Jangan Sampai Golput


Makin banyak orang yang golput menyebabkan semakin kecilnya peluang orang-orang baik terpilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Jika itu terjadi, makin terbukalah peluang pihak-pihak yang cenderung merugikan negara bakal terpilih.
Hal ini bisa terjadi karena diduga banyak orang yang sudah tidak percaya dengan para anggota legislatif, eksekutif, maupun para penegak hukum yang terjerembab ke cengkeraman gurita korupsi. Oleh sebab itu, umat Kristiani didorong tetap berpartisipasi dalam pemilu. Ini demi mendukung usaha perbaikan kualitas calon peserta pemilu. Itulah salah satu yang tersirat dalam seminar yang diselenggarakan Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ), di Aula Graha Bethel Jakarta, Kamis (27/2).
Satu Bangsa
Jelang Pemilu 2014, masyarakat menjadi apatis dan ragu berpartisipasi dalam pesta demokrasi mendatang. Itu mengingat maraknya korupsi di Tanah Air yang dilakukan para anggota legislatif, pejabat pemerintah, serta penegak hukum.
Pendeta AA Yewangoe, dalam pemaparannya mengatakan, jawaban dari penyataan mendasar, mengapa mau ikut pemilu, adalah untuk ikut memulihkan bangsa ini. Namun, jawaban itu tidak bisa dipakai jika yang bersangkutan tidak menyadari ia senasib dengan sesama bangsa, sebagai sama-sama penderita sakit akibat praktik-praktik gelap yang terjadi selama ini. “Ini harus diakui, kita sakit sekarang. Kalau tidak mengaku, sulit dicari diagnosis dan pengobatannya,” ujar Yewangoe.
Perasaan senasib ini penting. Dengan demikian, bangsa ini memiliki kebersamaan dan semua bertugas memulihkan sakit ini. Oleh karenanya, pemulihan dalam berpolitik harus bertolak dari visi kebangsaan, suatu misi bersama, tanpa terkotak-kotakkan berdasarkan agama dan sebagainya.
Jangan Golput
Salah satu unsur penting adalah memilih, yang menghormati hak asasi manusia. Lebih lanjut Yewangoe mengutip pesan pastoral PGI yang baru diterbitkan baru-baru ini. Umat dipesankan berpartisipasi dalam pemilu dan tidak memilih berdasarkan agama. Itu karena dapat memperbanyak pengkotak-kotakan yang melemahkan Indonesia. Umat juga harus menghindari partai politik (parpol) atau calon anggota legislatif (caleg) yang korup, yang mempraktikkan politik uang, dan pelanggar aturan. Diharapkan juga umat kenal terlebih dahulu parpolnya baru calegnya, serta diimbau memilih partai yang memperjuangkan kebebasan beragama, membela yang miskin dan tertindas, berkomitmen terhadap perjuangan kaum perempuan, jujur, dan santun, serta memperjuangkan kelestarian lingkungan.
Menyambung hal di atas, Pendeta Jeirry Sumampouw mengatakan, pemilu adalah momentum pemilih atau rakyat menyatakan kedaulatannya. Pemilu seharusnya menjadi kesempatan rakyat memberikan reward pada kinerja yang baik dan punishment bagi yang jelek, baik kepada parpol maupun caleg.
Sayangnya, dalam setiap pemilu memang pemilih menjadi stakeholder yang paling lemah. “Saya kira, ini yang paling lemah dari bangsa kita dan dari pemilih kita,” Jeirry mengungkapkan. Pemilih sulit memberi reward apalagi punishment. “Pasca-2014 ini sangat ditentukan dari cara kita memilih,” ia melanjutkan.
Pembangunan Turun
Sebagai salah satu negara yang pertumbuhan ekonominya membaik, Indonesia ternyata kurang dalam pertumbuhan kualitas manusia. Mengutip 12 indikator global competitiveness index (indeks daya saing global) 2011, terjadi penurunan daya saing bangsa Indonesia dibandingkan negara lain. Indonesia hanya maju dalam pembangunan infrastruktur dan makroekonomi. “Indonesia itu cuma naik di infrastruktur dan makroekonomi, yang lainnya turun,” Alissa Wahid menjelaskan.
Pendidikan dasar, kesehatan, kesejahteraan umum, serta pendidikan tinggi adalah menunjukkan penurunan yang paling drastis. “Bayangkan, yang berhubungan dengan kualitas manusia dan kehidupan manusia, angka kita menunjukkan penurunan. Kalaupun ada kenaikan, ya masih kecil sekali,” ia melanjutkan.
Hal ini berarti, perjalanan negara selama beberapa tahun terakhir tidak membuat bangsa sejahtera. Alissa mengingatkan, sesuai konstitusi, negara dibentuk untuk memfasilitasi rakyat mencapai masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sentosa. Selain itu, kesenjangan ekonomi antarkelas atas dan bawah di Indonesia saat ini adalah yang tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Alissa menyatakan, ia bisa memahami saat membaca seruan pastoral PGI, yaitu orang harus memilih. “Jangan sampai tidak memilih,” ia menegaskan. Kalau tidak memilih, bisa saja yang terpilih adalah orang yang salah, lewat proses demokratis. Selama ini yang terjadi adalah pemanfaatan proses demokrasi untuk meraih kekuasaan.
Untuk ke depan, Alissa melanjutkan, bangsa ini membutuhkan pemerintah yang menguasai good governance, yang bisa transparan dalam menjalankan tugasnya. Semua hal ideal di atas hanya bisa terjadi jika para pemilih hadir di pemilu nanti.
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Jangan Sampai Golput

  1. James
    March 2, 2014 at 10:43 pm

    jangan GolPut, GolTam saja (golongan hitam?)

  2. abah+enjum
    March 3, 2014 at 10:50 am

    derita rakyat; hr ini kita menderita krn pemimpin dan wakil kita di pemerintah, bukannya ngurus kita tapi malah ngegarong duit rakyat,hari ini harga 2 melangit krn pemerintah dan wakil rakyat zolim thdp kita ,mrk tdk amanah tdk pro kpd rakyat ,hr ini kami menderita krn mrk mengabaikan aspirasi dr kami..mrk malah sibuk memperkaya diri..apakah 2014 kami hrs memilih garong dan maling lagi utk menyengsarakan kita ?? dg aksi tipu2 mrk memperkenalkan diri lewat spanduk2 dan baliho, tampa kita kenal orangnya ,apakah hrs kita pilih org yg tdk kita kenal???

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *