Tanah Pengasingan Bagian ke-32


Sobron Aidit Alm.

Sub Judul: Seri Pramoedya Ananta Toer

Yayasan France Libertés, suatu organisasi yang didirikan oleh Mme Danielle Mitterrand,
isteri bekas Presiden Mitterrand, yang mengundang Pram beserta rombongannya buat
berkunjung dan bertemu-muka dengan masarakat Prancis di Paris. Juga turut serta Badan
Penerbitan Karya Terjemahan buku-buku Pram. Mme Danielle dengan sangat simpatik
dan dengan perhitungan dari segi hubungan praktis dalam setiap acara rombongan
Pram nantinya, telah menempatkan Pram dekat lokasi resto Indonesia. Hal ini dengan
maksud agar Pram serta rombongannya itu mudah dalam berhubungan dengan masarakat
Indonesia-nya sendiri, sehingga Resto sudah bagaikan “markas-besar” rombongan Pram
dan panitya setempat.

Dan undangan jamuan-makan yang diadakan Mme Danielle Mitterrand dengan
masarakat Prancis, juga diadakan di Resto Indonesia. Hal ini tidak kebetulan, karena
Mme Danielle sendiri sudah berkali-kali makan di resto tersebut, termasuk ketika
suaminya, Presiden Mitterrand masih hidup dan masih aktive. Dan Mme Danielle sudah
mengenal dekat masarakat Indonesia seputar resto tersebut. Bahkan setiap kali datang
dan pulang dari resto, beliau tak melupakan buat pamitan dan bersalaman kepada setiap
pegawai dan pekerja di resto, dari pekerja di sal sampai tukangmasak, koki resto di dapur.

Pada tanggal 17 Juni 1999, Kementerian Kebudayaan Prancis telah menyampaikan
Piagam Kehormatan dan Penghargaan kepada Pram. Piagam ini bernama ” Chevalier
de l’Ordre des Arts et des Lettres”. Artinya “Satria Berkuda atau Orang Terkemuka di
Bidang Seni dan Sastra”. Piagam Kehormatan dan Penghargaan ini hanya diberikan
kepada orang-orang yang sangat berjasa dalam bidang seni dan sastra, dan karyanya
sudah mendunia, biasanya tiga sampai lima tahun sekali.

Pada tanggal 19 Juni 1999, bertempat di Balai Pengarang Prancis di Paris, Maison

Pramoedya Ananta Toer

des Écrivains, Piagam itu diserahkan melalui France Libertés kepada Pram. Pada
pertemuan ini banyak dihadiri oleh para pengarang Prancis dan gurubesar Bahasa dan
Sastra Indonesia, seperti Francois-Rene Daille, pengarang yang telah menterjemahkan
karya-karya Pram, Francis Wurts, Pierre Labrousse dan Farida Sumargono, dua-duanya
gurubesar dan penulis Kamus Indonesia-Prancis dan Prancis-Indonesia. Juga beberapa
pengarang Indonesia di Paris, antaranya Sitor Situmorang.

Di kalangan masarakat Prancis, Pram sudah dikenal baik. 18 tahun yang lalu, ketika Pram
baru dibebaskan dari Pulau Buru, dan ketika dia masih selalu dalam tahanan kota dan
dilarang melakukan profesinya sebagai pengarang, sejumlah tokoh-tokoh penting Prancis
telah ramai-ramai menandatangani petisi yang menuntut kepada rezim Orbanya-Suharto
agar memulihkan hak-hak sipil Pram sepenuhnya. Di antara banyak tokoh penting yang
menandatangani petisi itu, terdapat 4 orang yang pernah menjadi Perdana Menteri,
bahkan seorang di antaranya, kini sedang menjabat PM, yalah PM Lionel Jospin, dan
beberapa menteri lainnya.

Setelah Piagam itu diberikan dan disiarkan melalui pers dan radio serta televisi, maka
semakin banyak Media-Cetak dan Elektronik yang “memburu dan mengejar” Pram buat
wawancara. Bahkan televisi Jerman secara khusus datang ke Prancis buat keperluan itu,
yang padahal tak urung tokh Pram akan berkunjung ke Jerman. Dan ucapan selamat

berdatangan dari penjuru dunia, dari AS, Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Indonesia,
Kalimantan, Lampung dan daerah Sumatra lainnya, Jawa dan Malaysia, melalui fax dan
e-mail yang selalu tersedia mengikuti ke mana rombongan pergi.

Dalam setiap pertemuan tatap-muka dan tanya-jawab, dengan bebas setiap orang leluasa
mengemukakan pendapat, bahkan “uneg-uneg” rasa tidak senang maupun kebencian
terhadap Pram. Dan Pram tampaknya sudah semakin “lancar-belajar dari pengalaman
selama ini”. Dia menjawab dengan pikiran dan penalaran yang jernih, tidak dengan emosi
dan perasaan sentimen. Pertanyaan yang dulu-dulu lalu diungkit lagi, dikorek lagi, yang
padahal sudah sering diajukan, dan jawabannyapun ya sama saja. Pertanyaan bagaimana
sebenarnya pandangan Pram terhadap masalah manikebu, dan “tindasan serta gencetan
Lekra atau Pram dkk” terhadap orang-orang manikebu yang menjadi lawan politiknya.
Juga tentang pembakaran buku-buku dari lawan politik Pram dulu itu.

Pram menjawab “mempersoalkan manikebu, tanpa mempersoalkan Perang Dingin,
adalah korup. Karena manikebu samasekali tidak berdiri sendiri, ada kait-mengaitnya,
ada hubungannya ketika itu”,-
Lalu mengenai tindasan, gencetan, yang katanya dilakukan Pram dkk terhadap lawannya,

Danielle Mitterrand

sehingga lawannya itu dipecat, diberhentikan dari pekerjaannya di berbagai Jawatan,
Kantor dan Universitas, Pram mengatakan, “yang menindas, menggencet, menyiksa dan
sebangsanya itu, selalu dilakukan oleh kalangan yang punya bedil, punya senjata, punya
pangkat, kekuatan dan uang, punya kekuasaan, dan saya, apa yang saya punya, tokh
kalian sendiri tahu semua itu. Darimana bisa sampai saya bisa menggencet dan menindas
orang-orang itu! Tidak mungkin bisa terjadi dan bisa dibuktikan!

Dan pembakaran buku-buku? Kalau ada buku-buku itu, malah saya sangat
berkepentingan buat menyimpannya, memperlengkapi perpustakaan yang sudah saya
kerjakan sejak puluhan tahun yang lalu. Semua teman juga tahu, saya dari dulu banyak
membutuhkan dan mengkoleksi berbagai buku dari berbagai aliran dan faham, berbagai
disiplin ilmu. Yang membakar dan merampok serta menghancurkan perpustakaan saya,
justru adalah tentara Angkatan Darat dan penguasa militer. Mereka sudah merampoki
bukan saja rumah saya, tetapi juga merusak dan mengobrak-abrik perpustakaan dan
dokomentasi saya yang sudah saya kumpulkan, susun rapi-rapi, sejak bertahun-tahun.
Jadi siapakah yang membakar dan merusak serta merampok secara sesungguhnya?
Bukankah hal ini seperti maling teriak maling? Mereka bukan saja merusak barang-
barang berharga, tetapi juga merusak dan menghancurkan popok bayi anak saya! Inilah
dan beginilah mereka. Dan ini sudah saya tulis dan siarkan dulu-dulunya.

Ketika ada yang menanyakan apakah Pak Pram tidak ikut pemilu tahun ini? Pram
menjawab, “tidak, saya tidak ikut pemilu, dengan sangat sadar saya lakukan. Sebab kalau
saya ikut pemilu berarti saya turut menentukan dan mengangkat Kepala Penjara yang
akan memenjarakan saya sendiri. Dan bagi saya, Indonesia sekarang ini adalah bagaikan
sebuah penjara yang sangat besar dan luas, sedangkan penghuninya adalah Rakyat
Indonesia termasuk saya sendiri”,-

Pram sendiri punya pendapat terhadap negara-negara Barat yang banyak disebut Barat
– Timur, Utara – Selatan. Barat dan Utara terlalu menyombongkan dan tepuk-dada
mempermasalahkan demokrasi dan hak-hak azasi manusia. Katakanlah Prancis, yang
sangat terkenal dengan Revolusi Prancis-nya. Suatu Revolusi Borjuis Demokratis yang

sangat banyak mengilhami negara-negara lain. Terkenal dengan demokrasinya. Adalah
benar Prancis menjalankan demokrasi yang demokratis. Tetapi apakah juga benar Prancis
sudah betul-betul menjalankan demokratisasi terhadap negara-negara lain? Terutama
kepada negara-negara bekas jajahannya atau yang di bawah pengaruhnya? Samasekali
tidak. Mungkin Prancis memang menjalankan demokrasi dan demokratisasi terhadap
Rakyatnya sendiri, tetapi terhadap Rakyat lain, Rakyat di negara-negara jajahannya dulu?
Prancis berlaku demokratis terhadap Rakyatnya sendiri, tetapi di luar itu, apalagi kepada
bekas negara jajahannya atau kepada negara lain, terutama dunia-ketiga? Samasekali
berlainan. Jadi artinya Prancis hanya demokratis di dalam negerinya sendiri! Kepada
orang lain? Ini pertanyaan bukan buat dijawab sekarang. Tetapi pikirkan dan lihat,
selidiki, uji! Dan lagi yang paling banyak mendrop senjata ke negara lain, menghasut
perang-dalam-negeri orang lain adalah Barat dan Utara, sedangkan yang banyak jadi
korban adalah Timur dan Selatan, dalam pengertian straregi dan taktik kapitalisme dan
imperialisme.

Dan Pram tak lupa mengatakan dan mengutip ajaran Bung Karno, bahwa kami anti-
kapitalisme dan imperialisme, tetapi kami tidak anti kapital. Bahkan kami sangat
memerlukan kapital pada suatu waktu tertentu, buat membangun negara. Tetapi sekarang
ini, ada sedikit saja kapital sudah diperebutkan oleh oknum penguasa buat dikorupsi dan
memperkaya diri sendiri. Ruangan pertemuan menjadi ramai bergalau dengan sentilan
dan kritik Pram terhadap pengertian demokrasi yang dianut Barat – Timur dan Utara –
Selatan, yang katanya, Barat – Utara itu negara kaya dan demokratis dan berkeadilan
tinggi, maunya sebagai guru dan murid, bapak dan anak, majikan dan buruh. Itukah
demokrasi dan demokratis? Paris 8 Juli 1999 (bersambung ke edisi berikutnya/IM)-

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *