Sinergitas KSBSI, SB/SP Henan China Tangani Isu Perubahan Iklim, Keberlanjutan Industri
dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 9 Desember 2023/Indonesia Media – Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menyambut rencana kunjungan beberapa pengurus The Henan Federation of Trade Unions (federasi serikat buruh/serikat pekerja atau SB/SP) prov. Henan China, membahas agenda sinergitas penanganan isu perubahan iklim yang berpengaruh terhadap keberlanjutan sebagian industri. Dampak dari perubahan iklim merembet pada isu keberlangsungan hubungan kerja para pekerja sehingga perlu sinergitas serikat-serikat buruh dengan tidak mengorbankan pihak manapun. “Kami berterima kasih atas rencana kunjungan delegasi Henan Provincial Trade Union Congress, gelar pertemuan di sekretariat KSBSI mendatang. Kunjungan delegasi Henan mengulang kunjungan (federasi serikat buruh) provinsi Yunan tahun 2019 yang lalu,” Sekjen KSBSI Nikasi Ginting mengatakan kepada Redaksi.
Agenda ketenagakerjaan khususnya terkait dengan perubahan iklim (climate change/CC) menyangkut kepentingan dan kehidupan umat manusia. Tanggung Jawab berbagai pihak, seluruh masyarakat dunia termasuk pemerintah dan serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB). “Kami bahas berbagai hal dengan Yunan, termasuk kecelakaan kerja para pekerja sektor pertambangan dan energi,” kata perempuan yang akrab disapa Niki.
SP/SB Yunan melihat bahwa semua pekerja sektor pertambangan selayaknya memiliki sertifikasi kompetensi kerja. Ketentuan sertifikasi juga bersinggungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) usaha pertambangan. Delegasi Yunan bertanya langsung mengenai (kepemilikan) sertifikasi keahlian para pekerja. Kalau tidak bersertifikat, resiko kecelakaan kerja bisa lebih besar. “Mereka tanya, saya jawab. Menurutnya, pengurus SB/SP gelar pelatihan secara rutin untuk sertifikasi (kompetensi kerja) di berbagai sektor termasuk konstruksi, pertambangan. Misalkan dia sudah lulus (bersertifikat) kegiatan pengeboran, tidak mungkin lagi kecelakaan pada kegiatan pengeboran,” kata Niki.
Sehingga dari pembahasan tersebut, Federasi Pertambangan dan Energi (FPE) KSBSI merasa perlu monitor berbagai perusahaan tambang termasuk investasi China di beberapa daerah. FPE KSBSI juga langsung meneruskan hasil pertemuan kepada pengurus lain. setelah itu, ada kegiatan TOT (training of trainer atau pelatihan untuk pelatih) khususnya bagi mereka yang bekerja di sektor pertambangan. “(pekerja) dikasih bantuan alat pencegahan kecelakaan, alat pengukuran tekanan panas serta kebisingan yang bisa mengganggu suasana kerja. Ketika kunjungan ke Morowali (Sulawesi Tengah), kami melihat sudah ada tiga SB/SP yang melakukan tes dengan alat-alat tersebut (pencegah kecelakaan). Tapi kami masih melihat penggunaan asbes di pabrik baterai kendaraan listrik (investasi China) di Halmahera Timur. Atap asbes ini bisa menyebabkan kanker. Kalau di Morowali, tidak ada itu (atap asbes) tapi debu dan APD (alat pelindung diri) yang minim,” kata Niki. (sl/IM)