BANDUNG – Kondisi Sungai Citarum yang makin memburuk akibat pencemaran mengancam operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA)di kawasan Jawa Barat. Pasalnya, energi dari Sungai Citarumlah yang jadi penggerak turbin.
“Kualitas air Sungai Citarum dari waktu ke waktu mengalami degradasi, menjadi permasalahan karena kerap mengganggu peralatan PLTA,” kata General Manager Unit Bisnis Pembangkitan PLTA Saguling PT Indonesia Power Del Eviondra dalam acara kunjungan wartawan di PLTA Bengkok dan Dago, Bandung, Jumat (28/2).
Ia mengatakan, buruknya kualitas air Sungai Citarum menyebabkan peralatan PLTA mengalami korosi terutama mesin yang berbahan metal. Akibatnya, pemeliharaan harus ditingkatkan yang artinya selain menguras biaya dan waktu juga berdampak pada kapasitas produksi.
“Dampak kualitas air yang makin buruk menjadikan mesin cepat korosi, terutama yang metal sehingga pemeliharaan harus ditingkatkan, serta biaya, dan waktu sehingga mengurangi jam operasi,” dia menjelaskan.
“Fungsi pendingin generator yang memakai air Sungai Citarum juga berkurang karena kualitas air turun, mesin harus stop untuk dibersihkan,” dia menambahkan.
Menurut Eviondra, kualitas air Sungai Citarum sudah masuk golongan D atau tidak layak minum akibat limbah industri, batu bara, dan rumah tangga. Hal ini diperkuat dengan hasil laboratorium dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung yang telah melakukan riset serta beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Dari Unpad pernah melakukan pemeriksaan riset bahwa tingkat air di Sungai Citarum sudah sangat tidak layak lagi dikonsumsi,” ujar Eviondra.
Ia mengatakan bahwa sampah dan gulma yang menumpuk di waduk juga meningkat tajam. Ditambah lagi, sedimentasi yang masuk ke waduk, cukup tinggi.
Dia menerangkan, di PLTA Saguling tercatat sedimentasi di atas 4.000.000 meter kubik per tahun, PLTA Cirata di atas 7.000.000 meter kubik per tahun, dan PLTA Jatiluhur 7.000.000 meter kubik per tahun.
“Perubahan tata ruang atau pengembangan perumahan dan lingkungan di sekitar PLTA juga memburuk karena ruang hijau makin sempit,” Eviondra menambahkan.
Berbagai upaya telah dilakukan agar kualitas air Sungai Citarum bisa lebih baik. Indonesia Power, kata Eviondra, telah melakukan kegiatan penyelamatan Citarum bersama LSM dan organisasi lain, menggelar seminar, serta penghijauan.
Selain itu, dilakukan pula pembinaan pemulung bekerja sama dengan koperasi untuk mengumpulkan sampah plastik di Sungai Citarum. Sampah tersebut kemudian akan dicacah untuk didaur ulang serta melakukan kegiatan pembersihan gulma dan eceng gondok bersama masyarakat.
“Pemerintah juga sudah turun tangan untuk menyelamatkan Sungai Citarum, semoga bisa bersih lagi,” ujar dia.
Sebanyak tiga PLTA di Jawa Barat dikelola PT Indonesia Power, antara lain PLTA Jatiluhur berkapasitas 180 megawatt, PLTA Saguling berkapasitas 700 megawatt, dan PLTA Cirata berkapasitas 100 megawatt. Ketiga PLTA ini menghasilkan listrik 4.000 megawatt per tahun atau setara dengan 1,3 juta ton per tahun pembangkit dari bahan bakar minyaj atau 15 triliun bahan bakar.
“PLTA merupakan pembangkit yang sangat efisien dan mendukung PLN dalam menyediakan listrik yang andal dan efisien serta murah,” kata Eviondra.
ha ha sungai Citarum saja Polusi, gak ada yang beres satuun di Indonesia dalam Pengelolaan Segala Sesuatu pasti ada Problem karena tingkah laku Warga Masyarakat Sendiri yang Tidak Disiplin, Generasi Hancur deh
Patut dicurigai masyarakat dan industri yang berada disekitar daerah aliran sungai citarum. Jangan sampai mereka dibiarkan membuang sampah / limbah sembarangan.
pasti tercemar kalo pemerintah tidak tegas terhadap pihak2 atau oknum yg mencemari sungai citarum…
bagaimana ini?harusnya kita punya Pemimpin pusat sampai daerah yang benar2 mau membuat Pengamanan sumber daya air kita…
gubernur jabar ma bupati bandung spt si kabayan…bangun lagi..tidur lagi…bangun lagi..tidur lagi…bangun lagi..tidur lagi..bangun woyyy..urus tuh citarum..dikasih duit 1,2 trilyun ga kelar kelar..