BP3L Yakini Petani Tanam Lada secara Intensif


BP3L Yakini Petani Tanam Lada secara Intensif 

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 21 Oktober 2020/Indonesia Media – Badan Pengelolaan Pengembangan Dan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Bangka Belitung (Babel) meyakini petani untuk tanam lada kembali secara intensif mengingat bantuan bibit terus digulirkan sampai 10 juta batang per tahun 2022. Sejak Erzaldi Rosman menjabat Gubernur Babel tanggal 12 Mei 2017, Pemerintah Babel melalui Dinas Pertanian dan BP3L sudah mengalokasikan hampir tiga juta batang bibit lada. “Target 10 juta bibit dibagikan tujuan untuk stimulasi masyarakat tanam lada serta mengembalikan kejayaan Lada Bangka di pasar internasional,” kata Rafki hariska dari BP3L Babel.

Para petani yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) yang sudah terdaftar di Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Bangka bakal mendapatkan bantuan batang-batang bibit lada dalam polibag. Lada merupakan potensi, kekayaan alam Bangka yang tiada tandingannya di dunia. Komoditas ini sejak zaman Pemerintahan Belanda di Indonesia popular dengan sebuatan Muntok White Pepper. Jerman juga mengonsumsi lada putih bertuliskan‘ Die Pfeffersorte “ Muntok” stammt von der indonesi-schen insel Bangka und ist fur ein sehr intensives Aroma beruhmt. Ein Pfeffer fur Gourmets (Jenis lada Muntok berasal dari pulau di Indonesia, Bangka dan terkenal dengan aromanya yang sangat kuat). “Saya optimis dengan keberadaan BP3L ini. Selain, kami sudah memiliki teknologi mengatasi penyakit. BP3L juga mengatasi harga rendah. Kami bikin konsep integrated farming untuk petani, (yakni) gabungan pertanian, perkebunan, peternakan untuk solusi harga rendah lada,” tegas Rafki, yang juga aktif pada kepengurusan Indonesia Cerdas Desa (ICD) Babel.

Di tengah kondisi saat harga lada anjlok hingga 45 ribu perkilogram pada tahun 2019 an, petani pun menjerit. Kondisi tersebut juga mendorong kelompok masyarakat kritis terhadap program Pemprov Babel. Mereka sangat berharap program Pemprov accommodative menolong petani, terutama kaitan dengan harga lada yang terpuruk pada saat itu. Merespons reaksi petani dan masyarakat, Pemprov mengidentifikasi masalah terutama berbagai faktor penyebab turunnya harga lada. “Kami optimis dengan semua program yang akan mengembalikan kejayaan Lada Bangka Belitung, termasuk kinerja BP3L ini. Selain, Pemprov juga mengakomodasi program integrated farming (yakni) pertanian, perkebunan dan peternakan. Perkebunannya tetap lada. Pertaniannya berupa sorgum, jahe merah, kacang kedele. Peternakannya sapi. Semua terintegrasi. Karena batang sorgum bisa diolah menjadi silase sebagai pakan sapi. Kotoran sapi bisa jadi kompos, sehingga kembali lagi jadi tanaman. Semua tanaman organic,” kata Rafki.

Kilas balik masa emas petani lada Babel, berbarengan ketika Indonesia memasuki era baru dalam sejarah yakni era reformasi. Saat pemerintahan rezim Orde Baru, Alm. Suharto setelah berkuasa lebih dari tiga decade, akhirnya tumbang. Kebetulan juga, saat itu, produksi lada melimpah dan ekspor melonjak. Tapi seiring waktu berjalan, terutama dua, tiga tahun belakangan ini, petani lada di Babel beralih profesi. Sebagian beralih ke tambang timah illegal. Alasannya klasik, bahwa harga lada yang anjlok sehingga enggan menanam lada. Erzaldi berpikir keras untuk mengembalikan kejayaan lada Babel seperti dahulu. “Salah satu solusi, hilirisasi lada dan industry. Ada yang sudah main kemasan. Lada dalam kemasan sudah sampai pada UMKM (usaha mikro kecil menengah), tapi tetap dan wajib menggunakan brand Muntok White Pepper. Bahan bakunya Lada Muntok, merek pada kemasan bebas,” tegas Rafki. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *