Polri memastikan bahwa kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 21-22 Mei lalu sudah didesain dan melibatkan 8 kelompok yang sebagian besar berasal dari organisasi masyarakat dan kelompok relawan.
Kedelapan kelompok ini, di luar dari kelompok Kivlan Zein dan kelompok jaringan teroris yang diduga secara bersamaan juga merencanakan aksi kerusuhan lebih luas.
“Ada oknum-oknum dari kelompok atau ormas Islam yang berasal dari daerah Serang, Tangerang, Cianjur, Banten, Jakarta , Banyumas, Majalengka, Tasikmalaya Lampung dan Aceh,” kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Suyudi Ario Seto, Jumat (5/7/2019).
Untuk kelompok ormas, Kombes Suyudi mengidentifikasi diantaranya berasal dari GRS, FK dan GR, serta beberapa adalah oknum relawan pendukung paslon.
Juga oknum dari kelompok partai politik dari partai GR, PN, dan PS.
“Totalnya sebanyak 316 tersangka berkasnya sudah dilimpahkan ke jaksa penuntut umum. Ada 82 berkas sudah kita teruskan. Dan 74 tersangka masih berstatus anak-anak sudah dilakukan proses diversi,” katanya.
Suyudi mengatakan korban kerusuhan yang tewas atas nama Harun Rasyid diketahui ditembak dari jarak 11 meter di dekat Flyover Slipi, Jakarta Barat.
Polisi sudah mengidentifikasi ciri-ciri pelaku dan sudah mengetahuinya.
“Hasil otopsi Harun Rasyid ditemukan proyektil peluru ukuran 9×17 mm, diduga ini adalah dari senjata non-organik Polri. Arah tembakan itu memang miring, jaraknya hanya 11 meter, kemudian arahnya juga lurus mendarat, karena posisinya ada di trotoar yang agak tinggi, jadi diduga pelaku ini agak tinggi,” kata Kombes Suyudi.
Suyudi menyebut pelaku diduga memiliki tinggi badan 175 cm dan berambut lurus agak panjang.
Ciri itu didapat dari saksi yang berada di lokasi.
“Tingginya kurang lebih hampir 175 ke atas, kecil badannya, rambutnya lurus, agak panjang, mukanya agak hitam. Ini ciri-ciri yang berdasarkan keterangan saksi di TKP yang sudah diperiksa,” kata dia.
Dia menjelaskan titik pelaku penembakan berbeda dengan titik polisi yang melakukan pengamanan.
Dalam kerusuhan di Slipi itu, jarak polisi dengan perusuh sekitar 100 meter.
“Dimana anggota Polri yang melakukan penanganan unjuk rasa dengan jarak itu kurang lebih ada 100 meter. Kemudian orang yang diduga melakukan penembakan itu ada di sisi kanan, yang mana di sisi kanan ini adalah ruko-ruko di dekat Flyover Slipi,” katanya.
Untuk korban lainnya yang juga tewas karena tembakan yakni Abdul Aziz, polisi menyebut Abdul ditembak dari jarak 30 meter.
“Saudara Abdul Aziz yang ditemukan kurang lebih 100 meter dari Asrama Brimob tepatnya di depan rumah sakit Pelni, ini juga diduga dilakukan oleh orang yang tidak dikenal dengan jarak yang tidak terlalu jauh, kurang lebih sekitar 30 meter dari arah belakang, terkena di punggung sebelah kiri kemudian proyektilnya tersisa di dada sebelah kiri juga,” kata Suyudi.
Terkait pemukulan saat kerusuhan oleh oknum Brimob di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan hal itu terjadi secara spontan.
Pemicunya adalah komandan kompi para oknum Brimob itu terkena panah.
“Kejadian di Kampung Bali ini spontanitas dilakukan anggota Polri dari Brimob Nusantara yang ada di Polda Metro Jaya. Pemukulan dipicu dari komandan kompinya yang terkena panah beracun,” jelas Dedi.
Dedi mengatakan saat itu komandan kompi tersebut menggunakan pelindung wajah.
Namun anak panah sempat menancap di pelipisnya.
“Anggota Brimob yang melihat kejadian itu langsung melakukan pencarian terhadap pelaku,” ujarnya.
“Pelakunya antara lain adalah Andri Bibir dan Saudara Marcus. Marcus kondisinya sudah mulai stabil, saat ini dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara,” katanya.
Saat ini kata Dedi Polri telah menjatuhkan hukuman pada 10 oknum Brimob yang melakukan pemukulan. Mereka dijatuhi hukuman penahanan 21 hari.
“Ada 10 anggota yang sudah diproses, dilakukan pemeriksaan, dan saat ini sudah menjalani sidang disiplin. Dari 10 anggota tersebut nanti akan dijatuhi hukuman hakim, hukuman disiplin berupa penahanan di ruang khusus selama 21 hari,” katanya. ( WK / IM )