52 tahun usaha sardines sampai sekarang, tiga generasi


52 tahun usaha sardines sampai sekarang, tiga generasi

dilaporkan: Setiawan Liu

Banyuwangi, 13 Juni 2022/Indonesia Media – 52 tahun perjalanan PT Sumber Yalasamudra menjadi produsen sarden (sardines), fish mealfish oil dan usaha pengolahan berbahan baku ikan, dan sudah beberapa kali jatuh bangun sampai akhirnya terus merambah pasar ekspor. Alm. Jiang Yi Jung yang pertama kali membangun usaha pengolahan, cikal bakalnya PT Sumber Yalasamudra. Setelah meninggal, perusahaan diteruskan kepada anaknya, yakni Tjipto Soedjarwo Tjoek. Setelah itu, estafet kepemimpinan perusahaan dilanjutkan kepada cucunya, atau generasi ke-3 yakni David Wijaya sampai sekarang. “Perusahaan dirintis almarhum kakek dan ayah saya. Pertama kali, mereka bikin kopi, tapi bangkrut karena kalah bersaing di Jawa Timur. Lalu mereka bikin kornet, dengan cari ternak sapi ke Jawa Timur terutama Probolinggo, Situbondo,” kata Direktur PT Sumber Yalasamudra, David Wijaya.

Mereka, almarhum dan Tjipta Soedjarwo sempat diarahkan oleh orang-orang di Jawa Timur (Jatim). Mereka diberitahu, bahwa ada peluang usaha dengan memanfaatkan daging sapi dari Jatim. Sehingga keduanya mencari sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku kornet. Di tengah perjalanan, ada lagi yang memberi info bahwa stok ikan melimpah di Jatim, sampai dibuang-buang. kondisi surplus ikan membuat Tjipta Soedjarwo terdorong bikin sardines. “Sejak itu, dari info kondisi surplus ikan, almarhum dan Ayah saya membuka pabrik di Muncar, Banyuwangi tahun 1970 an sampai sekarang,” kata alumni salah satu universitas di California, Amerika.

Perusahaan yang dirintis almarhum juga bersaing dengan perusahaan sardines lainnya. PT Sumber juga bukan yang pertama untuk industry pengalengan ikan. Sehingga ketika dipercaya untuk meneruskan operasional perusahaan, David mulai belajar berbagai jenis ikan, permasalahan dan system pengolahan. “Saya belajar tentang ikan, jenis-jenis ikan, penanganan ikan. Saya tahu setelah lulus dari Amerika. Dulu belum ada CS (cold storage), hanya tepung. Saya kerja, waktu masuk pabrik, merangkak dari bawah. Saya tidak ujuk-ujuk menggantikan peran Ayah saya,” kata pria kelahiran Desember 1975.

Skala usaha terus meningkat, termasuk system pengolahan dengan mekanisasi. Salah satunya penggunaan chiller lemari es untuk menjaga ikan tetap fresh. Sebelumnya, ikan hasil tangkapan ditempatkan di bak-bak penampungan dengan es batu. Kalau ukuran es batu besar, ikan mudah rusak. Es dalam bentuk halus atau yang sudah dipecah, (ikan) menjadi dingin. “Pertama kali penanganan, menurunkan suhu ikan. (analoginya) Spt mayat Eril yang hanyut di sungai Aare Swiss, waktu ditemukan, tidak ada pembengkakan karena airnya dingin. Mayat tetap utuh meski 14 hari hanyut karena factor airnya dingin seperti kulkas. Sama seperti ikan, waktu mati, (kondisinya) panas. lalu ikannya didinginkan sehingga tidak ada pembusukan atau kenaikan histamine. Pembusukan ikan terjadi kalau histamine tinggi. Seperti tongkol, tuna, ada racun histamine. Tongkol, histamine paling tinggi. Keracunan yang sering terjadi pada ikan tongkol yaitu keracunan histamine,” kata David. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *