Stop Preman Bayaran Hadapi Buruh


Minta Kompolnas dan Propam Polri turun tangan.

Tiga dari 17 buruh yang mengalami luka bacok dan pukul saat terjadi aksi mogok nasional di Kabupaten Bekasi, Kamis (31/10) lalu, masih dirawat di Rumah Sakit (RS) Hosana Medika Kabupaten Bekasi.

Seorang di antaranya masih kritis dan tidak diizinkan dokter untuk dijenguk. Buruh tersebut masih dalam perawatan intensif di ruang ICU.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menjenguk mereka yang masih terbaring di rumah sakit, Minggu (2/11).

Said, dalam keterangannya kepada wartawan, berjanji akan memperjuangkan keadilan bagi buruh korban kekerasan saat aksi mogok di beberapa kawasan industri Kabupaten Bekasi pekan lalu.

Dia mengatakan, tidak sepantasnya buruh yang membayar pajak dan memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi negara ini diperlakukan seperti itu, apalagi dihadapkan dengan para preman.

Padahal, saat itu, aksi buruh berjalan damai di depan perusahaan mereka dan tidak mengganggu ketertiban umum. “Kami akan menuntut hal itu ke Mabes Polri karena disinyalir ada pembiaran dari pihak kepolisian setempat saat terjadi penganiayaan,” ujar Said di sela-sela kunjungannya.

Menurutnya, mogok nasional merupakan aksi yang sah dan diatur dengan undang-undang. Oleh karena itu, ia menegaskan, pihak yang paling patut dimintai pertangungjawaban adalah Kepala Polresta Bekasi Kabupaten, Ketua Asosiasi Pengusaha Limbah Indonesia (Aspelindo) Kabupaten Bekasi, Ketua Pemuda Pancasila, Ketua Ikatan Putra Daerah (Ikapud) Kabupaten Bekasi, dan pemimpin organisasi massa (ormas) lainnya.

“Hal seperti ini tidak dapat dibiarkan karena dapat terulang kembali sehingga perlu ada kejelasan tentang siapa yang bertanggung jawab,” ucapnya.

Jika sampai ada buruh yang meninggal dunia akibat aksi premanisme itu, buruh tidak akan tinggal diam dan akan berjuang sepenuhnya menuntut semua yang bertanggung jawab untuk mundur atau dicopot dari jabatannya dan dihukum. “Langkah tegas akan kami lakukan, untuk menuntut hak kami,” katanya.

Rencananya, KSPI, Kontras, dan LBH Jakarta, Senin (4/11) ini, akan melaporkan kejadian itu ke Mabes Polri. Padahal, aksi mogok nasional yang dilakukan buruh bertujuan menolak upah murah, jaminan kesehatan, penghapusan tenaga kerja adidaya atau outsourcing, pengesahan Rancangan Undang-Undang (UU) Pekerja Rumah Tangga, dan penolakan UU Organisasi Massa.

Dalam aksi mogok nasional buruh di Kabupaten Bekasi, dilaporkan, setidaknya 17 buruh luka-luka kena bacok dan pukul saat aksi terjadi di kawasan industri EJIP, Delta Silicon, dan kawasan Hyundai terjadi. Dari yang menderita luka bacok, empat orang dalam kondisi parah dan dua orang kritis.

Tersistematis

Pembacokan, seperti diungkapkan Koordinator Forum Komunikasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FK-SPSI) Kabupaten Bekasi, Teguh Maianto kepada SH, dilakukan sejumlah orang yang diduga kuat para preman bayaran yang sengaja disewa untuk menghalau buruh. Dalam aksi itu, ada juga anggota ormas kepemudaan yang ikut menghalau aksi demo yang dilakukan ribuan buruh.

Tujuh belas buruh yang luka, yakni Ade Maulana karyawan PT Abacus yang dikeroyok dan diseret pakai sepeda motor. Saat ini, korban kritis di RS Hosana Medika Cikarang. Selain itu, Imron, Subandi, Joko, dan Purwo Adi mengalami luka-luka bacok di beberapa bagian tubuh dan semuanya karyawan PT Abacus.

Korban lainnya adalah Wawan Catriawan pekerja PT Three Star yang kena tusuk, Karna Irama pekerja PT Ganza Furindo, Rubu Ranto pekerja PT Fata Sarana, Sudiryanto karyawan PT Cheil Abrasive, Rohmat, Suwanto, Diki, semuanya karyawan PT Enkei.

Korban lainnya, Ruri Saputra dari PT Tsuang Hine, Joko Susanto dari PT Duta Laserindo Metal, Eko Wanandi, dan Norman Heryadi yang semuanya merupakan karyawan PT Kyung Shin Indonesia, serta Mujiono dari PT Sakai.

Mereka mengalami berbagai luka, di antaranya luka bacok di punggung, tangan, kepala, dan ada yang patah tangan karena menangkis pukulan dan bacokan para preman yang diduga kuat disewa.

Mereka yang luka-luka, di antaranya dirawat di RS Hosana Medika, Medirosa, dan Klinik Annisa. Teguh mengatakan sangat menyayangkan kejadian tersebut.

Ia yakin pelaku pembacokan adalah preman bayaran. Namun, ia tidak menyebut siapa atau kelompok mana yang membayar para preman tersebut. Yang pasti, katanya, peristiwa itu terjadi di depan perusahaan ketika para buruh demo.

Ia menambahkan, saat kejadian terdapat polisi dan TNI, tetapi aparat tersebut seolah melakukan pembiaran. Keberadaan premanisme sudah sering terjadi saat aksi demo buruh di Bekasi. Dalam kejadian ini, para pekerja menuntut polisi mengusut dan menangkap para pelaku hingga memprosesnya ke pengadilan karena perbuatan mereka jelas-jelas pidana dan terjadi di depan aparat keamanan yang saat kejadian tidak menangkap pelaku.

“Ini sebuah aksi premanisme tersistematis dan aparat yang ada di lapangan tidak menindak dan menangkap pelaku,” ujarnya.

Teguh mewakili beberapa serikat pekerja lainnya berharap Kompolnas dan Propam Mabes Polri turun tangan dan mengusut pembiaran yang dilakukan aparat keamanan serta preman yang disewa untuk berhadapan dengan buruh. “Kenapa di Jakarta premanisme dapat dibasmi, tetapi di Bekasi terkesan dibiarkan?” katanya bertanya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *