*Wujudkan Pembangunan Food Estate di Kalteng, Sentra Produksi Beras Existing Tahun 80-an*


*Wujudkan Pembangunan Food Estate di Kalteng, Sentra Produksi Beras Existing Tahun 80-an*
Dilaporkan: Setiawan Liu
KALTENG, 10 Juli 2020/Indonesia Media – Pemerintah daerah Kalimantan Tengah (Kalteng) akan
menerapkan kembali sistem sentra produksi beras yang pernah existing pada Tahun 1980-an. Hal ini
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan food estate yang berkualitas.
Seperti yang sudah sampaikan Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perusahaan Umum (Perum)
Bulog Bachtiar, memaparkan, bahwa Kalimantan sudah memiliki sentra-sentra produksi beras sejak
tahun 1980 an, tapi belum sampai dilakukan industrialisasi secara maksimal.
“Industri akan diterapkan secara maksimal dan modern, mulai dari alat mesin (pertanian) sampai pada
produk yang berkualitas,”katanya kepada Media.
Lanjut Bachtiar, menambahkan, bahwa ada 7 wilayah sentra produksi beras yang sudah existing sejak
1980-an.
“Pematang Limau, kabupaten Seruyan, Kalteng. Lempuyang, kabupaten Sampit, Kalteng. Pagatan,
Kabupaten. Katingan, Kalteng. Pangkuh, Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Kalteng, Dadahup,
Kabupaten Kapuas, Kalteng. Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel. Babulu, Kabupaten Panajang Paser
Utara/PPU, Kaltim (ibu kota negara mendatang),”jelasnya.
Hal ini sesuai dengan visi Bulog menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya mendukung
terwujudnya kedaulatan pangan, pembenahan dan perbaikan akan terus dilakukan.
Bahkan revolusi industri pertanian 4.0, dengan mesin pertanian modern sudah tidak bisa ditawar-tawar
lagi. Bulog menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada
masyarakat.
“Mesin sudah siap untuk pengembangan sentra produksi beras di Pulpis. Kami akan membangun
sistem yang modern, yakni Modern Rice Milling Plant atau MRMP terintegrasi. Secara simultan, kami
bangun dryer untuk menyerap gabah-gabah petani. Kapasitas produksi 6 Ton perjam untuk paddy to
rice (padi ke beras), dan pengering gabah dryer  (produksi) bisa dioptimalkan mencapai sekitar 120 Ton
GKP per hari. Kalau masih kurang, kita bisa expand (lahan pertanian), tambah dryer dan lain
sebagainya,” tegas Bachtiar.
Ditambahkan dirinya, transportasi dari suatu wilayah, tidak terkecuali di Pulpis berpengaruh pada
peningkatan dan distribusi hasil produksi pertanian. Kondisi lahan pertanian yang ada di pedesaan di
Pulpis dengan potensi yang dimiliki sekarang harus dibarengi dengan sarana dan prasarana memadai.
Dengan demikian, penghasilan masyarakat petani terdongkrak kalau dikelola dengan baik termasuk
peran sektor transportasi.
“Setelah gabah dikeringkan, seluruh prosesnya dengan mesin, langsung naik dan disimpan ke silo. Saat
ini terdapat kendala, transportasi hasil produksi yang sulit karena masih banyak jembatan kecil (akses)
menuju sentra produksi. Kesempatan kami berkunjung ke sentra produksi juga tentu sambil meninjau
infrastruktur seperti jalan, jembatan, alur sungai untuk angkut, guna mendistribusikan (hasil pertanian)
ke luar daerah, luar pulau. Kalau angkutan darat /  sungai sudah terkelola, (petani) bisa lebih nyaman.
Kita lihat lagi,”imbuhnya.
Kondisi di sentra produksi beras di Pulpis, terdapat delapan jembatan ukuran kecil yang dimanfaatkan
untuk jalur transportasi hasil pertanian. Bulog berencana berkoordinasi, sambil mendorong pemerintah
pusat, terutama melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Saya akan dorong pak Basuki (menteri PUPR), untuk sarana jalan. Saya akan memaparkan kepada
beliau (Menteri PUPR) proses pembangunan sentra produksi, bisa dilakukan percepatannya. Sehingga,
trailer bisa masuk kalau infrastukturnya bagus. Kalau kondisi sekarang, (jembatan) hanya untuk truk colt
diesel kecil saja bisa masuk, tapi itupun berat maksimal angkutan sampai 10 ton saja (jembatan) yang
masih kuat,” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Pulpis Edy Pratowo, mengatakan, bahwa luas keseluruhan lahan pertanian
mencapai sekitar 56.000 hektar dari beberapa Desa. Pemerintah kabupaten tentunya sangat merasa
senang dengan perhatian Pemerintah Pusat terhadap Kalteng, khususnya Pulpis.
“Dengan begitu Petani lokal dan petani eks transmigrasi berusaha disektor pertanian padi. Untuk tahap
awal, pembangunan sentra produksi difokuskan pada enam desa, dengan keseluruhan luas sekitar
8.000 hektar,” singkatnya. (sl/IM)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *