Isu Papua Merdeka Beredar, Masyarakat Cemas + Masyarakat Papua Diminta Tidak Terpancing Isu Provokatif


Isu SARA beredar luas di Papua melalui layanan pesan singkat atau short message service (SMS) menjelang 1 Desember. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat dan Mahasiswa yang khawatir. Sejumlah mahasiswa memilih pulang kampung menjelang 1 Desember itu.

Seorang mahasiswa Universitas Sains Teknologi Jayapura, Jurusan  Ilmu Komunikasi, Agustinus Ningmabin mengatakan kepada SP, Senin (28/11) mengaku, banyak sms (short message service) beredar  menjelang 1 Desember ini. “Ada beberapa kawan-kawan saya yang memilih pulang dulu kepada kelurganya  di kampung,” ujarnya.

Lain lagi dengan ibu Yeni Goretti, guru SMP  Negeri 5 Sorong, Papua Barat  saat dihubungi, Senin pagi membenarkan, bahwa dirinya menerima  sms cukup membuat dirinya  kaget. “Terutama soal Papua merdeka,”ujarnya.

Disebutkan, pada 1 Desember akan ada kemerdekaan. “Di Kota Sorong heboh beredar sms-sms yang  menurut saya, sungguh meresahkan. Seharusnya aparat kepolisian bisa menangkap para peneror sms ini,” ujarnya.

SP juga menerima sms-sms yang meresahkan itu. Sms-sms itu antara lain berbunyi, “Kapal selam dari PBB sudah ada di Sarmi Pantai Timur, sebentar jam 12 malam rencana PBB mau kasih kibar bendera Bintang Kejora di Jayapura. Peringatan untuk semua orang Papua, apabila malam ada yang mengetuk pintu jangan di buka. Jangan sampai keluar jam 3 subuh. Tolong disebarkan ke yang lain. Salam Freedom Papua Merdeka.”

Ada juga sms berbunyi begini, “Waspada malam ini. Rencananya masyarakat Wamena mau serang Kampung Nafri karena orang Wamena dapat tikam dari orang Nafri sampai tewas.”

Juga, “Foy…ada info buat anak Papua. Tiap malam harus jaga, ada seorang tentara yang membocorkan rahasia mereka. Sekarang ini jangan keluar larut malam, karena Generasi Pemuda Papua menjadi prioritas pembunuhan. Yang laki—laki kemaluannya dipotong dan dibuang, yang wanita payudaranya dipotong dan dibuang juga. Setelah dibunuh mayatnya akan dibuang dari dalam mobil pake tali. Jadi jangan keluar larut malam. Ini plat nomor kendaraan yang mereka gunakan: DS 2225 J. truskan SMS ini ke anak Papua”.

Sms lainnya berbunyia, “Info darurat. Waspada terhadap pemusnahan etnis orang Papua. Ada info terperinci dari Jakarta bahwa Papua sudah dipaketkan akan habis dalam waktu yang tidak terlalu lama. Di tahun 2011 ini. Jakarta sudah siap akan kirim paket produk khusus dalam bentuk makanan, minuman, seks bebas dan obat-obatan yang sudah dicampur dengan zat kimia dan darah yang sudah terinfeksi HIV-AIDS. Oleh karena itu, mulai sekarang orang Papua harus kurangi kebiasaan makan, minum dari toko, kios, warung, seks bebas dan lain-lain.”

“Info dari markas OPM untuk semua warga bangsa Papua yang ada di Jayapura dan sekitarnya, diberitahukan bahwa tanggal 20 November sampai 1 Desember 2011 akan diadakan pengibaran bendera Bintang Kejora dan pertumpahan darah yang sebesar-besarnya di tanah Papua, kota Jayapura. Jangan sampai SMS ini putus di tangan anda, tolong disampaikan kepada teman-teman dekat anda,” bunyi pesan singkat berikutnya.

SMS lainnya, “New info diberitahukan kepada seluruh putra-putri Papua, bahwa hari Kamis 1 Desember akan diadakan pengibaran bendera Bintang Fajar – Bintang Kejora di seluruh pelosok Tanah Papua. Akan diadakan pengibaran di lapangan Teselowai dan dinyatakan bahwa Papua adalah negara baru merdeka dan menjadikan negara federal. Dan ini akan terjadi pertumpahan darah mulai dari tgl 26 November akan dihentikan, transportasi darat, udara dan laut. Awas sebelum terjadi harus selamatkan nyawa anda,  nanti akan disisir (penyisiran) se-Jayapura dan akan dimusnahkan orang-orang  Papua,  yang nanti sasaran utama laki-laki nanti dibunuh. Dilanjutkan sms ini ke putra-putri Papua.”

Menanggapi berbagai sms itu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dari Partai Demokrat, Yunus Wonda menegaskan isu teror yang beredar melalui sms yang menyatakan bahwa 1 Desember 2011 akan dikibarkan bendera Bintang Kejora, akan menghentikan transportasi laut, darat dan udara adalah upaya untuk menciptakan perpecahan di masyarakat yang tinggal di Papua.

“Saya berharap masyarakat tidak terpancing, dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Karena itu pembuat sms terror tidak bisa bertanggungjawa. Maka niat yang disampaikan juga tidak bisa dipercaya. Di Papua, isu itu biasa dan sudah beberapa kali. Itu isu murahan,” ujarnya.

 

Masyarakat Papua Diminta Tidak Terpancing Isu Provokatif

Masayarakat Papua yang tinggal di Papua diminta tidak terpancing oleh isu yang beredar melalui layanan pesan singkat selama hampir satu bulan terakhir di Tanah Papua, yang   bernada provokasi terkait adanya isu referendum tanggal 1 Desember mendatang.

Ini dikatakan  Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Wacyhono saat dihubungi SP, Senin (28/11) siang. Polda Papua, kata dia,  siap mengungkap penyebar SMS gelap yang bernada provokatif tersebut.

Dia menjelaskan, pada 2010 lalu, aparat kepolisian Papua pernah mengungkap kasus yang sama, yakni sms gelap yang disebarkan di kalangan masyarakat untuk memprofokasi, serta menakut-nakuti masyarakat yang berdampak pada keresahan, serta tegangnya penilaian masyarakat terhadap situasi di Kota Jayapura kususnya dan Papua umunya.

“Dan pelaku sudah kami tangkap. Hal yang sama akan kami lakukan saat ini terhadap siapa saja yang mencoba mengacaukan NKRI dengan berbuat jahat melalui sms yang disebarkan di kalangan masyarakat untuk menakut-nakuti masyarakat,” ujarnya.

Intinya masyarakat jangan mudah terprovokasi. “Keamanan harus kita jaga bersama-sama. Ini tentu untuk kebaikan dan ketenangan kita semua,”ujarnya.

Belakangan ini di masyarakat Papua, khususnya di Kota Jayapura, banyak beredar SMS gelap yang menakut- nakuti masyarakat non Papua, serta SMS Provokasi terhadap orang asli Papua untuk turut dalam kegiatan yang berdampak pada pemecahan keutuhan NKRI.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *