Sejarah Wisma Boper Paralel dengan Penataran P4


Sejarah Wisma Boper Paralel dengan Penataran P4

dilaporkan: Setiawan Liu

Bogor, 7 Desember 2022/Indonesia Media – Di teras Wisma Bogor Permai (Boper), terlihat bapak-bapak paruh baya sedang diskusi dan sekali-kali menyeruput kopi plus kue-kue basah khas produksi Susans Patisserie, Bogor. Wisma Boper sekelebat memang tidak terlihat seperti tempat penginapan, sebaliknya rumah tinggal biasa. Dengan atmosfer homy, Wisma Boper masih menjadi tempat penginapan di Bogor sejak dibuka pada tahun 1997 yang lalu. Sejarah berdirinya Wisma tidak lepas dari sejarah penataran P4 atau Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Pada 1 Oktober 1978, di Istana Bogor, alm. Soeharto (presiden Republik Indonesia; Maret 1968 – Mei 1998) membuka penataran bagi seratus calon penatar dari Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Bank Pemerintah, dan Perusahaan Negara. “Mereka (tamu Wisma Bogor Permai) menginap waktu itu, masih ada BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pakar-pakar, tenaga ahli penataran (P4) butuh tempat penginapan setelah beraktivitas di Istana Bogor,” owner Wisma Boper Susan Purboyo mengatakan kepada Redaksi.

Secara kebetulan, ia dan keluarganya sedang merencanakan pembangunan guest house. Konsepnya dengan atmosfer homy terutama desain 24 unit kamar yang langsung menghadap ke taman yang asri. Selain, ada gedung tua peninggalan kolonial yang dibangun pada tahun 1924 masih kokoh berdiri. “Kami punya konsep, (Wisma) seakan-akan rumah sendiri (tamu yang menginap). Guest house dengan pemandangan taman yang asri. Apalagi, depan Wisma juga masih sangat hijau. Deretan pohon-pohon besar tidak boleh ditebang,” kata Susan.

Peserta/tenaga penatar P4 tingkat nasional di Istana Bogor setelah seharian menggunakan tenaga pikiran, fisik, pasti merasa penak, capek. Mereka mau istirahat, rileks sambil duduk-duduk depan kamar menikmati pepohonan, dan semilir angin yang sejak. Bahkan, pada awal-awal Wisma berdiri, pengunjung masih bisa menjumpai kabut dari Gunung Salak, Bogor. Seketika pembangunan Wisma terealisasi, (momentum) sebelum 1998, BP7 dibubarkan karena identic dengan Orde Baru di bawah era pak Harto yang juga lengser. (Wisma Bogor Permai) pun beralih pada (penginapan) para peserta rapat lembaga-lembaga pemerintahan,” kata perempuan kelahiran 77 tahun yang lalu.

Bahkan pada tahun 1980 an, tenaga-tenaga ahli dari luar negeri untuk LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) terutama ilmu pertanian berkunjung ke Bogor. Mereka juga butuh kamar-kamar yang sesuai dengan budaya mereka. Wisma Boper dianggap pas untuk menunjang para ahli dari luar negeri untuk berbagai kegiatan LIPI. Hal tersebut berjalan sampai thn 2015. Tapi pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menerapkan larangan bagi aparat pemerintah mengadakan rapat di hotel. “Tapi berbagai kegiatan (swasta, pemerintahan) masih berlangsung di Bogor. Peserta rapat mungkin lelah, penat dan perlu hiburan. Sehingga kami mendirikan café, dibarengi dengan kesempatan bernyanyi, menari. Kami kasih nama ‘Catherius’ music cafe, (nyanyian pengunjung) bisa direkam, langsung jadi CD serta dibawa pulang. CD rekaman seperti souvenir. kalau karaoke tidak bisa bawa pulang,” kata pemilik nama Tionghoa Poei An Nio. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *