Artinya, ia melihat prospek entertainment untuk acara seperti HUT pengusaha, peluncuran produk dan lain sebagainya, dari non-Buddhis juga. Sedari awal, ia tidak berencana garap ceruk pasar umat Buddha sampai seratus perse. “Saya bergerak di EO (event organizer) entertainment. Tapi kebetulan saya, saya mulainya dari komunitas Buddhis. Tapi secara keseluruhan, (ceruk pasar) Buddhis kecil dan sedikit. kami juga main lagu (genre musik) lain,” kata Filin. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *