BDS KUB Dorong Masyarakat Budidaya Serai Wangi


 

BDS KUB Dorong Masyarakat Budidaya Serai Wangi 

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 15 November 2020/Indonesia Media – Program Bantuan Dinas Sosial (BDS) dengan pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) di berbagai desa kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung (Babel) berhasil mendorong masyarakat tertarik budidaya tanaman serai wangi. BDS efektif berjalan pada pertengahan tahun 2019 dan mengucurkan dana sekitar Rp 15 juta per kelompok (lima orang). “Baru sekarang ini (masyarakat) tertarik tanam serai wangi. Alokasi dana (BDS) desa Beruas (Bangka Barat) untuk lima kelompok. Tiga kelompok disuruh tanam serai, dan dua kelompok tanam sorgum,” Kepala Desa Beruas Pariyandi mengatakan kepada Redaksi.

Tanaman serai wangi melalui proses penyulingan menjadi minyak atsiri, yang banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan. Minyak tersebut dimanfaatkan untuk campuran parfum, penyegar udara, aromaterapi, bahan sabun, pewangi, minyak GPU (gosok pijat urut), obat sakit kepala dan lain sebagainya. Beruas, satu dari 60 desa di Bangka Barat mulai tergerak untuk tanam serai wangi. “BDS dibagi dua kelompok, (yakni) petani dan penyuling. Hitung-hitungannya, satu kilo daun seharga Rp 500 (lima ratus rupiah). Lalu proses penyulingan menghasilkan satu kilo minyak atsiri seharga Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah). Karena kondisi sekarang masih pandemic covid, harga anjlok di pasar ekspor. Tahun-tahun sebelumnya, kami bisa menjual minyak atsiri sampai Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah) per kilo untuk pasar ekspor termasuk Dubai (United Arab Emirates),” kata kepala desa Beruas sejak tahun 2016.

Desa Beruas pernah gelar uji coba untuk mengoptimasi hasil panen per hectare tahun lalu. Tapi hasilnya masih kecil, petani hanya mendapatkan kurang lebih 0,5 kg per rumpun. Targetnya sejak tahun lalu, dari proses penanaman dengan jarak 1 x 1 m dalam satu hektar, mencapai 3 kg setiap rumpunnya. Sehingga dengan harga daun serai wangi Rp 500 per kilogram di tempat penyulingan, dalam satu hektare berpotensi mendapatkan 30 ton daun serai wangi yang jika dihitung kurang lebih Rp 15.000.000. “Di Bangka Barat, land bank masih sangat luas. Ini salah satu benefit. Lahannya masih banyak yang ‘menganggur’. Bahkan kolong bekas galian tambang timah mencapai ribuan hektar. Lahan ‘kolong’ tersebut juga masih bisa dimanfaatkan untuk budidaya serai wangi walaupun (tanah) sudah tidak gembur,” kata alumni Politeknik Manufaktur Negeri Babel.

Meyakini prospeknya, Desa Beruas terbuka untuk kerjasama ataupun investasi pengembangan budidaya serai wangi. Skema kemitraan antara petani dan investor diharapkan bisa meningkatkan kapasitas produksi bahan baku. Mekanisasi terutama proses penyulingan untuk mendapatkan minyaknya tentunya harus dibarengi dengan ketersediaan bahan baku. “(pasokan) bahan baku dan produksi minyak harus berimbang. Kalau kami menerapkan mekanisasi, serta menghitung kapasitas produksi, (hasilnya) hitungan berapa luas kebun untuk ditanami serai bisa diketahui. Sistemnya, proses uap ditembak dari atas dan minyaknya turun ke bawah. Proses turunnya minyak lebih cepat dan kapasitasnya 5 – 10 ton, atau 10 kali lipat dibanding penyulingan tradisional. Saya terus meyakini masyarakat, kalau budidaya serai menguntungkan. Saya sendiri sudah menikmati, dan bisa jalan-jalan sampai luar negeri,” kata Pariyandi. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *