Atlit paralympic menembak Peparnas Papua menarget Paragames Asia 2020


Atlit paralympic menembak Peparnas Papua menarget Paragames Asia 2020

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 9 Oktober 2021/Indonesia Media – Sebagai atlit menembak difabel asal DKI, Sella Diah Pertiwi pada akhirnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depannya, terutama Kejar Paket C atau program pendidikan luar sekolah. Dengan demikian, ia berkesempatan ikut ujian kesetaraan SMU/SMA karena sebelumnya hanya lulus SLTP. Sekarang ini, ia masih fokus pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2020 di Papua, awal Nopember mendatang. Sekarang ini, ia sudah gabung pelatihan secara intens selama beberapa bulan di lapangan tembak Senayan, Jakarta. “Insya Allah, kalau dapat medali emas, saya sudah ditawarkan untuk ikut pelatnas untuk Paragames Asia 2022 (di Hangzhou, Tiongkok). Tapi saya juga mau sekolah lagi karena hanya lulus SMP. Saya mau kejar paket C setara SMA,” Sella mengatakan kepada Redaksi.

Kilas balik menekuni profesi atlit Paralympic menembak, ada temannya yang mendorong untuk ikut latihan di Solo. Awalnya ia nggak tertarik (olahraga menembak) karena takut dengan dentum suara tembakan. Dorongan temannya tidak lepas dari suasana tidak nyaman dengan lingkungan pabrik tempatnya bekerja. Ia sempat mengalami kecelakaan di pabrik sampai akhirnya tangan kirinya harus diamputasi. “Kecelakaan di pabrik, (tangan kiri) masuk ke mesin produksi,” kenangnya.

Biaya pengobatan ditanggung pemilik pabrik. Seminggu perawatan di rumah sakit di Solo, termasuk rawat jalan ditanggung pemilik pabrik. Kendatipun kondisinya belum sembuh full, ia berpikir untuk kembali bekerja di pabrik. Tapi beberapa rekan kerja di pabrik merasa dengki karena seperti ada perlakuan khusus untuknya. “Saya kan capek karena tangan bekas kecelakaan. (kondisinya) masih sakit. Tapi boss memang menganjurkan agar saya istirahat (di sela-sela jam kerja). Teman-teman nggak suka. Saya bertahan (suasana di pabrik) selama empat tahun,” kata perempuan kelahiran 17 Oktober 1998.

Satu hari, seorang temannya yang punya hobby menembak, ajak ikut latihan. Temannya menilai bahwa dirinya punya potensi, terutama dari akurasi dan kecepatan. Kendatipun awalnya kedua orang tuanya tidak setuju, perlahan-lahan berubah pikiran. Awal tahun 2020, Pemprov DKI sedang mencari atlit menembak sampai akhirnya ketemu dengannya. Begitu tandatangan kontrak, ia harus membuat KTP (kartu tanda penduduk) DKI dan surat-surat lain terutama surat pindah (dari Solo ke Jakarta). Ia juga sudah terlebih dahulu meminta izin dari boss nya, pemilik pabrik plastic. Dari penghasilan sebagai atlit, ia mendapat penghasilan lebih tinggi dibanding bekerja sebagai buruh pabrik. “Kerja di pabrik, (gaji) Rp 2 juta/bulan. Sebagai atlit, saya terima Rp 5 juta. Gaji atlit paling tinggi, (yakni) DKI Jakarta. Gaji di luar bonus. Setahu saya, bonus (atlit) paling tinggi di Papua. Nilainya bisa sampai Rp 1 miliar,” kata Sella.

Keseluruhan ada lima atlit menembak DKI untuk Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2020 di Papua. Tapi atlit yang satu sebagai pelatih Paralympic. Usai tandatangan kontrak pada Juli 2020, latihan belum dipusatkan di lapangan tembak Senayan. Ia baru sebatas latihan ringan di Solo, karena memang belum pindah ke Jakarta pada Juli 2020. Fasilitas lapangan tembak di Solo lebih minim dibanding Jakarta. “Kalau di Senayan, (skor) dengan komputerisasi. Kalau di Solo, (skor) tertera di kertas sehingga nilainya tidak akurat,” kata Sella. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *