Hilirisasi nikel untuk baterai EV dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
Dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 7 Maret 2022/Indonesia Media – Kementerian Investasi/BKPM meyakinkan pelaku usaha termasuk sektor pertambangan nikel dan stakeholders bahwa program hilirisasi merupakan kunci dari pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun. Program hilirisasi tambang terutama dengan smelter atau peleburan biji nikel bisa paralel dengan kebutuhan teknologi baterai lithium (cell level). “Asosiasi energi internasional claim bahwa jumlah kendaraan listrik (electric vehicle/EV) mencapai sekitar dua jutaan pada tahun 2020, dan naik 300-400 persen pada tahun 2025. Kenaikan ini akan memicu permintaan komponen baterai terutama teknologi baterai lithium, yang mana nikel sebagai komponennya,” deputi bidang perencanaan penanaman modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan kepada Redaksi pada acara pelantikan APMI (Asosiasi Penambang Nikel Indonesia).
Kementerian juga optimis pelaku usaha tambang nikel di Indonesia akan semakin mengarah pada hilirisasi. Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo optimis dengan pencapaian target pertumbuhan ekonomi. Sehingga Presiden Jokowi sempat merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 yang lalu. target direvisi akan mencapai Rp 900 triliun. Target tersebut terpenuhi sampai akhirnya angkanya direvisi kembali, menjadi Rp 1200 triliun untuk tahun 2022. “Kenaikan target pertumbuhan ekonomi sampai 33 persen. Hal ini tidak lepas dari strategi pemerintah, yakni program hilirisasi terhadap berbagai sumber daya alam termasuk nikel untuk bahan baku baterai,” kata Nurul Ichwan.
Di tempat berbeda, Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) optimis dengan pembangunan industri EV (electric vehicle) di Indonesia. Bahkan rencana investasi meliputi pabrik EV yang terintegrasi dengan supporting industries terutama industri baterai. Menurut Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia, investor Konsorsium LG asal Korea Selatan sudah masuk sejak tahun lalu. Rencana investasi pembangunan baterai, beberapa asosiasi industri EV mereferensi negara lain seperti Tiongkok yang juga sudah maju. “Seperti investasi Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa di Morowali Sulawesi Tengah sudah terbukti,” Achmad Rofiqi dari Periklindo mengatakan kepada Redaksi.
Penggunaan baterai listrik untuk EV yang efisien dan harga terjangkau, yakni dua negara yang bermain; China dan Korea. Tapi negara Indonesia mempunyai banyak kandungan bahan baku baterainya, yakni nikel. Sparepart terutama baterai EV paralel dengan usaha perakitan EV. Hal ini menjadi efisien, dan sangat berpengaruh pada harga jual EV. “Untuk masalah efisiensi dan harga jual, dua negara (China dan Korea) terbukti competitive. kalau dibanding Amerika, (kapasitas) lebih besar karena teknologi yang lebih detail. Tapi harga dibebankan kepada konsumen, sehingga harga lebih mahal,” kata Achmat Rofiqi. (sl/IM)
Attachments area