BINGUNG


Seperti biasa, kami, beberapa teman lama berkumpul sebulan sekali makan malam bersama. Tempatnya selalu berbeda beda seperti kebiasaan orang Singapur yang selalu tertarik dengan atraksi baru,suasana baru dan cita rasa baru, maklum hidup dalam sebuah Negara kecil, semua kejadian dan perubahan nampak jelas, mudah diikuti.

Kali ini kami berkumpul di Jumbo Seafood Restaurant bertempat di Dempsey Road. Ini bukan tempat baru. Tapi karena lokasinya cukup sentral, dan disitu terdapat free parking yang cukup luas, maka tempat makan di Dempsey berupa satu dari favorites yang paling sering kami datangi. Free parking berupa fasilitas sangat menarik bagi motorists.

Tidak jarang para tamu datang dengan mobil seharga seratus hingga tiga ratus ribu dolar tergantung COE, harga makan malam seafood dinner termasuk minuman sekitar seratus dolar per orang tergantung menu yang dipilih, semua ini dbayar tanpa keluhan sepatah pun.Namun orang umumnya sangat tidak puas, sering menggerutu jika harus bayar uang parkir lebih dari dua dolar.
Sambil menggosok tangannya dengan tissue paper yang tersedia setelah makan chili crab, seorang teman pengacara berkata, “Hari itu seorang client datang minta nasihat. Aku bingung.”
“Lha, kenapa bingung, buka kah itu tugasmu?” Seorang teman duduk di sebelahku menyahut.

“Baiklah, aku beri contoh. Katakan kamu kebetulan berada diluar toko emas berlian. Semua perhiasan nampak dari luar melalui kaca estalasi. Kamu tergerak ingin masuk merampok. Sebelum masuk,kamu minta nasihat padaku; sebaiknya merampok atau tidak? Aku tidak dapat memberi jawaban. Itu keputusan yang harus kamu ambil sendiri dan menanggung risikonya sendiri, kalau tertangkap.”
“Kalau tidak tertangkap?”
“Ya terserah kamu apa mau coba sekali lagi atau tidak. Tapi jangan minta nasihat dariku.”
“Buset kamu!”
“Bidangku adalah menjalankan permintaan client yang paling effective dari segi legalitas. Bukan memberi nasihat. Sebelum datang menemui pengacara, orang sudah harus tahu apa yang dikehendaki.”
“Tapi client ini cantik sekali,” tambahnya tiba tiba.
“Kalau begitu, kami tahu kenapa kamu bingung,” yang lain ikut menggelitik.
“Bukan, bukan begitu…..” ia berusaha membela diri.
“Sudah lah, jangan pura pura.” Semua tertawa.
“Sungguh, bukan begitu masalahnya.”
“Lalu, yang bikin kamu bingung apa?”
Atas desakan para teman, ia mulai bercerita, tentunya tanpa menyebut nama dan confidential material yang bersangkutan. Client tersebut datang menemuinya di kantor, mengeluh mengenai suaminya. Mereka telah menikah selama lima belas tahun. Suaminya seorang senior fund manager pada sebuah bank yang cukup berhasil dan terkenal. Ia sendiri seorang seniman, pemilik studio yang sering dipakai sebagai exhibition center oleh para seniman lain, baik lokal maupun asing.
“Aakh, kamu keliru.”
“Keliru? Apa maksudmu?”
“Kalau perlu nasihat, carilah pendeta atau family counseling expert.”
“Oh, jadi itu bukan bidangmu? Kalau begitu bidangmu itu apa?”

Kedua duanya berupa independent individual yang cukup berhasil dalam bidang masing masing, sekalipun suaminya jauh lebih berhasil dalam bidang keuangan.
Suatu hari, suaminya berterus terang mengaku bahwa ia pernah ada hubungan sulit dengan seorang wanita Philipino yang bekerja disebuah club malam yang sering ia kunjungi bersama business clients.Masalahnya, sekarang wanita itu hamil. Dan wanita itu menuntut bayaran. Menurut suaminya, ada dua alternative yang dapat mereka lakukan: Satu, penuhi permintaanya; bayar dan habis perkara. Dua,biarkan anak itu dilahirkan, lalu mereka adopsi.
Menurut client teman kami ini, suaminya mengutarakan masalahnya dengan sangat terbuka, seakan menceritakan problem orang lain yang tidak ada hubungan dengan dirinya. Suaminya melihat ini berupa masalah yang harus mereka hadapi bersama sebagai sepasang suami isteri, satu entity keluarga utuh bersatu. Ia tidak melihat itu sebagai suatu perbuatan ulah dari pihaknya sendiri. Ia sama sekali tidak minta maaf sebagaimana umumnya seorang suami jika tertangkap basah,bersumpah kepada langit, bulan dan bumi tidak akan berbuat lagi.
Namun, suaminya tidak sadar bahwa kabar itu bagaikan halilintar di siang bolong bagi isterinya yang terhuyung masuk ke kantor pengacara mencari solusi, mengharap nasihat.
“Nah, coba bayangkan, dihadapi dengan masalah ini, apa aku tidak bingung?”
“OK, sekarang aku tanya, jika clientmu ini tidak secantik yang kau katakan, apa itu akan tetap membingungkan?”
“Baik, sekarang sudah mendekat tengah malam, habiskan minuman masing masing. Bingung tidak bingung kita harus pulang.” Seru seorang teman.(IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *