Tak Ada Kelas, Mau Sekolah di Mana?


BANDUNG – Pekerjaan rumah sektor pendidikan di Indonesia ternyata masih juga terhambat pada
fasilitas-fasilitas mendasar seperti ketersediaan sekolah. Sampai saat ini, banyak lulusan pendidikan dasar
yang gagal melanjutkan sekolah karena memang tidak ada kelas yang bisa menampung. Hal tersebut
diungkapkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela-sela peresmian Pusat Training Huawei dan
STEI ITB di Bandung, Senin (11/4/2011). Di Jawa Barat, misalnya, kata Heryawan, saat ini ada 38 persen
lulusan SMP dipaksa putus sekolah karena jumlah SMA yang tersedia tidak bisa menampung.

“Saya tidak tahu bagaimana hitung-hitungannya, di mana yang salah sehingga 38 persen lulusan SMP
dipaksa tidak sekolah,” kata Heryawan. Itu pun, jelas Heryawan, dengan asumsi semua ruang kelas
yang ada diisi penuh 40 siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihaknya memperkirakan butuh
pembangunan 9.000 kelas baru setiap tahun.

Namun, keterbatasan dana membuat Pemprov Jabar hanya sanggup merencanakan pembangunan 6.000
kelas baru tahun ini. Ia berharap perusahaan swasta bisa turut memenuhi kebutuhan dasar pendidikan
tersebut melalui program corporate social responsibility (CSR). Misalnya, kata Heryawan meniru,
perusahaan-perusahaan di kawasan bisnis di Bekasi telah berkomitmen menyediakan 1.000 kelas baru
tahun ini

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *