Cruise Asia Kedua Special Edition # 20
Kamis, 20 Pebruari 2020, Daikoku Cruise Terminal
Pengumuman KemLu Kanada kemarin pagi yang diterkinikan oom kapten:
The charter flight is en route to Tokyo Haneda Airport. Disembarkation
from the vessel for ongoing transportation to the airport is planned
for Thursday the 20th, subject to approval of the Government of Japan.
We will inform you of the exact departure time approximately 24 hours
before the flight. This will be confirmed in a separate message which
will also include instructions on disembarking the ship and boarding
the charter flight for Canada. Oom kapten update akan Jum’at malam,
kita lihat bersama apakah nanti atau Jum’at akan ada tangtingtung
tangtingtung tiap 15 menit panggilan buat para Canadians. BTW dari
info Mas Irfan DirUt Garuda, kalau saja kami berangkat berdua HND-CGK
kemarin, kami akan sudah menikmati sarapan pagi bakmi Siantar hari
ini, wekwekwek :-). Sebab MenKes RI lebih pemberani dari MenKes
Kanada yang akan mengkarantina semua ex penumpang Diamond Princess,
tak perduli ikut carteran atau numpak penerbangan lainnya. Sebelum
Cecile diangkut ke rumkit saya dan dia sudah diskusi dan menetapkan,
karena ia positif, kalau sudah sembuh kami berdua akan balik saja ke
Kanada, tidak mau merisikokan man-teman keluarga kami di Nusantara.
Anda sudah memirsa video propesor dokter Jepun Kentaro Iwata, pakar
penyakit menular dari Kobe University? Kalau si saya survive sampai
karantina gelombang kedua ini berakhir, udah males hitung hari
sebetulnya, sejak Cecile diangkut 17 Pebruari jadi tanggal 2 Maret,
si MoTe pakar wayang benar, saya si JH punya gen Ontoseno keluarga
Pandawa, sehingga terlindung dari cuma virus kampungan Covid-19 :-).
Kalau esok tiada lagi sambungan serial sintingan ini di kapal gila,
Anda tahu sebabnya. Kalau itu terjadi semoga saya diangkutnya ke
Fuji Onsen Hospital alias bersamaan dengan bojoku sehingga selesai
terapi kami bisa beronsen-ria di klinik itu :-). Pale loe bau Bang
Jeha, elo bakal diusir pulang cepetan ke Kanada. Tak heran sebab
kami penumpang ex Diamond Princess akan diperlakukan seperti pengidap
penyakit kusta. Mungkin Pak Leo Konsul RI juga engga akan berani jabat
tangan kalau nanti ketemu tanggal 28 Maret untuk acara Old and New
ServiamTO. “Robin, maaf saya berkendala hadir di acara, langsungkan
saja tanpa menunggu saya,” demikian kira-kira, pizzz pak Leo :-).
Akan halnya anak-anak ServiamTO mereka akan tetap datang menunggu-
nunggu mulai dijualnya raffle berhadiah iPhone ex Diamond Princess,
beli tiket se-$ bisa dapat. 🙂 Mereka telmi engga tahu aja saya udah
janjiin si Pornchai untuk ambil iPhone jelek itu begitu kami keluar.
Tapiiii tenang sodara sodari penggemar benda bermerek. Kemarin dulu
kami dapat lagi hadiah, kacamata anti sinar matahari alias buat
keren-kerenan merek Ray-Ban kukira, pas si Pornchai anterin kasih. Eh
kulihat mereknya engga jelas, sekelas dengan kacamata ‘CengDem’ ceceng
adem kedemenan anak-anak Indo jaman now :-). Baru dipuji ya Princess
kemarin. Guna membereskan ‘cognitive dissonance’ di otak ente, bukan
saja mereka akan mengembalikan ongkos cruise DAN kapal terbang, mereka
juga akan membayari ongkos nginap pre dan post-cruise. Asyikkkk. Bang
Jeha berencana akan nginap dulu semalam dua malam dekat Haneda supaya
kami bisa kongkow-kongkow lagi dengan Warti dan Toshi.
Sejak pagi kemarin mereka yang hasil test-nya negatif sudah bisa pergi
keluar dari Diamond Princess dan sumber informasi Bang Jeha yang bisa
dipercaya memberikan data 500an. Jumat malam 250 Canadians, lalu Ozzie
en Kiwi sekapal plus HongKongers semalam. Kemudian pemerintah WN-WN
UK, Itali, India, Pilipin Korsel (bener Herli, cuma beberapa belas
sih), Melayu (trims ke Mas Irfan) dan Israel. Sepi sekhalei jadinya,
kapal ini cuma tinggal pesakitan seperti si saya, hasil test negatif
tetapi menunggu kekasihku, siang terbayang-bayang, malam termimpi-
mimpi, minum serasa air, makan serasa nasi :-). Baidewe lagi, nasi
Diamond Princess ini enak, mutu banget, maklum kapal Jepang, ama abon
aja udah oke sekalei.
Seluruh hari kemarin kudedikasikan untuk membuat hape ponsel Cecile
dapat sambungan Internet. Di jam 9 malam, anak semart tahan banting
ini berhasil menyambungkan SIM Jepang ke hapenya dengan akibat tiba
berlembar-lembar surat cinta ke hapeku :-). Selesailah tugas mulia
Mt Fuji menyampaikan salam kasihku :-). Domo arigato gozaimasu Fuji-
san. Ia oke oke saja, cuma suka batuk tetapi tidak demam. Bersama
dia ada beberapa orang ke rumkit yang sama, Fuji Onsen Clinic. Sebelum
bisa komunikasi, lewat perantaraan Warti yang Nihongo dengan staf
disitu, memang dikabari dia oke-oke, ‘genki’ bahasa Jepangnya. Artinya
ia tampak ceria, energetic, cheerful. Tak kuheran. Ingat ia keluar
kamar ketawa-ketiwi lalu motret-motret (buat bahan suaminya wartawan
sinting) saat diangkut ke rumkit tgl 17 Pebruari lalu. Jadi teringat.
Jeffrey Susilo sahabatku menawarkan kirim eulogy untuk ibu teman kami,
centenarian Daisy Djohan yang mencapai usia 101 tahun dan barusan
meninggal. Setiap ada kesempatan di upacara pemakaman sahabat teman
baik saya memang suka membawakan eulogy mensyer kebaikan almarhum/ah.
Nah, saya syer bahwa saya dan Cecile belajar banyak dari beliau dan
Oom Fritz yang juga ceria, untuk selalu ‘cheerful’, tak perduli kita
di dalam sikon seperti apa. Kami berdua murid mereka di dalam ‘love of
life’, terbukti kami masih senang dansa, seperti Oom Fritz dan Tante
Daisy waktu mudaan, main mahjong dan bridge sampai hari ini, seperti
juga Tante Daisy. Sayangnya mainnya kurang seru sebab engga pakai
duit, padahal dana pensiun ibeem mah pas-pas-an :-).
Kembali ke cerita Cecile dari rumkit maupun perjalanan maha lama jauh
bikin lapar dan haus, ia tak sendirian disana dari Diamond Princess.
Ada beberapa pasien lain. Makanannya murni Jepang, untung ia sudah
kutest dimana suka kukatakan “rumput digulain juga ia makan”. Akibat
bisa “makan rumput” itu, ia tetap cheerful di rumkit Jepun. Kamarnya
besar, sebetulnya buat dua orang tapi karena Covid-19 ini ia sendirian
dan ada jendela serta sinar matahari masuk, sehingga salam sayang
lewat Mt Fuji ia terima. Ia tampak energetic di mata para perawat
karena sekarang bebas kaga ada lagi suami yang pelokin yang nguselin
terus, ia bisa ping shuai beberapa kali sehari, wekwekwek :-). Bentar
lagi ia lebih kuat dari saya, dayungnya di belakang saya pindah ke
depan dan engga boleh berhenti sebab dia akan lihat :-). Sekian dulu
kabar hari ini, Bang Jeha perlu ping shuai-an juga. ( Jusni H / IM )
… (bersambung) …