ULAMA- ULAMA DI KONYA , TURKI


Kalo Indonesia mempunyai Gus Dur sebagai ulama yang suka membanyol. Turki juga tidak ketinggalan
mereka mempunyai seorang ulama yang bernama Nasreddin Hodja.

Perbedaan keduanya adalah bahwa
Gus Dur adalah pemimpin sebuah organisasi Islam yang terbesar di Indonesia yaitu NU, sedangkan
Nasreddin Hodja ini hanyalah seorang ulama kecil miskin dari sebuah desa kecil di Turki. Namun karena
kecerdasannya dalam menjawab segala macam pertanyaan, yang terkadang agak nyentrik bahkan
cendrung semau dia sendiri. Dia menjadi terkenal diseluruh Turki bahkan seantero Timur tengah.

Dalam perjalanan menuju Angkara kita berhenti untuk makan siang di sebuah restaurant . Kelihatannya
lokasi restaurant itu berada didekat tempat kelahiran Nasreddin, karena di depan restaurant tsb ada
sebuah patung besar, yaitu patung Nasreddin Hodja yang mengendarai keledai namun dalam posisi
terbalik. ” Butce ..kamu ceritain sultan itu ya di Indonesia media ..”Kata dr Elly, sambil menunjuk patung
tersebut..Saya tersenyum , ” Sipplah”¦Cuma itu bukan Sultan tapi ulama he..he..emang sich dua-duanya
pake surban.. ”

Konon pada suatu kali Nasreddin sedang mengendarai keledainya. Namun anehnya dia duduk
membelakangi keledai tersebut. Seorang ulama terkenal yang berjalan di belakang Nasreddin terheran-
heran melihat kelakuannya, kemudian bertanya..”Wahai Hodja..kenapa kamu mengendarai keledaimu
dengan membelakanginya ? ” tanyanya dengan heran..

” Oo tuan imam” ¦saya tidak mau bersikap kurang
ajar..kalo saya menghadap kedepan..berarti saya akan membelakangi tuan imam..Adapun kalau tuan
imam mendahului saya berarti membelakangi saya..Supaya adil saya duduk membelakangi keledai ini
supaya bisa berhadap-hadapan dengan tuan imam..”

Pada suatu kali Hodja sedang sakit berat, dia merasa bahwa ajalnya sudah makin dekat. Mengetahui
bahwa suaminya tidak lama lagi akan meninggal, isrtrinya duduk disamping tempat tidur dan menangis

Nasreddin Hodja dengan keledainya

tersedu-sedu. Tiba-tiba Hodja membuka matanya, dengan suara tersendat-sendat berkata, ” Sayangku
berhentilah menangis.”. Pergi basuh mukamu dan pakai pakaian kamu yang terbaik” dan berikanlah
senyummu yang paling manis” . Sang istri melongo mendengar perintah suaminya .” Tapi kanda
mengapa ? mana mungkin saya lakukan itu” .kamukan sedang menderita kesakitan..”sahutnya lagi.
Sambil memegang tangan suaminya dengan mesra..

Hodja dengan susah payah membuka matanya lagi ” Kamu harus ! ” Sambil menarik nafas panjang,
Hodja berkata lagi, ” Saya mau kau lakukan itu karena saya tahu bahwa sebentar lagi Ezrail malaikat
maut akan datang, barangkali kalo melihat kamu begitu cantik dia akan berubah pikiran , dan akan
mengambil kamu sebagai pengganti saya”  sahut Hodja lagi dengan tenang”  ”  He..he gua rasa sich kalo
si Hodja ndak mati..bisa bisa dia diracuni istrinya.

Apa betul dia ngomong gitu gua ndak tau, tapi yang jelas sosok Nassreddin Hodja ini sangat popular,
dia meninggal sekitar abad 13 dan dimakamkan di Konya, Turki. Rupanya Konya ini mempunyai
beberapa ulama terkenal, disamping Nasreddin ada juga seorang ulama sekaligus penyair terkenal yang
juga berasal dari abad 13 namanya adalah Maulana Jallaludin Rumi. Kalo gua bilangin namanya rasanya
kamu pasti tidak kenalin. Tapi kalo saya bilangin gerakan kaum Sufi yang terkenal dengan tariannya yang

memutar, mungkin kamu pernah dengar.

Maulana Rumi ini dikenal dengan puisi-puisinya yang mengungkapkan kecintaan pada Tuhan. Yach kalo
di Alkitab kayak kitab Kidung agung, yang menggambarkan percintaan antara Sulami dengan raja Salomo
atau Sulaiman. Yang dintepretasikan sebagai wujud cinta antara Yehovah dan bangsa Israel bagi agama
Yahudi, dan antara Kristus dan gerejanya bagi umat Kristen.

Untuk memasuki kompleks makam Mulana Runi dan keluarganya ini , kita harus membuka sepatu.
Didalamnya berderet makam-makam yang mirip kayak peti mati orang tionghoa jaman dahulu.Makam
– makam ini dihiasi dengan kaligraphi arab. Yang unik adalah bahwa batu nisannya berbentuk sorban.
Setelah itu kita memasuki museum yang menampilkan aneka ragam alat music kuno, dan literature

Sema, tarian putar kaum sufi

kaligraphi Arab. Setelah keluar kita melihat ruang dapur yang menjadi satu dengan tempat makan
sekaligus tempat Maulana mengajarkan Sema(tarian berputar ) pada murid-muridnya.

Untuk menjadi murid Maulana tidak gampang. Pertama-tama dia harus duduk di dapur ini dan
mengamati senior-seniornya mempersiapkan makanan dalam tempayang-tempayang raksasa sambil
diberitahukan sukarnya untuk menjadi murid. Kalo dalam 3 hari dia putuskan untuk bergabung, dia
akan mengabdi selama 1001 hari menjadi pelayan bagi sang ulama. Kalo ulamanya merasa santri ini
ndak cocok, dia akan membalikkan sepatunya kearah jalan, artinya “Gua usir elo secara halus ”

Sufi ini merupakan aliran sipiritual dari Islam. Yach mirip-mirip kayak Kaballah bagi aliran Judaism, atau
aliran Kharismatik bagi gereja Protestan. Mereka banyak menekanan penyatuan diri dengan Tuhan yang
biasanya diwujudkan dalam tarian putarnya itu. Pada suatu kali saya duduk sebelahan dengan seorang
Rabbi Yahudi dipesawat, dia sedang membaca buku doanya , seluruh badannya ikut bergerak mengikuti
kepalanya yang naik turun. Penasaran gua tanya,Maaf, kenapa kalian menggerak gerakkan badan waktu
berdoa? ” Rupanya mereka melakukan ayat ini ”  Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu,
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu ” Jadi kalo doa disamping pikiran badan juga ikut
bergerak. Barangkali itu yang mendasari konsep tarian putar dari aliran sufi ini.

Tarian putar atau sema ini tidak sembarang dilakukan atau diperagakan. Karena merupakan bagian dari
ritual ibadah. Tapi untuk turis yang pengen melihat kayak apakah sema ini, kita akan diantar ke sebuah
tempat pertunjukkan dengan membayar sekitar $25 per orang. Tempat ini tidak besar, ada sebuah
panggung dan deretan kursi yang mengitari panggung tersebut. “Ayo ..kapan lagi kita bisa lihat ini..udah
jauh-jauh ke Turki ”  kata saya mengompori teman-teman rombongan, akhirnya sebagian besar dari
teman-teman setuju untuk membayar extra dan pergi melihat pertunjukkan tarian ini.

Kita duduk dikursi mengitari panggung yang berbentuk lingkaran. Acara dibuka dengan musik berirama
padan pasir yang menceritakan pengangungan pada Allah dan Muhammad SAW. Setelah itu satu
persatu penari pria yang rata-rata bertubuh tinggi besar , bertopi coklat tinggi dan berjubah hitam,
berjalan dengan langkah satu- satu memasuki arena. Para penari ini dipandu oleh seorang ustad .

Magda dengan Hodja gadungan

Kelihatannya kerendahan hati dan menghargai orang merupakan elemen penting dari ritual ini, karena
sebentar-sebentar mereka membungkukkan diri memberi hormat satu sama lain. Sang ustad juga
membalas penghormatan mereka kemudian mengambil posisi dipojok dan duduk disebuah bantal
merah. Setelah membuka jubah hitamnya, satu persatu para penari mulai berputar secara pelan dari

arah kanan ke kiri, kepala sedikit dimiringkan kekanan dengan mata yang terkatup. Pelan-pelan tangan
yang disilangkan itu mulai membuka kearah perut dan akhirnya diangkat keatas. Mereka mulai berputar
semakin cepat dan mulai trans..seperti orang yang tertidur. Konon, pada waktu menari itu mereka
memusatkan seluruh perhatian pada Allah dan menyatukan diri dengan Dia. Umumnya para penari akan
menghadapkan telapak tangan kanan keatas seperti orang berdoa dan telapak tangan kiri kebawah. Ini
menyimbolkan bahwa mereka menerima kebenaran dari atas dan menyalurkan kepada orang-orang.

Memang tarian ini sangat monoton dan sekilas kayak meditasi. Tidak heran banyak penonton
yang sempat terkantuk-kantuk. Saya melirik teman- teman rombongan kita, ada yang menatap
dengan hampa, ada juga yang berusaha membuka matanya yang sudah 5 watt, mungkin dipikiran
mereka ” kapan selesainya ya “. Aduh ini gara-gara Butce..nonton tarian apaaaa ini..he..he ”  Terus
terang gua juga akan mengantuk , kalo tidak mengerti symbol-simbol dari gerakan mereka.

Di pintu keluar ada cuplikan puisi dan ajaran dari Maulana Rumi ini, gua terjemahin ya,

“Jadilah seperti air dalam kemurahan dan memberi pertolongan, seperti matahari dalam belas kasihan,
seperti malam atas kesalahan orang lain, seperti orang mati dan kemarahan, seperti bumi dalam
kerendahan hati, seperti laut dalam toleransi dan kamu seperti apa adanya”

Saya mengangguk angguk sambil menarik nafas panjang , puisi indah yang penuh makna. Tidak heran
pendirinya yaitu Maulana Rumi ini disayang dan dihormati oleh banyak orang bukan saja golongan
muslim bahkan non muslim. Konon yang menghadiri upacara pemakamamnya bukan saja orang
muslim tapi juga Kristen, Yahudi dan Buddhis. Tidak heran UNESCO mendeklarassikan tahun 2007 yang
bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 800, sebagai tahun Rumi. Pada waktu itu dimana-mana
digelar pameran dan symposium yang membahas hasil karyanya, puisi-puisi yang berjumlah ribuan.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *