ANTARA PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN


Suatu bangsa yang ingin mencapai kemajuan, menganggap pendidikan sebagai salah satu dari berbagai kebutuhan vital dan itu sama halnya dengan kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Bahkan dalam bangsa yang kecil yaitu keluarga, pendidikan adalah kebutuhan pokok. Dalam arti bahwa, mereka akan mampu mengurangi kualitas rumah dan bahan makanannya dan mengupayakan pendidikan tinggi untuk anaknya.

Maka sebaiknya negara juga demikian halnya. Apabila suatu negara ingin cepat mendapat kemajuan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupan, maka prioritas utama pembangunan adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah topik yang tidak akan pernah ada habis-habisnya, sebab siapapun, di manapun, kapanpun, bagaimanapun dan apapun yang terjadi kita harus tetap belajar. Belajar dari masalah dan mampu membaca keadaan yang terjadi, merupakan proses belajar yang akan selalu kita dapati dan lakukan di lapangan.
Jika pada akhir-akhir ini, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya menggalakkan program di bidang pembangunan teknologi demi menyejajarkan dengan bangsa lain yang lebih maju, maka sepertinya itu harus ditunda dulu. Sebab, pendidikan adalah hal yang utama digalakkan jika ingin menyamakan diri dengan negara lain yang lebih maju. Negara-negara maju itu bukan dimulai dari kemampuan berpikir secara cepat akan tetapi modal utama dari semuanya itu adalah ilmu diikuti dengan keinginan kuat untuk maju.
Sejak lama, negeri ini selalu menggalakkan program wajib belajar. Maksud pemberian wajib belajar itu adalah untuk tujuan yang baik. Wajib belajar itu adalah pemberian pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Pada umumnya penduduk di Indonesia adalah kalangan yang terbilang belum mampu dalam hal materi. Sehingga, pemerintah pada akhir-akhir ini selalu berusaha memberikan bantuan khusus kepada sekolah-sekolah. Bantuan itu adalah guna meningkatkan mutu kinerja tenaga pendidik dan yang terdidik.

Program ini bukan ditujukan untuk kalangan tertentu, tapi semua kalangan haruslah dapat merasakan hal ini. Pemberian bantuan kepada yang kurang mampupun telah digalakkan sejak dulu. Namun, entah apa kendalanya, tetap saja sulit untuk terealisasikan. Tulisan ini menyorot pada situasi pendidikan yang semakin melemah, beserta pergantian program maupun kurikulum yang dipergunakan dalam mendukung program belajar mengajar. Pergantian program-program pendidikan beserta kurikulumnya dianggap dapat melunturkan nilai pendidikan bangsa kita. Pergantian kurikulum tersebut dapat mengganggu aktivitas pendidikan kita. Setidaknya perhatian akan lebih tertuju ke arah itu. Apabila perlu, penetapan kurikulum itu haruslah berjangka panjang dalam waktu yang terbilang lama, supaya dapat diberi penilaian atas kurikulum yang mana yang lebih mendukung dan sesuai dengan prinsip pendidikan yang bangsa kita miliki.
Permasalahan yang kita hadapi di negara kita tercinta ini sepertinya semakin berlarut-larut tanpa ada pemecahan masalah secara serius. Alhasil, semua terbata-bata dan terkesan vakum.Pernahkah anda membayangkan bagaimana jika pendidikan kita terhenti? Tentu hal itu tidak akan terjadi dan siapapun kita, tidak akan mau kalau hal itu terjadi. Maka, kita harus tetap optimis dan memberikan sumbangsih dan perhatian khusus bagi pendidikan di negara kita yang makin lama kian melemah.
Kemiskinan selalu jadi bayang-bayang di balik pendidikan kita. Kemiskinan menjadikan semuanya semakin kacau. Namun bagaimanapun juga, pendidikan tetap dinomorsatukan, sebab jika tak ada ilmu tidak akan kita dapati perbaikan kemiskinan. Kita akan tetap seperti posisi seperti ini di sepanjang tahun.
Pendidikan menurut ketentuan perundang-undangan adalah kewenangan pemerintah daerah. Akan tetapi, sejauh ini belum ada realisasi yang nyata di lapangan. Cara pembagian anggaran dan pengelolaannya belum ada kejelasannya. Otonomi daerah sering menjadikan sistem pendidikan berubah arah. Selalu terdapat penyelewengan. Dalam target penurunan kemiskinan, diutarakan bahwa hal utama yang harus dibenahi duluan adalah bidang pendidikan yang semakin merosot. Perbaikan itu tentunya haruslah ke arah yang lebih baik dan lebih nyata.
Dengan peningkatan mutu pendidikan secara otomatis pengangguran akan berkurang, kebodohan dapat diatasi dengan mudah. Namun bagaimanapun ceritanya, pemerintahlah yang harus memberikan tanggung jawab penuh pada masalah ini.
Kita sebagai warga negara hanya mampu menjalankan dan menyesuaikan dengan peraturan yang telah ditentukan. Relitas itu sungguh memprihatinkan. Ternyata sejarah kian menunjukkan bahwa masalah kemiskinan tidak akan muncul tiba-tiba kalau bukan kita penyebabnya dan tidak akan dapat teratasi dengan sendirinya secara tuntas, seiring dengan kebebasan dan kemerdekaan yang kita peroleh. Sudah 62 tahun kita terbebas, tapi toh juga seperti ini keadaan dan malah makin memburuk saja . Negara kita tetap miskin, peraturan yang dibuat seakan-akan hanya mengisi lembaran undang-undang saja. Ternyata pernyataan dalam kemerdekaan bukan menjadi jawaban kalau kita akan segera terbebas dari permasalahan kebodohan dan kemiskinan. Tapi justru, kemerdekaan menjadi gerbang bagi kita untuk menjalani dan menghadapi permasalahan berikutnya. Sebagai warga negara yang baik, tentunya besar harapan kita agar pendidikan kita semakin maju. Tidak ada yang lebih indah dari setiap keberhasilan. Keberhasilan di bidang apapun itu, nantinya akan mampu merubah nasib perjuangan bangsa, supaya tidak sia-sia apa yang telah diberikan oleh orang-orang terdahulu kita yang telah lebih dahulu memberikan perhatiannya pada negara ini.

Untuk menjadikan pendidikan yang berhasil, janganlah menempatkan kemiskinan di balik pendidikan kita. Kemiskinan itu tidak sepatutnya ada. Tapi itulah yang harus kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Sebab, kalau kemiskinan itu tidak ada, niscaya kita akan dapat menjalani kehidupan ini dengan berbagai kemudahan.
Pada intinya, pendidikan akan sejalan, seiring dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, dan warga negara Indonesia . Semoga pendidikan di negara kita akan semakin terarah, dan tidak selalu dibayang-bayangi oleh kemiskinan, sehingga kemiskinan akan dapat kita atasi secara lambat laun. Perlahan tapi pasti.

Octa Rina Manurung
Universitas Negeri Medan

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *