Jakarta – Perusakan terhadap gereja meningÂkat tajam sejak tahun 2004. Diperhitungkan ada sekitar 2.442 gereja dalam periode 2004—2010 yang mengalami gangguan berupa perusakan dan penutupan. Tidak hanya gereja, sarana tempat ibadah lain pun tak luput dari perusakan.
Sosiolog Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola Tamrin, melihat kasus perusakan rumah ibadah menjadi masalah tersendiri di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia juga menilai, aparat keamanan pun seakan tidak berdaya melihat kearogansian sekelompok masyarakat yang tidak bisa menerima perbedaan.
“Mereka itu hanya sedikit dari umat muslim, dan pemeÂrintah semestinya dapat bertindak tegas,” kata Tamrin di Jakarta, Jumat (14/1).
Tamrin menilai, walaupun SBY hanya menjalani pemerintahan kurang dari sepuluh tahun, ia tetap tidak berdaya menghadapi kasus intoleransi akan kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Sementara itu, menurut catatan Forum Kerukunan Kristiani Jakarta (FKKJ), Âjumlah gereja yang diganggu dalam tahun 2010 telah meningkat menjadi 47 kasus dengan jumlah yang paling banyak terjadi di wilayah pulau Jawa bagian Barat. Pada tahun 2009, FKKJ hanya mencatat ada sekitar sepuluh kasus gangguan atas gereja-gereja. Pada tahun baru lalu telah Âterjadi lonjakan sebanyak Âhampir lima kali lipat.
Tamrin menegaskan, semua permasalahan tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan dialog. “Jangan mengambil sikap apriori Âterhadap sesuatu dan terlebih lagi jangan pernah menutup pintu dialog dalam menghadapi masalah seperti itu,” kata Tamrin.
Penolakan terhadap pendirian rumah ibadah, papar Tamrin, juga bisa disebabkan karena adanya penafsiran yang salah akan ayat-ayat pada kitab suci. “Para tokoh agama pun mempunyai andil, jangan sampai mereka (tokoh agama) salah dalam menafsirkan ayat-ayat pada kitab suci,” katanya.
Ditemui di tempat yang sama, tokoh Kristiani John Palinggi menilai sudah saatnya gereja dapat memberikan Âkontribusi nyata terhadap lingkungan sekitar dalam Âbentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ia menilai, ada sentimen ekonomi terhadap umat Kristiani, dan terkadang umat Kristen tidak menyadari hal itu.
“Coba masyarakat diberdayakan dari sisi ekonominya maka sentimen negatif pun akan lenyap,” ujar John. n