Standardisasi Mainan, Produk Anak Berorientasi Ramah Lingkungan


P1460082Jakarta, September 7, 2017/Indonesia Media – Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada mainan dan produk anak selain untuk melindungi konsumen, perlindungan industri dalam negeri juga sudah sampai pada isu lingkungan hidup. Perspektif politik bisnis internasional termasuk persoalan lingkungan hidup semakin relevan dengan penerapan standardisasi. “Itu yang terjadi di Tiongkok. Mereka (produsen) terpaksa meningkatkan standardisasi, kelas industri dan produk berorientasi pada ramah lingkungan. Industri mainan juga beralih secara gradual dari tradisional ke technology tinggi,” Sekjen Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Eko Wibowo Utomo mengatakan kepada Redaksi.

Secara simultan, ekspansi bisnis dan usaha mainan Tiongkok juga sampai ada upaya relokasi pabrik. Beberapa produsen menyasar negara-negara berkembang terutama di kawasan Asia Tenggara untuk pembukaan pabrik. Dengan relokasi, industri Tiongkok bisa memasok komponen lain termasuk mesin ke negara-negara tersebut. “Itu kebijakan, roadmap industri terutama mainan serta produk anak Tiongkok. Concern mereka terutama pada produk massal dan tradisional seperti mainan, produk anak, plastik. Pengembangan industri cenderung ekspansi ke luar Tiongkok.”

Eko juga mengaku sudah melakukan audit pabrik langsung di beberapa daerah di Tiongkok. Audit pabrik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hubungan dagang, investasi dan kerjasama pengembangan industri mainan. “Saya berkali kali mengunjungi pabrik. Ternyata banyak hal yang harus kita pelajari, terutama proses industri.”

Sistem proses produksi, dan teknologi Tiongkok paralel dengan penerapan standar industrinya. Proses produksi, dari raw material sampai barang jadi semakin diarahkan pada kualitas. Karena selama ini, produk Tiongkok cenderung mengedepankan harga murah, kualitas rendah. Dari hasil audit pabrik, AMI menilai kompetensi management industri Tiongkok semakin meningkat. Produsen juga menggunakan vendor berkualitas, produk disimpan dengan aman, dan selesai tepat waktu. “Kualitas produk ekspor mereka semakin meningkat.”

Di sisi lain, industri mainan di Indonesia juga terus tumbuh dan berkembang. Sebagaimana angka kelahiran anak di Indonesia mencapai 5 juta jiwa per tahun. Angka tersebut paralel dengan peningkatan kebutuhan mainan dan produk anak. “Setiap tahun ibaratnya, Indonesia menciptakan ‘Singapura’ baru. Karena setiap tahun, lahir lima juta anak yang (angka kelahiran) setara dengan jumlah penduduk Singapura,” kata Eko yang juga menjabat Sekjen Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo).

P1460084Melihat prospek industri mainan yang booming, AMI melirik kawasan industri Kendal, Jawa Tengah (Jateng) untuk pengembangan bisnis dan usaha. Salah satu pertimbangan utama memilih Kawasan Industri Kendal yakni minimum wage (upah minimum regional/UMR) yang relatif rendah dibanding Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja juga terjamin. “Selisih UMR (Jateng, Jakarta) sampai Rp 1,5 juta. Pabrik-pabrik kami (anggota AMI) banyak buka di Tangerang. Kami tidak muluk-muluk, hanya hitungan (selisih) UMR saja, bisa meningkatkan investasi dan ROI (return on investment) bisa lebih cepat.”

Hitungan lebih detail, selisih Rp 1 juta/bulan dikalikan 12 bulan (per tahun) dan rata-rata 1000 pekerja per pabrik. Nilai investasi semakin menguntungkan hanya tok dari UMR. Selain itu, pengelolaan kawasan industri terutama dari perusahaan besar seperti PT Jababeka merupakan jaminan. Selisih biaya yang bisa dihemat juga banyak, termasuk jasa pengacara/konsultan hukum. Terutama untuk PT PMA (perusahaan modal asing) saat mengurus akta pendirian perusahaan dan berbagai perizinan bisa dengan biaya murah. “Dari selisih UMR (Jateng, Jakarta), kami hitung dua sampai tiga tahun, (perusahaan) bisa ROI (titik impas). Infrastruktur di setiap kawasan industri juga sudah tersedia. Kami tidak usah repot-repot bangun sendiri, bahkan biayanya bisa membengkak.”

Pengalaman beberapa anggota AMI ketika studi banding di Tiongkok, ternyata industri mainan dan produk anak sudah sangat maju. Misalkan pemerintah provinsi Zhejiang yang memberi banyak insentif untuk para pelaku usaha, investor. Pada waktu kunjungan ke Zhejiang (thn 2004), hitungan untuk standard lahan usaha yakni 660 meter persegi. Harga pasaran per satu satuan (lahan usaha) yakni 200 ribu RMB atau setara dengan Rp 400 juta (thn 2017). Tetapi harga satu satuan lahan usaha pada tahun 2004 sekitar Rp 30 juta. “Kami diiming-imingi tax holiday selama lima tahun. Tapi ada konsekuensinya, ada batasan minimal pembelian (lahan usaha). Kami bisa pilih, dan mereka serve ibaratnya customer is a king (pembeli adalah raja). Kami dijemput di airport, sampai menuju ke lokasi kawasan industri tersebut (Zhejiang).”

Sebagaimana pelaku usaha yang berorientasi pada profit, semua aspek diperhitungkan. Sehingga fasilitas pengelola kawasan industri baik di Indonesia maupun Tiongkok menjadi satu jaminan kelancaran bisnis dan usaha. Aspek ketenagakerjaan terutama buruh yang rentan dengan aksi demo juga bisa ditangani. “Pengelola di Zhejiang, kami ditawari mulai 20 sampai 50 satuan usaha atau hektar. Kami bandingkan dengan biaya di Indonesia. kalau modal kami 1 juta US Dolar, kami kan harus keluar biaya untuk akta pendirian, aset mesin, mobil operasional dan lain sebagainya. Semua harus terukur dan terkalkulasi, karena naturally pelaku usaha pasti berorientasi pada profit.”

AMI juga intens mengadakan pertemuan, komunikasi dengan pihak regulator. Selama ini tiga kementerian yang menangani industri mainan lokal yakni Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Perdagangan (Kemendag) dan Ditjen Bea Cukai (DJBC). Langkah maju AMI yakni proposal roadmap industri mainan dan produk anak. Proposal sudah diajukan kepada Kemenperin. Salah satu hal yang paling penting yakni perlunya Research and Development (RD) pada setiap cluster industri mainan. “Kalau semuanya terintegrasi misalkan di kawasan industri, kita harus bangun RD center juga. Pembangunan RD pasti berat kalau sendiri-sendiri. Sehingga caranya, kita dapat fasilitas dari pengelola kawasan industri.”

Lessons learned keberhasilan industri mainan Tiongkok, salah satunya juga keberpihakan pemerintah pada sektor creative industry (industri kreatif). Kebijakan pemerintah Tiongkok berdampak pada Company Listing yakni pendaftaran saham perusahaan agar dapat diperjualbelikan. “Industri kreatif, terutama mainan bisa melonjak sampai puluhan kali lipat. Harga saham perusahaan berbasis creative industry terutama sekarang ini bisa booming. Memang (booming) untuk jangka pendek. Tapi kalau industrinya dengan skala besar, (dampak booming) bisa jangka panjang.” (Liu/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *