Untuk pertama kalinya DhammaCakraTra Buddhist Community Center (DCT) kedatangan seorang Bhikkhu dari Sangha Theravada Indonesia (STI) yang dapat tinggal menetap selama masa Vassa tahun 2014. Masa Vassa dimulai sehari setelah hari Asadha sampai menjelang Kathina. Berikut ini adalah tulisan kelima mengenai perjalanan Bhante selama di USA.
Kadang-jadang orang banyak berpikir, atau bertanya, mengapa kita harus ke vihara? Bukankah kita bisa membaca paritta/ayat-ayat suci sendiri di rumah? Berlatih meditasi sendiri di rumah? Kan kita mempunyai altar sendiri di rumah. Apakah ada bedanya membaca paritta dan meditasi sendiri di rumah dengan membaca paritta dan meditasi di vihara?
Dalam menjawab pertanyaan ini, Bhante Cittagutto menjelaskan, bahwa tentu ada perbedaannya. Membaca paritta dan latihan meditasi di rumah baik sekali untuk mendisiplinkan diri berbuat secara rutin. Tetapi karena kita di rumah sendiri, maka tidak terjadi aksi dan reaksi antarsesama dengan orang kecuali keluarga. Kalau di vihara, ada aksi dan reaksi dengan orang banyak. Aksi dan reaksi ini terjadi bukan hanya di antara para umat awam, tetapi juga dengan para Bhikkhu yang ada. Aksi dan reaksi ini bukan hanya secara fisik, bertemu muka, bertatap muka, berkenalan, tetapi juga secara emosional menumbuhkan rasa persahabatan, kekeluargaan, kebersamaan. Aksi dan reaksi ini juga dapat dirasakan secara spiritual. Getaran-getaran pada saat kita membacakan paritta secara bersama-sama akan lebih besar dan lebih dapat dirasakan daripada kita membaca sendirian di rumah. Getaran-getaran yang dirasakan dan kekhusukkan bermeditasi di rumah sendiri akan berbeda dengan di vihara.
Jadi, sehari-hari kita membaca paritta dan bermeditasi di rumah, seminggu sekali atau dua minggu sekali di vihara, maka manfaatnya akan lebih banyak.
Datang ke California Selatan, tidak sreg atau kurang afdol katanya kalau belum ke Universal Studio. Dengan didampingi oleh kurang lebih 10 orang member DhammaCakraTra, Bhante Cittagutto berkesempatan mengunjungi Universal Studio. Beliau berkesempatan melihat sendiri bagaimana suatu film-film dibuat. Yang menarik dari Bhante Cittagutto ini, sewaktu penulis menanyakan, apakah ini melanggar vinaya bhante. Bhante menjawab bahwa, kalau ini semua, dalam pikiran Bhante hanya untuk menambah pengalaman dan wawasan, tidak ada keinginan, dan tidak ada timbul ketagihan, yah ok ok saja. Jadi semua itu adalah tergantung dari pikiran kita. Kejadian menarik lagi, pada saat kita sedang dalam antrian panjang untuk Jurassic Park. Awalnya sebagian dari kita tidak mau naik, karena takut basah. Karena dalam luncuran yang terakhir, akan masuk ke dalam air. Bhante bilang, kenapa takut basah, kan cuma air, sebentar juga akan kering. Biar ikut merasakan juga bagaimana kebasahan itu. Di situ juga Bhante menjelaskan bahwa kita di sini juga dilatih kesabaran. Kita bisa melihat bagaimana tiap-tiap orang berbeda dalam antrian itu. Dalam saat penantian itu, tiba-tiba ada seorang wanita separuh baya, menawarkan jas hujan kepada Bhante. Bhante mengatakan terima kasih, sebaiknya untuk anda saja. Wanita itu tetap bersikeras untuk memberikan jas hujan ke Bhante. Supaya Bhante tidak kebasahan, karena pakaian/jubah bhante, mungkin akan lebih susah kering dibanding baju/pakaian pada umumnya. Bhante menerima pemberian wanita tersebut. Di sini dapat dikatakan bahwa dengan karma baik kita, dengan niat dan tujuan baik kita, hal-hal yang tidak disangka-sangka bisa terjadi, yang membantu. Tentu saja dengan jas hujan itu, Bhante terlindungi dari kebasahan dan kami semua basah kuyup karena air bukan hanya dari cipratan air saja, tetapi juga dari atas.
Apakah yang disebut pasangan suami istri yang ideal? Bagaimanakah seharusnya hubungan sepasang suami istri itu? Apakah harus sama latar belakangnya? Apakah harus sama suku atau rasnya supaya pernikahan itu bisa berjalan dengan harmonis? Apakah harus seiman atau seagama supaya pernikahan itu langgeng dan bahagia?
Bhante Cittagutto menerangkan bahwa, suatu perkawinan bisa bahagia, langgeng dan harmonis bukan karena ke-sama-annya, bukan karena sama dengan nya, sama latar belakang, sama agama, sama rasnya, dan lain-lain. Tetapi berdasar prinsip kesetaraannya, keseimbangannya. Artinya, dari kedua individu dalam pasangan itu mempunyai keseimbangan dalam keyakinannya, keseimbangan dalam kemoralannya, keseimbangan dalam sifat kedermawanannya, keseimbangan dalam kebijaksanaannya, saling toleransi, menyayangi dan menghargai. Dan yang terpenting lagi adalah jangan terlalu responsive. Jangan cepat bereaksi, tapi harus pikirkan secara matang.
Pada tanggal 5 Agustus 2014 Bhante Cittagutto pergi ke Arboretum and Botanical Garden and Historical site, yang berlokasi di Arcadia, LA County. Taman itu luasnya sekitar 127 Acres. Banyak variasi tanaman dan pohon dari berbagai belahan dunia. Bhante mendapatkan cindera mata bulu ekor burung merak yang indah langsung dari burungnya terlepas saat Bhante ada di depan burung itu.
Bhante dibesarkan di pedesaan. Beliau suka sekali melihat tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Sangat nyaman dengan pohon-pohon yang rindang dan sekali-sekali terdengar suara burung merak. Bhante bersama kurang lebih 15 orang umat DhammaCakraTra kembali ke Arboretum pada hari Minggu, 10 Agustus 2014. Bhante memberikan Dhammadesana yang sangat bermanfaat di bawah pohon Bodhi. |