Jasa Internet


Beberapa hari ini ada beberapa netters yang bicara tentang internet
dihubungkan dengan penulisan – prosa-puisi. Atau penulisan sastra
prosa-puisi dihubungklan dengan adanya internet. Bahwa dengan adanya
internet dengan berbagai milist – e-mail-list, banyak sekali memberi
kesempatan buat berkarya – menulis jenis hasil-hasil sastra, seperti prosa –
cerpen – kisah – essay – artikel – resensi – kritik dan sebagainya. Lalu
menulis puisi – sanjak – pantun – syair dan sebagainya.

Saya melihat – merasakan dan menyaksikan bahwa setelah adanya kemajuan
tehnik – dengan adanya espace-cyber – berupa internet ini, sudah ada yang
bisa kita namakan “sastrawan internet”. Banyak penulis yang baik-baik
dilahirkan dengan adanya medan-internet ini. Hari ini menulis salah seorang
yang saya maksudkan,- H.Tanzil : “jika tak ada milis sastra…..mungkin
sampai saat ini saya nggak bakal berani mencoba menulis puisi atau tulisan2
lain untuk dipublikasikan”,- demikian katanya dan dia memang benar apa yang
dikatakannya, karena saya juga menjadi saksinya.

Sekarang ini sudah begitu banyak “medan sastra – gelanggang sastra – arena
sastra” yang bisa diandalkan buat menulis – berkarya dalam bersastra.
Misalnya adanya “sastra-pembebasan”- “sastra cyber” – “sastra-TKI” ,- belum
lagi mailinglist lainnya yang secara umum, tetapi siapa saja bisa mengirim
dan memuat karangan, seperti “apakabar” – “nasional-list” – “mimbarbebas”
dan banyak lagi.

Saya melihat dan mengamati – karena adanya internet dengan mailinglist
begitu banyak – maka para penulis pada “berlahiran”. Ada yang tumbuh begitu
sehat dan kuat dan berbobot. Ada juga yang hanya jadi penulis musiman –
hanya ketika seketika saja. Pernah menulis beberapa kali saja – sudah itu
diam beberapa lama yang tak tertentu. Tapi satu hal yang bisa kita tarik
kesimpulan, orang-orang sudah berani melahirkan tulisan dengan jenis tulisan
sastra. Orang-orang sudah berani melahirkan karya tanpa takut-takut. Tidak
perlu takut kalau-kalau tidak dimuat. Tidak perlu takut akan sensor – tidak
perlu takut apa saja!

Saya umpamanya, – betapa merasa beruntungnya – bahagianya – karena adanya
berbagai mailing-list ini! Tidak perlu saya menunggu sampai tiga bulan atau
beberapa bulan – menunggu giliran tulisan saya baru punya kesempatan dimuat!
Sebab majalah – tabloid – mingguan bahkan suratkabar – sangat banyak dan
sangat penuh antrian buat dimuatnya sebuah tulisan. Kemungkinan tidak dimuat
– kemungkinan ditolak, jauh lebih besar daripada diterima – daripada dimuat.
Saya bisa menulis setiap hari – bahkan sepuas-puasnya dengan menulis berupa
apa saja. Atau bahkan, kita bikin sendiri website-nya atau situsnya sendiri
– sebagai Taman Bacaan kepunyaan pribadi kita. Orang-orang bisa membacanya
kalau mau – kalau berkenan – dan kalau sudi. Saya masih sangat ingat, ketika
teman baik saya, dari Australia ketika masa masih tugas belajarnya – lalu
membuatkan saya website – situs Taman Bacaan Pribadi. Dia adalah moderator
AKSARASASTRA yang sampai kini masih sangat setia dan rajin mengurus Taman
Bacaan ini. Dan saya mengisi Taman Bacaan AKSARASASTRA setiap hari. Dulu
ketika
setahun yang lalu kami dirikan – ketika itu ada yang mau membacanya secara
tetap. Lalu kami buka kemungkinan itu. Dan ada beberapa yang berlangganan.
Semula hanya dua tiga orang. Lalu angka itu naik menjadi delapan sembilan
orang – lali belasan orang. Dan kini sudah 85 orang. Dengan menjadi anggota
– member AKSARASASTRA – bisa baca – bisa mau kapan masuk dan kapan mau ke
luar – bebas aktive dan sudah tentu gratis – tidak bayar.

Mbak Nurul moderator saya itu, sebenarnya bukan main sibuknya – dia menjadi
dosen di Unila – Bandar Lampung – dosen kimia – moderator kok dosen kimia
sih! Dan nggak bergaji! Sukarela! Dia sebenarnya
cukup pandai tentang sastra-budaya. Satu kali karena dia bisa saya andalkan
dalam soal kepandaian bersastra, lalu saya bilang, saya ingin sekali agar
kamu menjadi sastrawan disampaing menjadi ilmiawan. Saya ingin “mencetak
kamu”sebagai sastrawati. Lalu dijawabnya, “bang, emangnya saya ini adonan
kue, kok mau nyetak seenaknya….iddiihhh….enak aja ye….”
Kami sering bergurau. Karena dia saya katakan cerewet, sangat…..lalu saya
gelari dia Xantippe – seorang istri dari Socrates akhli filsafat itu. Tapi
saya katakan, jangan lupa, kalau kamu Xantippe maka tidak bisa lain, sayalah
yang jadi Sokratesnya! Ya, kan!

————————————————————————–

Holland,- 1 Oktober 04,-

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *