Qadafi Kabur, Rumahnya ‘Diobok-obok’ Pemberontak + Usai Meliput, Lima Wartawan Italia Diculik Pasukan Qadafi


TRIPOLI — Muammar Qadafi dikenal sebagai pemimpin yang eksentrik. Ia pernah dinobatkan sebagai ‘raja diraja’ oleh orang-orang Selatan Sahara. Setelah pemberontak berhasil merangsek kediamannya, barang-barang sang diktator menjadi incaran pemberontak.

Seorang pemberontak Libya, Al-Windy, mengenakan topi flamboyan militer yang katanya ia ambil dari kamar tidur Muamar Qadafi di Tripoli. Ia berencana menghadiahkan topi itu pada ayahnya. “Saya akan memberikan topi ini kepada ayah sebagai hadiah karena dia telah banyak menderita akibat ulah Qadafi dan pengikutnya,” katanya, Rabu (24/8).

Al-Windy adalah salah satu pasukan pemberontak yang ikut menyerang kompleks kediaman pemimpin rezim diktator tersebut dan mengambil topi serta piala di sana. “Saya masuk ke dalam kamar Qadafi, dan ini benar-benar nyata. Ya Allah, aku berada di kamar Qadafi. Ya Allah, selanjutnya inilah yang terjadi. Aku menemukan ini. Ini adalah keberuntunganku,” seru Windy yang mengambil topi merah dan abu-abu dengan sulaman benang emas di kepalanya.

Windy merasa sangat bangga dengan momentum seperti ini karena rakyat Libya telah menunggu selama 42 tahun. Selain topi dan tongkat upacara, harta pribadi milik Qadafi yang diambil pemberontak adalah kereta golf.
Setelah pemberontak memasuki kompleks kediaman Qadafi, mereka menarik poster ke bawah dan membuang patung tangan yang memegang pesawat Apache AS. Tetapi pemberontak tidak menemukan sang diktator,

 

Usai Meliput, Lima Wartawan Italia Diculik Pasukan Qadafi

Para pejuang yang setia kepada Muamar Qaddafi pada Rabu menculik empat wartawan Italia yang melakukan perjalanan dengan mobil di luar Tripoli, kata kementerian luar negeri dan media lokal.

Kelompok wartawan tersebut diculik saat menuju ibu kota dari kota Zawiyah yang berjarak 40 kilometer (25 mil), kata kantor berita ANSA mengutip pernyataan Bruno Tucci dari perhimpunan wartawan yang bermarkas di Roma.

Sekelompok loyalis Gaddafi menghentikan mobil itu, membunuh sopir, dan mencomot para wartawan itu ke sebuah rumah di mana seorang reporter untuk koran Katolik Avvenire diizinkan untuk memanggil editor mereka, untuk menjelaskan apa yang terjadi, kata laporan ANSA.

Dua wartawan lainnya meliput konflik untuk harian Italia, Corriere della Sera, sementara orang keempat menulis untuk La Stampa, menurut laporan itu. Elisabetta Rosaspina dari Corriere della Sera adalah satu-satunya wanita dalam kelompok tersebut, kata Tucci kepada ANSA.

Konsul Italia di Benghazi, Guido De Sanctis, mengatakan kepada ANSA bahwa para wartawan itu ditahan di sebuah rumah di Tripoli tidak jauh dari hotel Rixos, dimana kelompok sebagian besar wartawan asing dibebaskan Rabu sebelumnya setelah ditangkap oleh pengawal pro-Gaddafi.

De Sanctis mengatakan wartawan Avvenire telah diizinkan untuk membuat beberapa pembicaraan telepon dari tahanan,

yang digambarkan sebagai “pertanda baik” bagi para sandera.

Beberapa wartawan Italia telah menjadi korban penculikan di masa lalu, terutama di Afghanistan dan Irak. Giuliana Sgrena diculik pada tahun 2005 di Irak sementara fotografer Gabriele Torsello dicomot tahun berikutnya di Afghanistan.

Sebagai mantan penguasa kolonial Libya, Italia menikmati hubungan ekonomi yang kuat dengan Gaddafi dan mitra dagang negara sebelum dimulainya konflik. Italia adalah pemain kunci dalam serangan udara pimpinan NATO selama pemberontakan enam bulan melawan orang kuat, yang memerintah atas Libya selama 42 tahun, Muamar Gaddafi.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *