OBROLAN MALAM Bagian ke-5 Thema: Paris dan Aku


Beberapa waktu yang lalu, sungguh sulit saya merumuskan mengapa saya begitu terikat dan
mencintai Paris. Kini tidak lagi. Semua saya tahu – mengerti dan memahami mengapa? Dan ini
sungguh berproses cukup lama.

Sesudah 21 tahun saya tinggal di Paris. Ketika saya dicari-cari mau entah ditangkap ataupun diculik, atau hanya sekedar menakuti atau mengancam
menggertak, tapi lama sungguh antara saya dan penguasa,perang urat-syaraf.

Surat edaran dari Kodam Jaya 5, yang ketika itu penguasanya masih Jenderal Poniman,memasukkan nama
saya buat ditangkap. Dan jauh sesudah itu Jenderal utama penguasa rezim Orba-Suharto, Jenderal
Feisal Tanjung yang mengumumkan orang-orang yang dianggap membahayakan negara, yang
sesudah itu diculik dan bahkan ada yang dilenyapkan begitu saja.

Dalam rombongan itu, termasuk
nama saya yang katanya sebagai pimpinan PRD bagian luarnegeri,- yang padahal kenalpun tidak!
Saya mengenal Mas Budiman Sudjatmiko setelah di Jakarta, dan antara kami tak ada hubungan
politik apapun. Tetapi hubungan secara antara manusia dan teman, adalah benar. Dan saya banyak
bersimpati atas aktivitasnya.

Lalu ketika “perang-urat-syaraf” yang sampai di Paris inipun, pagi-pagi buta ada suara tilpun pada
jam 02.00 sampai jam 04.00 yang menamakan dirinya “komando jihad’ yang mau menangkap saya
dan katanya akan memasukkan saya dalam karung-goni lalu menghanyutkannya di laut, biar mati
tenggelam. Ancaman ini berulangkali diucapkan di tengah malam, kami berdua dengan Pak Umar sebagai sesepuh restoran kami di Paris.

Dan saya tahu serta merasakan betapa seringnya saya dikuntit, diikuti – ditakuti dan diancam. Dalam rasa cemas dan
waswas begini, kepada siapakah saya berlindung, kepada siapakah saya ingin mengadu? Hanya satu,
saya selalu ingin pulang ke sarang dan kandang saya, itulah Paris.

Kalian bayangkan, apa yang tidak saya peroleh di Paris itu? Transportasi – akomodasi – saya dapatkan secara gratis buat seumur hidup.
Pengobatan – obat-obat – dokter dan opname di rumahsakit, saya peroleh secara gratis buat seumur
hidup. Naik kendaraan apa saja asal kepunyaan pemerintah, saya peroleh secara gratis.

Kalau saya berurusan dengan kotapraja – marie – urusan apa saja, selalu dapat pelayanan yang baik,
yang ramah dan bersahabat. Dan kalau saya berobat ke dokter manapun, saya mendapat peladenan
yang baik, yang sejuk dan rasa terlindung, rasa diperlakukan sebagai manusia, sebagai orang.

Saya sangat merasakan, hidup saya selama hidup di Paris ini selalu dihargai, dihormati sebagai antara
orang dan orang. Saya merasa diorangkan, dimanusiakan. Rasanya ada ibu saya, ada ayah saya, ada
istri saya, dialah yang bernama Paris.

Lalu bagaimana saya tidak akan mencintainya, bagaimana saya
tidak akan merasa terikat padanya. Saya “melarikan diri” dan “bersembunyi” di bawah kepak-sayap
Paris dan saya merasa segar lagi – bersemangat lagi dan mau hidup secara bersemangat lagi.

Pernah saya tuliskan, kalau saya sudah dua minggu di Indonesia, ada rasa rindu mau pulang. Lha mau
pulang kok ke Paris? Emangnya Paris itu kampung sampeyan, kata saya kepada diri sendiri. Rasanya
saya sangat aman dan tentram kalau dalam lindungan dan naungan Paris. Lalu dapatkah misalnya
saya pindah ke Belanda daripada mondar-mandir sebulan dua kali bolak-balik?

Daripada pindah dan menetap di Belanda ataupun negeri lain, mendingan saya bercapek-capek dan bersusah-payah tinggal
di Paris, daripada saya meninggalkannya. Sebab Paris begitu sudah berbaik hati – sudah banyak
melindungi dan menyelamatkan saya.
Paris telah begitu banyak berbuat kebaikan dan menyelamatkan saya. Rasanya benar-benar tak
sanggup saya buat berpisah dengan Paris, penyelamat dan pelindung saya itu. Biarkanlah kami hidup
bercinta dan saling bersayangan dengan Paris, yang sudah selama selikur tahun selalu baik dan sangat
membikin saya mengerti dan memahami rasa kemanusiaan antara sesama orang dan orang, manusia
dan manusia, (February 3/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *