GALUNGAN DAN KUNINGAN MASYARAKAT BALI DI LA
“Kebetulan kalian di sini, silahkan diliput juga perayaan kuningan masyarakat Bali kita ..” Bujuk saya
pada para reporter dari Voice of America yang sedang mewawancarai saya. Para reporter ini ke LA
untuk meliput Preliminary Election . “Makanannya enak enak lho..apalagi urap balinya..” Tambah saya
lagi. Saya senang sekali ketika mereka mengiyakan , “Cuma kami tidak bisa berlama lama pak ya..Ada
appointment lain jam 3 pm..”sahut mereka. Saya senyum “ No problem.!”
Kita disambut penerima tamu dengan ramah, “Pak Butce mau ganti uden? “ tanya penerima tamu pria
yang memakai baju putih dengan sarung merah tua. Saya memang sudah memakai uden cuma
berwarna hitam.Saya mengangguk. Rupanya mereka membagikan uden putih untuk kaum pria. Saya
lihat pak Wenten menyempitkan bunga kuning di udennya, kayaknya keren. Jadi saya ikut ikutan
menyempitkan bunga kuning ditas uden putih saya. Wanita wanita nya tampak cantik dengan seragam
kebaya kuning. Rupanya memang warna kuning dan putih adalah warna favorite orang Bali. Kami
memasuki ruangan ternyata sudah dipenuhi orang terutama di kebun belakang.
“Om Swastiwastu..” seru mereka..sambil mendekap tangan. Yang saya balas juga sambil merangkapkan
tangan saya “Swasti wastu..!” Kayaknya udah jamak kalau memakai pakaian adat mereka akan salamin
dengan cara begitu. Saya melihat banyak wajah wajah yang sangat familiar , terutama para undangan.
“Hei Bruce you are here…” sahut Julia Gouw. Dia didampingi Livy Chen sutradara muda yang
menyutradarai film “Beat of Paradise”. Saya perkenalkan para crew voice of America yang senang sekali
bisa ketemu Julia. Rupanya mereka memang berencana mau mewawancarai beliau sebagai seorang
tokoh masyarakat yang sangat mensupport partai demokrat.
Saya melirik sate yang sedang dipanggang oleh bapak bapak. Nyum, nyum harus dicoba tuh. Terlihat
balai balai yang biasanya difungsikan untuk pandita yang memimpin acara doa. Balai balai tsb dihiasi
dengan sesajen buah buahan yang beraneka warna. Nyoman Desak menarik tangan saya sambil
berbisik, “Babi gulingnya disitu ya..sahutnya menunjuk baki yang ditaruh agak tersembunyi di balai balai
tsb. Rupanya karena banyak tamu yang beragama islam,demi menghormati mereka babi guling tidak
dihidangkan di meja hidangan tapi tersembunyi dibalai balai. “Pak Butce daging yang sdh dipotong
potong dan dibumbui di baki ini…” sahut salah seorang bapak pada saya..Saya merasa disambut dengan
sangat hangat oleh mereka. Tampak juga bu Chintya sudah hadir dengan kebaya merahnya.
Tidak lama kemudian rombongan pak Konjend juga ikut tiba.. Beliau lansung berbaur dan bercakap
cakap dengan masyarakat. Saya tersenyum mengangguk pada salah seorang murid bule pak Wenten
yang juga berapakaian adat Bali.Pengaruh pak wenten pada mereka bukan aja pada seni tapi kecintaan
akan budaya Indonesia. Beberapa murid pak Wenten bahkan ikut terlibat dalam persembahyangan
.Dengar dengar ada beberapa yang ikut memeluk agama Hindu. Saya berbisik pada pak Konjend, “Itu
tuh pak Wawan si Cassey, dia orang Jepang tapi luwesnya ngalahin perempuan Jawa…” Pak Wawan
ngangguk angguk, “Dia juga bisa ngomong indo? “ Saya bilang, “Kayaknya sich saking sering nya bergaul
dengan orang Indonesia..yang saya tahu dia ngajar tari pada anak anak dan mendalami meditasi.”
Mantu pak Wenten memberi sambutan yang intinya menceritakan bagaimana pak wenten dengan
kerendahan hatinya banyak menyentuh hidup orang orang disekitarnya. Ketua masyarakat Bali yaitu ibu
Nyoman Desak menyambut kita dan berterimakasih pada semua tamu undangan termasuk
saya.Sedangkan pak Konjend dalam sambutannya menawarkan pada masyarakat Bali untuk lain kali
bisa menggunakan gedung yang sudah direnovasi di KJRI.
Hari raya galungan dan kuningan ini tampaknya merupakan sebuah rangkaian. Hari Galungan biasanya
selalu jatuh pada hari Rabu dan 10 hari kemudian ditutup dengan kuningan yang selalu jatuh di hari
sabtu. Karena banyak masyarakat Bali harus kerja dan hanya bisa libur pada hari sabtu,jadi mereka
hanya rayakan hari kuningan yang memang kebetulan jatuh pada hari sabtu “Dalam kurun waktu 10
hari itu dipercayai arwah arwah leluhur datang mengunjungi keluarga mereka…biasanya untuk itu
disediakan sesajen kecil dirumah rumah. “Para leluhur kami akan berangkat tepat jam 12 siang di hari
kuningan itu..yang kami hantar dengan tarian Rejang. Makanya sembahyangan ndak boleh lewat jam 12
siang.” Jelas Bu Desak pada saya.
Kalau orang Menado kumpul, biasanya poco poco atau karaoke. Kalau orang Bali kumpul…mereka akan
menari. Secara spontan beberapa wanita berbaris dan mulai menari mengikuti musik, Tarian ini
seharusnya dibawakan dengan kipas tapi karena mendadak tidak ada kipas yang tersedia. Mereka
menggerak gerakkan tangannya seperti memegang kipas. Beberapa orang tampak kewalahan mengikuti
tarian, ada yang salah putar dan salah balik..tapi mereka hanya cekikikan aja.. “Maklum udah setahun
ndak pernah nari..pak Butce” Sahut mereka. Saya mengangguk sambil tetap menvideokan
mereka.Walaupun spontan tarian itu tetap terlihat indah.
Oleh
Butce Lie /IM