CSR Pengusaha Nasional Indonesia Berbeda


Pengusaha nasional Indonesia melihat prinsip CSR (corporate social responsibility) tidak semata-mata dengan mendirikan yayasan atau sejenisnya. Sebaliknya, aksi spontanitas terutama pada situasi kondisi tertentu, CSR lebih berkualitas. Perusahaan pemasok tenda, terpal, canvas, alat-alat kesehatan di Pluit mengaku berkoordinasi dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Ek Leong, pengusaha tenda, terpal, canvas dan sejenisnya pernah membantu pasokan kantong mayit sewaktu bencana tsunami meluluh-lantahkan Aceh. Sebagai pemasok alat-alat keselamatan bencana, termasuk kantong mayit, perusahaan tidak naif melihat peluang bisnis dan bencana. “Yayasan Artha Graha Peduli juga borong kantong mayit untuk korban tsunami di Aceh (akhir tahun 2004). Kami, tentunya tidak berharap ada bencana. Sebaliknya kami membantu yayasan sosial kemanusiaan termasuk Yayasan Buddha Tzuchi, tangani korban bencana.” Pengusaha nasional Ek Leong mengatakan kepada Redaksi (8/10).
Lokasi Tenda Store hanya ‘selemparan batu’ dari pelabuhan dan pusat pengolahan perikanan Muara Baru dan Muara Angke. Selain itu, lokasi Pluit tempat usahanya adalah daerah ‘langganan’ banjir. Ketika banjir menghantam daerah Pluit, ia mengirim beberapa perahu karet. Sehingga upaya penyelamatan korban banjir efektif berjalan. Hal tersebut juga langsung dipantau oleh wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Keseharian nelayan dan buruh pelabuhan memerlukan jaring, tali, tambang, tenda, canvas dan lain sebagainya. Sehingga tidak heran, nelayan yang baru menambatkan kapalnya di dermaga, langsung berkunjung ke Tenda Store. “Mereka sering butuh barang mendadak. Yang paling sering dicari, seperti tali, tambang, terpal. Sekali-kali, kami mengunjungi daerah Nelayan. Kami memberi pendampingan penggunaan jaring, tali untuk penangkapan ikan. Ini juga CSR kan.”
Selain kebutuhan perikanan tangkap, Tenda Store juga menyediakan perlengkapan terpal untuk budidaya ikan. Karena budidaya (ternak) ikan termasuk lele biasanya berlangsung di luar atau pinggiran kota. Sehingga tidak heran, pelanggan terpal untuk pelapis tambak ikan datang dari luar kota. “Biasanya dari Karawang. Mereka butuh terpal tebal, harus (ukuran) A 12. Karena untuk keramba, atau pelapis tambak, terpal tidak boleh bocor. Petambak tidak mau ambil resiko dengan terpal tipis.”
Kegiatan transaksi sehari-hari tidak menentu. Penjualan terpal, tenda juga ada high/low season. Terutama pada musim hujan, kebutuhan masyarakat akan terpal dan tenda sangat tinggi. Jenis kebutuhan juga beragam, untuk tenda ada jenis cafe, kerucut dan lain sebagainya. Ukurannya juga beragam, ada 2 x 2, 3 x 3, 3 x 4, dan seterusnya. Ketebalan biasanya dengan notasi ‘A’ dan angka. Yang paling tipis ukurannya dengan notasi A2. Untuk ukuran sedang, pelanggan cari terpal A8. Sedangkan yang paling tebal yakni ukuran A12.
Selain ukuran, transaksi Tenda Store dulunya melayani permintaan printing dan sablon. Hal ini wajar saja, karena setiap konsumen pasti punya kebutuhan branding atau memopulerkan merek dagang. Mereka memanfaatkan kemacetan lalu lintas, merek usaha/dagang (branding) mudah kelihatan. “Customer kadang banyak permintaan untuk pengerjaan sablon atau printing. Setelah kami hitung-hitung, ternyata, untung dari sablon, printing nggak seberapa. Akhirnya, kami alihkan ke supplier lain yang khusus sablon dan printing. Untuk branding, mereka sangat concern dengan warna, bentuk, dan lain sebagainya. Tapi cost nya tidak sebanding dengan kita harus bayar gaji karyawan.”
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *