NGABEN DIBAKAR DENGAN AIR


Kamu ndak salah baca dan saya juga ndak salah ketik. Ngaben yang saya saksikan ini, memang agak
lain daripada biasanya. Di desa Pakraman Serangan ini, acara Ngaben dilakukan bukan dibakar dengan
api tapi dengan air dan mantra. Kok bisa gitu?

Ternyata nech ada 2 lokasi di Bali yaitu di Nusa dua dan
didaerah ini, dimana masyarakat tidak diperbolehkan untuk melakukan pembakaran mayat. Alasannya,
angin dari daerah ini melewati pura Agung yang disucikan oleh masyarakat Bali. Abu mayat ini dianggap
kotor dan tidak layak untuk mengotori pura ini. Karena itu acara pengabenannya tidak dibakar tapi
dilakukan dengan menyiramkan air suci dan mantra, setelah itu ditanam kembali.“Mantra dan air itu
bisa membakar lho…ada yang pernah coba dibacakan mantra , orang itu berkelojot kelojot kepanasan “
Bisik cucu almarhumah yang kebetulan duduk dekat saya.

Kesempatan saya menyaksikan Ngaben yang unik ini sebenarnya juga merupakan kebetulan. Kepergian
saya ke Bali seperti biasa sangat mendadak. Entah mengapa malam itu saya merasa pengen ke Indo

Barisan pembawa sesajen bersiap-siap

dan vacation ke Bali. Ternyata ada tempat di Cathay yang lansung saya booking untuk berangkat
keesokan harinya.

Suplier kita yang di Jakarta agak kaget namun senang juga, “ Wah kebetulan…saya
akan atur supaya kamu pergi menyelam dan melihat proyek pembiakan coral kita di desa Serangan.
Saya akan kirim Andreas dari Jakarta untuk nemanin kamu. “ Sahut Ko San liong pada saya.

Andreas mengatur penyewaan mobil dan menjemput saya dari kuta ke desa Serangan yang berjarak
kurang lebih 1 jam.. “Mau kemana habis ini..” tanya Andreas..”Hmmm sebenarnya sich saya pengen liat
acara Ngaben..kamu tau ada dimana? ‘ Andreas terdiam sejenak. ” Sebelah rumah kost kita keliatannya
ada acara kematian , sudah seminggu ini mereka berkumpul dan mengadakan acara , keliatannya siang
ini akan di Ngabenkan. Made pegawai kita minta ijin hari ini , mereka satu banjar jadi dia harus ikut.

peti mati berbentuk singa putih dan tandu

Saya akan atur supaya dia bisa menemani kamu ” Sahut Andreas.

Pucuk dicinta ulam tiba. Kesempatan yang saya tunggu tunggu. “Kalo gitu aku ndak tour kemana
mana sehabis nyelam lihat corals kita ..saya mau ikut acara mereka. “ sahut saya exciting. Benar juga
disamping rumah kost pegawai-pegawai kita , terlihat umbul-umbul dan persiapan sesajen. Juga
terdengar suara gamelang yang dimainkan oleh orang orang yang berpakaian seragam orange. Di depan
jalan terlihat peti mati yang berbentuk singa putih, sedangkan disampingnya adalah rumah rumahan
yang akan ditandu. Seperti biasa rumah rumahan itu dihiasi dengan macam macam hiasan dan kain kain
prada Bali. Ada sebuah foto tergantung disitu, foto seorang ibu..rupanya beliau yang akan dingabenkan
hari ini.

“ Ndre..kita beli baju Bali dimana ya…” sahut saya . Rasanya risih menghadiri pemakaman dengan celana

Setiap perempatan jalan tandu tersebut diputar 3 kali

pendek basah dan baju kaos dalam.. “ Kalo mau beli udeng ( tutup kepala ) dan sarung-sarung traditional
rasanya paling bagus malah ke pasar rakyat jangan ke survenir shop.” Kata sopir kita. Benar juga, kita
menjumpai toko yang menjual perlengkapan baju adat Bali di pasar umum. “Udengnya(ikat kepala)
cocok dengan baju hitam dan sarung warna gelap. Terus dikombinasikan dengan kain putih ini. “ sahut
penjualnya, yang mendandani saya . “Wah pantas nech..lansung dipakai ya..” sahut penjualnya. Saya
mengangguk, saya memang paling suka dengan penutup kepala Bali.

Karena bisa dikat sesuai dengan
ukuran kepala kita . Mungkin agak aneh muka Tionghoa pake baju Bali lengkap dipasar, tapi kapan
lagi pakenya kalo bukan di Bali pikir saya. “Wah bagus..cocok..” sahut beberapa orang Bali yang kita
jumpai dipasar. Saya senyum senyum aja.. “Ohm Swasti wastu.”.sapa beberapa orang. Tidak menyangka
akan disapa begitu, saya kelabakan..akhirnya saya bilang “ Ohm juga…” He..he .. Kelihatannya mereka

Ngaben dibakar dengan air suci dan mantra

menyapa saya gitu , karena saya berpakaian Bali.

“Bu..kita bawa apa ya kalo melayat orang ngaben..? “tanya saya pada penjual baju bali itu “ooh
biasanya sich bawa dupa,kain dan beras., terus dimasukkan dalam kantong plastik “ Sahut penjualnya
lagi . Setelah menimbang-nimbang saya pikir kalo semua orang bawa begitu kan tidak istimewa. “Kita ke
Bakery shop gua mau beli kue tar aja..” Gua pikir lumayan…kan lebih special.

Jadi saya belikan kue tar besar black forest supaya bisa dimakan oleh orang yang melayat. Dengan exciting saya membawa kue
tar saya yang terbungkus bagus dengan kata-kata turut berduka cita. “Sebaiknya kita tanya pendapat
Made..pantas ndak bawa kue tar ke acara Ngaben. “ saran Andreas. Dan betul juga, mata Made

Singaputih yang ditanam

melotot hampir keluar, “ Hah? Kue tar..jangan..jangan dibawa ..ndak pantas..” Sahutnya lagi. Cepat
cepat saya sembunyikan kue tar saya dengan sedikit kecewa..Berarti saya datang dengan tangan kosong
nech…

Tepat pukul 1 siang, laki-laki yang rata-rata berpakaian gelap mulai bersiap-siap. Saya perhatikan
rupanya saya satu-satunya orang asing ditempat itu . Keliatannya karena desa kecil, ndak ada turis
yang datang ke tempat ini.Lagipula ngaben ini termasuk dalam skala kecil. Made yang tadinya ogah
ogahan menemani saya, tiba tiba menjadi celebritis karena menemani bos muka Korea yang datang
dari Amerika.

Dimana mana dia ditanya orang “ Ada tamu special de? “ tanya mereka. Tambah lama
senyumnya tambah mengambang. Sekarang dia malah merangkul bahu saya seakan menunjukkan
tamu ini bersama saya lho… Saya biarkan saja, pura pura ndak tau. Sekarang tanpa di tanya dia akan

Mendekor sesajen di meja utama

menunjuk saya , “ Boss…dari Amerika “

Sementara itu ibu-ibu dengan baki dan tertutup, dan janur-janurnya bersiap-siap untuk memulai
barisan. Seorang pandita berpakaian putih-putih mengatur prosesi itu. Barisan tsb dipimpin oleh
seorang pria yang mebawa tongkat yang dihiasi seekor burung cendrawasih. “Burung dewata yang
akan membimbing roh itu “ Bisik Made pada saya.

Barisan ibu ibu pembawa sesajen sengaja di suruh
untuk berjalan duluan jauh ke depan. Karena barisan pria yang memanggul macan putih dan tandu
mayat rupanya akan berjalan cepat. Seorang pria berbaju putih putih menaiki tandu , yang berisi
buntalan putih , yang saya kira adalah tulang belulang dari almarhumah.itu. Sepotong kain putih panjang
dijulurkan ke bawah . Kemudian tandu dan macan putih itupun mulai digotong orang beramai ramai.

Upacara pemakamam

Saya mengikuti barisan kaum pria dibelakang tandu itu. Sementara itu barisan gamelang dan kendang
mengikuti dibelakang kita. 3 orang pria tua, berjalan sambil membacakan doa dalam bahasa Bali Kuno.

Disepanjang jalan sanak keluarga mempersiapkan air Aqua yang di siramkan pada rombongan
kami.Setiap kali melewati sebuah perempatan, tandu dan harimau putih tersebut di putar sampai 3 kali,
terlihat sangat meriah dan fun. Seorang laki-laki tua yang juga berpakaian putih putih ikut menaiki tandu
itu dan melemparkan air suci di sepanjang jalan.

Akhirnya kami memasuki kompleks pemakaman, yang sekilas tampak tak terurus. Banyak semak belukar
dan pohon besar di tempat itu. Ada beberapa makam yang diberi panggar bambu, rupanya masih
menunggu giliran untuk diabenkan Di samping 2 buah tenda besar, terlihat sebuah balai balai yang

Anak kecil yg khusuk berdoa

cukup tinggi untuk pandita, didepannya ada sebuah meja bamboo berukuran besar tempat mengatur
sesajen. .

Para pemain gamelang duduk ditikar dalam tenda pertama. Sedangkan tamu tamu dalam
tenda yang satunya..Mereka semua menghadap sebuah altar tinggi dari bambu. “Itu pengganti pura,
karena tidak ada pura dalam kuburan..” bisik cucu almarhumah.

Peti berbentuk macan putih itu dibawa ke tepi liang kubur. Seorang pandita berbaju putih membuka
punggung macan putih itu, ternyata didalamnya ada ruangan kotak berbentuk persegi panjang. Mereka
mulai mengisi kotak tsb dengan persembahan —persembahan orang-orang dari kain, janur bunga bahkan
uang rupiah. Kayak bekal untuk dialam sana.

Dan tentunya buntalan putih berisi jasad dari almarhumah.
Saya pengen tahu isi baki yang dibawa oleh para wanita itu, rupanya sebagian besar adalah guci tanah
liat kecil dan sekantong air yang diberi sekuntum bunga. Rupanya baki baki itu berisi air suci dari
beberapa Pura. Sambil membaca mantera sang pandita menyiramkan air itu ke dalam peti tsb. Rupanya
ini yang disebut dingaben dengan air dan mantera.

Tiba tiba seseorang pria yang kelihatannya sangat dihormati tiba dengan mobil. Pandita agung ini
berjalan dengan gagah, rambutnya digulung kecil dibelakang kepalanya. Pandita setempat menyambut
dia dan mempersilahkan sang pandita agung untuk melanjutkan upacara tsb. “ Perhatikan ..nanti
dia akan berganti baju dan memakai mahkotanya..semua itu dilakukan dengan mantra “: bisik cucu
almarhumah kepada saya. Sang pandita agung yang sekarang telah berganti dengan pakaian yang
menurut saya mirip dengan pakaian jaman kerajaan Majapahit, membacakan manteranya sambil
memerciki air suci kedepan. Gerakannya diselingi dengan gerakan tangan tertentu yang merupakan
symbol-symbol. Setiap kalimat doanya akan diakhiri dengan melemparkan sekuntum bunga,akibatnya
bunga bunga berserakan diatas tanah. Menurut saya symbol yang sangat indah , bahwa doa seperti
bunga bunga yang ditaburkan dihadapan Tuhan. Akhirnya sang pandita mengumunkan sesuatu dalam

Pandita agung yang memimpin acara

bahasa Bali, dan semua orang dibagi bagikan bunga dan sebatang hio. Kecuali saya tentunya.

Saya perhatikan seorang anak berumur 12 tahun yang duduk disamping saya. Dia duduk tegap
dengan mata terpejam menghadap ke altar bambu yang tinggi.. Sang pandita mengumumkan sesuatu
dalam bahasa Bali, anak tersebut memilah warna bunga tertentu dan menjepit bunga itu diantara
2 jari tengahnya. Kemudian mengangkatnya diatas kepalanya. Terlihat semua orang berdoa secara
khusuk,walaupun sebagian besar hanya berdiam diri menyimak pembacaan mantera dari pandita.
Setelah pandita itu selesai, anak itu menyembah dan menyelipkan bunga itu di telinganya. Terkadang
diudengnya (ikat kepala ).. Saya menghela nafas , “Terimaksih Tuhan kesampaian juga cita cita saya
untuk melihat acara Ngaben di Bali. “

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *