Cruise Asia Kedua Special Edition # 38


Cruise Asia Kedua Special Edition # 38

Senin, 2 Maret 2020, Tokyo Kamata Medical Center

“Good morning!” “Good morning Dr Yuka, ohayo gozaimasu.” “I’d like to
let you know, your Thursday test was negative.” “I told you guys, that
test at Wako Campus must be false positive, I was always in good
health, I am Ontoseno’s distant cousin (opo iki rek :-)). Thank you Dr
Yuka, when will I be tested again?” “Today, but I don’t know what
time.” “See you Dr Yuka, you are the best and you are pretty too.”
Ape gue bilang bro en sis, baidewe tengkiyu peri mats doa-doanya,
puasanya dan khusus tuk pendekar Pasang Surut Mo Kus, tuk ujud Misa di
hari Minggu kemarin di Yogya. Tapi masih ada satu ujian lagi, PCR test
hari ini dan baru kalau 2x berturutan negatif, sahaya akan dilepas
dari “penjara” istimewa ini, penuh suster-suster manis ramah :-). Jadi
prens sadayana segala iman kepercayaan, jangan kendorkan doa-doamu.

Teka-teki Terjawab! Ini Alasan RI Masih Nihil Kasus Corona
http://detik.id/6oDZIX bunyi satu postingan di WA anak CC USA-Canada.
Kukatakan bro, itu 9 ABK WNI dari Diamond Princess kog bisa kena, dari
statistik artinya lebih dari 10%, kepriye? Kukutip sebagian dari isi
berita itu. Quote. Dalam diskusi bertajuk ‘Mengukur Efek Corona:
Siapkah Kita?’ di Hotel Ibis Tamarin, Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta
Pusat,Sabtu ini,Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
dan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra,
mengatakan perbedaan ras dengan negara-negara yang sudah terinfeksi
bisa menjadi satu faktor. Unquote. Bro, sejak kapan ada ras yang engga
mempan kena infeksi? Lah apa ras Melayu di Singapura beda? Satu ABK
bukan dari Diamond Princess, warga ServiamTO gedheg sebel banget baca
berita bahwa dari 69 ABK yang sudah siap mau diberangkatkan kemarin,
satu demam dan DIBALIKIN ke kapal alias engga boleh ikutan. Yah kalau
seperti itu jelas, tak ada kasus Covid-19 di NKRI tersay.

Bila Anda langganan majalah MacLean’s atau menerima edisi ‘online’nya,
mestinya sudah memirsa artikel ini:
https://www.macleans.ca/society/health/the-coronavirus-cant-be-contained-are-you-ready/?utm_source=nl&utm_medium=em&utm_campaign=mme_weekly&sfi=8fe36874-61be-40bc-a1f1-0b06dc421e44
Sebelum MacLean’s maupun Public Health Canada mengumumkan mbok lakukan
pengumpulan keperluan hidup esensil, untuk jatah 2 mingguan, just in
case kotamu diserang wabah Covid-19 dan kau ‘stuck’ mesti terus di
rumah, satu dua pemirsa dongenganku ini sudah melakukannya. Kalau Anda
belum, kemungkinan sudah terlambat seperti Warti yang mengumumkan ia
menjumpai toko-toko Tokyo kosong persediaan TPnya, kertas cebok sampai
ke beras. Kami ‘interior camper’ singkat TP, toilet paper. Kalau saja
Anda ceboknya pakai air seperti si saya atau lebih keren punya WC
seperti di Jepang, washlet maka kebutuhan TP tak begitu banyak.
Sedunia memang sudah panik, virus ini engga bisa disepelekan. Mending
cerita yang ringan-ringan sahaja yah.

Di awal serial yang berjudul Cruise Asia Kedua, saya katakan sistim
pengangkutan umum, khususnya subway dan kereta di Tokyo adalah yang
terumit di Planit Bumi. Ada belasan jalur dengan titik-pertemuan
tumpang tindih, harus keluar di stasiun mana kalau mau ke stasiun apa.
Kemarin saya bantu Cecile menemukan satu jalur khusus lagi dari
hotelnya ke gereja tertua seJepang (kebetulan lagi), Sacred Heart
Cathedral di Yokohama, yakni Minatomirai Line. Dari hotel cuma jalan
kaki 300an meter ke stasiun bernama Minatomirai dan dari situ ke arah
selatan, melalui beberapa stasiun keluar di Motomachi-Chukagai. Nah
jalan kakinya 1 km menuju sang gereja dan saya bilang unduh Google Map
saat masih di hotel. Engga jelas apa anak bandel itu lakukan, ia
nyasar dan tiba terlambat, Misa sudah dimulai. Beginilah nasib cewek
berKTP Indonesia bertuliskan pekerjaan: Turut Suami, kalau engga nurut
apa yang suaminya anjurkan, “Are you OK dear, are you alright honey?”
Ingat bro jangan pernah bilang ke isterimu ‘mate elo kemane?’, DOSA!

Ingat saya dikasih 3 botol Bikkle, minuman Yakult-nya Jepang? Kemarin
habis dan saya mau beli dhewek, ga punya Yen uang recehan, adanya yang
5000an dan mesin cuma bisa terima 1000 Yen. Saya ke kantor perawat dan
kasih liat hape (susah panjang bro en sis ucapinnya) lalu tekan icon
‘speaker’ di kalimat: 自動販売機で購入するためにドルを円に変更できますか
Bunyi suara si eneng dalam Nihongo: Jidō hanbaiki de kōnyū suru tame
ni doru o en ni henkō dekimasu ka? Di dalam bahasa tetangga bule ente:
Can I change dollars to yen for purchase at the vending machines?
Dekap dada eneng-eneng perawat sambil geleng dan bilang ‘no’. Baru
inget. Mereka takut dengan uang kertas USD yang saya lambaikan, sapa
tahu ada virusnya. Beginilah nasib kami di Jepang. Gambatte kata
Warti, jangan bilang nasib :-).

Lantaran Covid-19 ini, thanks but no thanks, saya jadi digosipin
digunjingin, EGP lach yauw, emang gue pikirin :-). Bukan sombong tapi
mau membenarkan sedikit kesalahan saat skul di CC, iya ijazah SMA saya
dipanggil diberikan oleh Pak Menteri tapi bukan Leimena melainkan Cak
Ruslan Abdulgani sebab selain anak beliau di CC (alo bro), Cak Ruslan
tahu saya pejuang sejati cinta NKRI seperti beliau, wakwekwak :-).
Kita anak-anak CC engga perduli yah sebetulnya, apa teman kita anak
jendral anak menteri anak cukong, kalu bego kita tabok aja :-). Saya
pernah sebangku dengan Widarto yang babenya jendral Zeni A.D. “Wid elo
bawa pestol ga?,” suatu ketika saya bertanya dan dia cuma tersenyum.
Kami semua tahu, jangan coba-coba bawa pestol beneran, pestol aer sih
oke, kalau tidak mau dikeluarkan dari CC. Pak Taryo guru stereo juga
engga perduli kalau ybs geblek banget, doi tempeleng gampar, dia punya
ilmu jimat rupanya yang membuat beliau engga mempan ditembak pelor:-).( Jusni H / IM )
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *