Kemarin aku bawa mobil ke bengkel. Tidak ada kejadian luar biasa,
hanya bumper depan sebelah kanan terlepas, karena tergeret oleh
bagian batu pengekang ketika aku forward parking, keteledoran yang
menyebalkan.
Penghuni bengkel adalah seorang teman lama lebih dari dua puluh
tahun sedari aku mulai bawa mobil sendiri. Selama ini, aku sudah tukar
mobil tiga kali. Beli mobil baru selalu diberi kemudahan tiga sampai
lima tahun guarantee, tergantung pada perusahaan. Sesudah lewat
waktunya, semua pelayanan harus bayar, tidak gratis lagi. Ongkos
service di bengkel agent mobil cukup mahal, paling sedikit dua hingga
tiga kali lipat dibanding dengan harga ongkos bengkel mobil umum,
karena selalu ditambah labour cost yang cukup tinggi. Maka biasanya
setelah lewat guarantee period penghuni mobil tidak lagi mengirim
mobilnya ke situ, pindah ke bengkel mobil umum. Lain kalau mobilnya
premium lux. Banyak juga yang tetap mengunjungi bengkel agent
secara regular. Tempat gedung bengkel agent luas, bersih dan nyaman,
ruang tunggu dikelilingi dengan dinding kaca komplit dengan leather
sofa set, dimana terdapat TV dan internet service, juga minuman dan
camilan memberi kesan seakan berada dalam shopping mall mewah.
Layanan added value membuat client betah dan rela mengeluarkan
uang. Business culture bukan hanya jual beli, juga bukan hanya
menonjolkan keunggulan teknologi. Dengan meruncingnya persaingan,
perlu ada soft approach, seperti adegan filem akan lebih menarik,
menggairahkan jika diiringi dengan alunan music.
Ada cukup alasan kenapa sebagian orang tidak suka mendatangi
bengkel umum, karena banyak yang kurang professional. Bagi
kebanyakan penghuni mobil hanya tahu bawa mobil, tidak banyak
yang tahu tentang alat mesinnya, paling paling kirim ke bengkel pada
waktunya untuk servicing, dan kalau ada yang rusak; clutch, brake shoe,
carburetor, radiator fan, fan belt, shock absorber atau kebocoran pipa
engine oil dsb ya kirim saja ke bengkel, lalu terserah apa yang dikatakan
oleh sang mechanic. Tidak jarang kalau ketemu mechanic yang kurang
jujur, alat yang sebenarnya masih dapat diperbaiki, dikatakan sudah
rusak harus diganti dengan yang baru. Tentunya kalau diganti dengan
yang baru, mereka dapat mengambil keuntungan lebih. Dan sebagai
penghuni mobil umumnya menerima apa saja yang diajukan.
Apa yang terjadi dengan penghuni mobil tidak banyak beda dengan
seorang pesakit yang selalu bersedia menerima nasehat dokter. Pernah
ada seorang pakar bedah yang cukup terkenal, pasiennya banyak orang
kaya yang datang dari Indonesia. Para pasien umumnya sangat percaya
pada nasehat dokter, apa lagi pakar bedah. Parahnya kepercayaan
yang absolute ini terkadang dipergunakan demi kepentingan pribadi
yang memberi nasehat. Akhirnya ketahuan banyak surgery yang
sebenarnya tidak perlu dilakukan telah dijalankan. Beaya surgery jauh
lebih besar dari pada pengobatan non surgery. Tapi bagi sebagian
pasien berduit malah merasa makin mahal beaya pengobatan, makin
baik hasilnya. Dan psychology ini dipergunakan oleh sebagian dokter
untuk mengeruk keuntungan. Ada dokter demi menarik business
menyediakan limousine menjemput kedatangan pasiennya di bandara
dari luar negeri langsung ke kliniknya. Agaknya, baik mekanik bengkel
mobil maupun dokter bedah praktek umum, dalam hal ketamakan
manusia tidak banyak beda, baik yang berpendidikan rendah maupun
yang berpendidikan tinggi.
Mujur bagiku, mekanik mobil temanku ini jujur orangnya. Kalau ada
alat yang rusak, ia dengan sabar memberi penjelasan dimana terletak
masalahnya. Pernah aku berkata padanya, “Sudah lah tukar saja yang
baru.” Tapi sebaliknya aku disentak, “Kenapa harus ganti yang baru?
Kamu tahu, itu mahal sekali! Jangan diganti, masih bisa diperbaiki.” Aku
langsung diam. Agaknya orang jujur bahasanya tidak banyak dekorasi.
Related Posts
